Kencan Terakhir Pernikahan

329 24 1
                                    

“Ke pantai?” Tanya Arbi melalui telepon.

Ini sudah jam istrirahat, dan Bona pikir Arbi sedang istirahat makanya ia telpon. Padahal, bagi Arbi tak ada jam istirahat, ia sedang bergegas untuk melakukan OTT lagi.

“Iya, ajak mbak Luna sama anak anak ke pantai.” Jelas Bona lagi, berharap Arbi akan menyetujui permintaannya.

“Untuk apa?”

“Untuk kencan pernikahan terakhir kalian. Bukankah selama ini mbak Luna terus yang menyiapkan kalian akan melakukan apa atau kemana? Jadi ini saatnya bang Arbi yang nyiapin kencan buat kalian. Bawa anak anak aja biar lebih seru.”

Bona menggebu gebu memberi saran. Ia harap akan ada keajaiban untuk moment terakhir Arbi dan Luna.

Arbi baru keluar dari lift, beberapa anggota penyidik yang lain sudah menunggunya di depan ruang tunggu. Beberapa yang masih masih sibuk memeriksa barang bawaan.

“Adek lagi ngak ngajar ya?” Arbi mengalihkan topik pembicaraan.

“Lagi istirahat, bang Arbi juga kan? Abang boleh ngajak mereka ke ancol, atau biar lebih jauh sedikit ke Anyer juga seru. Yah, mau kan ke pantai? Biar suasananya lebih romantis.” Bona masih berusaha membujuk.

Arbi tertawa selepas mendengar kata pantai Anyer. “Pantai Anyer dek?” tanyanya memperjelas.

“Ke pantai yang adek dulu pernah bermalam disana bareng cowok brengsek itu? Reki kan namanya..”

Bona menelan air liur di sebrang sana. Sial, ia lupa soal kejadian yang dulu.

“Ooo, ya udah ke ancol deh kalo gitu. Atau sekalian aja liburan ke Bandung atau Malang mungkin?”

“Apa sih dek, ini pentingnya buat kamu?”

“Buat adek sih bukan soal pentingnya, tapi demi menebus rasa bersalah adek sama keluarga bang Arbi. Pergi ke pantai atau liburan kemana juga boleh deh, yang penting bang Arbi ngabisin waktu sama keluarga.”

“Adek tuh keras kepala ya. Nanti abang pikir dulu, yang jelas ngak mungkin mau ke pantai Anyer. Adek udah ngak ada hubungan apapun lagi kan sama Reki? Ya udah, nanti abang telepon adek lagi ya, abang udah di tungguin sama yang lain soalnya. Adek jangan lupa makan yang banyak. Abang tutup telepon ya.”

Bona terpaksa mengiyakan ucapan Arbi, meski masih banyak yang ingin ia bujuk kepada lelaki itu. Sebelum telepon mereka terputus, Bona sempat mendengar suara seseorang yang bicara kepada Arbi mengenai OTT.

“OTT, jadi sedari tadi dia sedang sibuk tapi masih mengangkat teleponku? Mau operasi tangkap tangan, berarti bakal ada kasus baru lagi yang akan di tangani, dan itu artinya dia akan sangat sibuk. Menyebalkan sekali bertemu orang yang super sibuk,” keluh Bona.

“Pacar ibu orang sibuk?” tanya Leo yang tiba tiba saja sudah berbisik di telinga Bona. Padahal Bona sudah sengaja ada di balkon belakang, tapi ketua basket yang satu ini tetap saja bisa menemukannya.

“Siapa yang punya pacar?” Jawab Bona meninggalkan Leo.

Leo segera datang menyusul, lengkap dengan bola basket yang masih ada di genggamannya.

“Bu, ibu ngak buru buru buat nikah kan? Bisa nunggu Leo beberapa tahun lagi, sampai Leo tamat SMA trus belajar bisnis, dan kerja di perusahaan papa. Kalo keuangan Leo udah stabil leo bakal datang ngelamar ibu.”

Anak tersebut dengan datar menjelaskan khayalannya tanpa peduli murid murid lain yang memandangi mereka.

“Le, ibu haus, bisa belikan ibu kopi?”

Titik Nol (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang