Cinta Gila

295 26 0
                                    

“Kenapa Ya?” tanya Bona mengangkat teleponnya, sudah berulang kali Raya menghubunginya tapi tadi ia masih mencuci muka sebelum hendak tidur.

“Na, bantuin gue sekarang donk, gue di kantor polisi sekarang, gue sama bg Elwin di labrak sama istrinya. Lo datang sekarang ya, jamin gue biar bisa bebas dari sini,” rengek Raya sesenggukan.

Bona tertegun sebelum akhirnya mengiyakan. Ia mengambil tas sandangnya, mengganti baju tidur dengan apa yang ia tarik sembarangan dari lemari, lalu buru buru mencari taxi.

Lihatlah.

Untuk perselingkuhan yang selama 6 tahun lamanya pun, yang terlihat adem ayem seolah si istri tidak peduli jika suaminya bermain perempuan diluaran sana, tetap akan terbongkar juga.

Untuk rahasia serapat apapun, jika itu adalah sebuah kesalahan, akan tiba masanya untuk pembayaran. Memang selalu begitu.

Bona sampai ke kantor polisi, bertemu dengan Raya, Elwin dan istrinya yang ternyata sesekali mereka masih berseteru. Rambut Raya dan rambut istri Elwin acak acakan, juga ada bagian baju yang sobek, mereka pasti telah jambak jambakan.

Bona menjelaskan bahwa dia yang menjamin Raya agar bisa segera pulang, tapi tidak di ijinkan karena usia Bona lebih muda dari Raya.

“Saya kan tadi nyuruhnya hubungi orangtua atau walimu, kenapa jadi adekmu yang datang? Sebenarnya kalian ingin tidak sih masalah ini cepat selesai?”

polisi yang menangani kasus mereka tampak dongkol. Ia sudah lelah melerai pelakor dan istri sah.

“Dasar ya pelakor, ya jelas lah ngak berani bawa orangtuanya kesini. Apa sudah tidak ada lelaki lain diluaran sana yang mau sama kamu sampai rebut suami orang segala?” istri Elwin masih saja mengomel geram.

“UDAH DEH MAH!” Elwin kelepasan dengan berteriak, ia kelelahan menghadapi istinya yang kelewatan cerewet jika sedang marah.

“Mama itu korban pah, mama yang di selingkuhin, terus aja belain perempuan murahan ini.”

“Makanya jangan sibuk mulu dengan kerjaan dan juga sosialita tidak jelasmu itu, suami tidak diurus memangnya bakal pergi kemana lagi.”

Elwin dan istrinya ribut kembali, Raya tampak menghindar dengan menggeser kursinya menjauh. Bona menatap polisi yang kepalanya sudah berdenyut.

Mengurusi rumah tangga orang lain sebenarnya sangat merepotkan bagi mereka yang punya kesibukan menumpuk.

“Hans, data verifikasi yang saya minta kemarin udah disiapin kan? Saya mau ambil sekarang,” seseorang datang dari arah belakang Bona, mengobrol dengan polisi yang menangani kasus Raya.

“Iya, sudah pak.” Polisi tersebut buru buru mengambil berkas dan menyerahkannya pada orang yang meminta.

“Saya juga mau verifikasi dari kalian ya Hans soal kasus lurah yang ditangkap kemaren. Ini udah lengkap kan? Oh iya, juga data-“

Tatapan orang tersebut terhenti pada orang orang yang ada di depan meja Hans, salah satu disana ada Bona, membuat ia lupa dengan apa yang ia ucapkan.

“Dek,” panggilnya.

Melihat siapa yang memanggilnya sontak membuat Bona berdiri tegang.

“Bg Arbi? Kenapa abg bisa ada disini?” tanya Bona lalu menyesali pertanyaannya sendiri.

“Abg dek yang harusnya nanyak kayak gitu, kenapa adek sampe kekantor polisi? Hans, ini lagi ada masalah apa?”

“Ooo begini pak....” Hans garuk garuk kepala. “Kalau adek yang ini tidak ada masalah apapun,” ujarnya menunjuk Bona.

Titik Nol (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang