Januari 2019
Moment wisudanya berlangsung hikmat dan haru bagi nyaris seluruh peserta wisuda. Satu tahap pembelajaran formal telah mereka lalui, bukan perkara mudah bagi kebanyakan mereka jika harus kuliah sambil bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliah.
Kebanyakan yang lain akan mulai sibuk mencari pekerjaan, segelintir yang lain akan melanjutkan studi masternya.
Pembacaan narasi singkat tentang Ibu membuat semua orang meneteskan air mata. Begitu juga Bona. Harusnya ibunya yang duduk disana, bangga menyaksikan putrinya bisa ikut wisuda.
Sebab banyak putri putri lain yang terpaksa harus puas mengeyam pendidikan SMA atau bahkan lebih rendah dari itu. Tapi entahlah, Bona tidak tau keberadaan ibunya.
Ibunya tidak punya ponsel untuk di hubungi, ia hanya bisa menunggu telepon ibunya. Dan abangnya yang ia mintai untuk datang, tidak memberikan kejelasan yang pasti.
Para wisudawan dari setiap prodi yang di panggil mulai berdatangan ke depan untuk pemindahan topi toga dan penyerahan sertifikat serta ijazah. Giliran Bona sampai juga.
Mendebarkan rasanya, terutama ketika ia harus berulang kali memasang senyum palsu saat kamera berkali kali mengambil gambarnya.
Acara tersebut selesai menjelang siang, lalu para peserta biasanya memilih berfoto di halaman kampus dengan banyaknya penawaran dari studio foto yang mendirikan studionya di halaman kampus.Bona menatap ibu kosnya yang sudah terlihat kegerahan dengan hijabnya. Tapi jangan tanya, ini adalah penampilan paling menawan ibu kos yang pernah Bona lihat.
Melihat Bona yang turun dari auditorium, Raya langsung menghambur memeluknya. Raya memenuhi janjinya dengan membawakan buket bunga raksasa dan juga boneka panda besar.
“Ya ampun sayang, lo kelihatan cantik banget hari ini. Gak ada gitu gelar wisudawan tercantik tahun ini? Kalo ada pasti lo yang dapat piagamnya Na,” Raya langsung lebay sendiri.
“Gue tau lo bohong Ya.”seloroh Bona.
“Bona, kita makan dulu ya, baru ke studio foto. Ibu yang bakal bayarin biaya fotonya, trus ntar fotonya biar ibu pajang di ruang tamu.” Ucap ibu kos tulus. Ibu kos biasanya selalu galak jika masalah uang, tapi kali ini Bona berhasil melunakkan hatinya.
Sebelum mereka bergegas ke kantin kampus karena makanan untuk keluarga para wisudawan telah tersedia disana, 3 anak kos teman Bona datang menghampiri mereka.
Bona pikir mereka takkan datang untuk acara yang mereka anggap tak penting ini. Tapi buket buket bunga di tangan mereka mengurangi sedikit kesedihan Bona.
“Akhirnya ya di tempat kos kita ada juga yang bergelar sarjana pendidikan, jadi strata kos kita bisa naik sedikit deh,” celoteh Ayu yang lebih memilih untuk tidak kuliah dan langsung bekerja di salah satu tempat karaoke.
Karaoke family labelnya, tapi bukankah banyak apa yang terlihat di luar tidak melulu sama dengan kenyataan yang sbenarnya?
“Lo aja sih yang gak mau kuliah,” balas Dewi. “Eh, Na, tadi ada orang yang nitip hadiah buat wisuda lo. Kita ngak kenal sih ya itu siapa, tapi dia ngasih beludru hitam ini. Kita belum buka isinya kok,” lanjutnya.
Dewi menyerahkan beludru tersebut pada Bona. Bona mengamati sejenak, tidak terlalu antusias.
“Jadi ada gitu yang mau ngelamar gue sampe ngasih beludru segala?” komentar Bona asal.
Ia membuka beludru tersebut tanpa perasaan sama sekali, lalu terlihatlah sebuah kalung disana. Sekali lihat saja semua orang tau, itu kalung mahal. Raya dan yang lainnya langsung heboh karena ingin juga dihadiahi seperti itu oleh orang misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Nol (Complited)
Storie d'amoreHubungan Bona dan Arbi sempurna. Bona amat bahagia memiliki lelaki seperti Arbi. Pejabat di KPK, memiliki tubuh menawan, sikap dewasa yang mengajari banyak hal dengan lembut membuat Bona berpikir akan memiliki Arbi selamanya. Sampai Bona dihadapkan...