Bona mengirimkan uang ke rekening ibunya sejumlah yang ibunya minta. Ia memangdangi slip yang keluar dari ATM tempat ia mentransfer uang.
Masih tersisa 3,5 juta lagi karena Reki mengirimnya uang 10 juta. Bona benar benar terkejut dengan uang sebanyak itu bisa diberikan Reki padanya secara cuma cuma.
Padahal lelaki itu hanya memegang tangan dan mencium keningnya. Benarkah seseorang bisa jatuh cinta lagi bahkan setelah menikah?
Mona menarik napas panjang. Meski masalah keuangan telah selesai tapi justru dadanya terasa semakin sesak.
Hidupnya terasa berantakan, kehilangan makna, kehilangan kehangatan dan kehilangan semangat untuk menjalaninya.
Ia keluar dari ATM, menyapu ke sekelilingnya. Semua orang sedang sibuk. Bona rasa, salah satu jalan agar ia bisa menata hidupnya kembali adalah dengan berhenti bekerja di butik.
Karena dari tempat itu, banyak sekali hal hal yang menjadikannya semakin tidak baik, termasuk berhubungan dengan lelaki yang sudah menikah.
Semoga ia segera menemukan titik terangnya.''''''''''''''
Di hari off kerja selanjutnya, anehnya justru Bona mengiyakan ajakan Reki untuk kembali bertemu. Selama seminggu ia membulatkan tekadnya bahwa pertemuannya dengan Reki kemarin hanyalah sebuah kesalahan, dan ia takkan mengulanginya lagi.
Tapi saat Reki meneleponnya, kata iya meluncur begitu saja dari mulutnya.
Perasaan bersalah jika menolak permintaan Reki hinggap di kepalanya.Bukankah lelaki itu yang setidaknya pernah membantunya untuk biaya berobat ibunya, bukan Arbi atau bahkan bukan Banu. Setidaknya Reki jujur dari awal soal ia yang sudah menikah dan balk blakan menceritakan istri dan anaknya.
Juga bukankah setidaknya Reki tidak mengikatnya dalam hubungan berpacaran seperti yang dilakukan Arbi? Mereka hanya kencan, itu saja.
Bona menunggu Reki di teras kos, disana juga ada Sarah, Ayu dan Dewi yang sibuk dengan tongkrongan aplikasi MiChat dan membicarakan cowok cowok yang tampak tajir.
“Nungguin bg Arbi ya kak?” tanya Sarah, maksudnya hanya basa basi. Tapi ketika mendengar nama itu, suasana hati Bona bisa langsung berubah.
“Gue udah putus sama Arbi,” jawab Bona akhirnya.
Memangnya sampai kapan lagi ia terus menyembunyikan hubungannya yang sudah kandas itu.
“APAAA?” ketiganya kompak berteriak heboh, bangkit dari duduknya dan mengerumuni Bona.
“Gak mungkinlah Na lo putus sama bg Arbi, lo kan cinta banget sama dia. Kok lo putusin dia sih, kan kemaren dia udah minta maaf soal gak bisa datang ke wisuda lo,” Ayu protes.
Mereka bertiga sangat mendukung hubungan Bona dan Arbi. Penilaian mereka Arbi itu lelaki keren dan baik, sangat layak untuk bisa melindungi Bona.
“Gue pergi dulu ya,” Bona beranjak meninggalkan mereka ketika melihat mobil Reki sudah ada di depan kos. Ia tak ingin membahas apa yang bisa semakin melukai hatinya lagi.
Tidak seperti Arbi yang selalu berpamitan, Reki memilih tidak turun dari mobil. Juga tidak seperti Arbi yang mengharuskannya mencium tangan setiap kali bertemu, Reki tak peduli hal itu.
Reki tak ingin dekat atau terlibat dengan orang orang di hidup Bona, ia hanya ingin dan peduli pada gadis itu saja.
Sial, pekik Bona dalam hatinya. Ia mulai suka membanding bandingan keduanya, dan setiap kali ia lakukan itu, ingatan tentang Arbi akan terputar kembali.
Memacu rasa rindu semakin hebat. Membuatnya semakin tersiksa.
Bona memandang Reki yang sedang menyetir. Reki benar benar terlihat manis, wajahnya tenang sekali, bahasa tubuhnya juga terlihat natural, ia hanya fokus menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Nol (Complited)
RomanceHubungan Bona dan Arbi sempurna. Bona amat bahagia memiliki lelaki seperti Arbi. Pejabat di KPK, memiliki tubuh menawan, sikap dewasa yang mengajari banyak hal dengan lembut membuat Bona berpikir akan memiliki Arbi selamanya. Sampai Bona dihadapkan...