Bona sudah belajar sedewasa mungkin untuk bisa menyeimbangi pola pikir Arbi, yang usia mereka memang cukup terpaut jauh.
Ia banyak sekali membaca buku buku pernikahan, hanya agar mengerti bagaimana harus memperlakukan Arbi.
Tapi ketika gosip lain menerpa Arbi, rasanya tetap saja bisa menyesakkan dadanya. Ada beberapa media yang meliput kasus sidang perceraiannya Arbi, juga ada beberapa acara talk show yang menjadikan perceraiannya sebagai topik pembicaraan.
Bagi Arbi sendiri ia tidak terlalu memperdulikan hal itu. Awalnya ia ingin menutupinya dari siapapun, tapi ia mudah mengerti bahwa di jaman secanggih ini, yang bukan artis pun bisa jadi sorotan media.
Hanya saja ada satu berita yang menohok mereka, dimana foto foto Arbi bersama seorang wanita menyebar luas di internet. Kabar yang beredar adalah mereka sedang berkencan. Wanita itu bukan Bona.
Dan Bona tidak tau siapa wanita itu, yang jujur saja terlihat lebih cantik dan tau cara berpenampilan dibanding dirinya.
Foto foto itu mematik pendapat banyak orang lain, dan terutama membuat Bona menduga duga yang tidak tidak.
Sudah jelas komentar orang orang yang nyinyir mengatakan Arbi menceraikan istrinya karena ternyata ia selingkuh atau jatuh cinta dengan wanita lain.
Mendengar komentaran orang lain memang selalu menyebalkan. Meski begitu, Bona masih terus saja membacanya.
“Ini akan jadi sedikit berbeda bagi kita semua, karena biasanya jika kita mengundang pak Arbi maka yang akan kita bahas pasti kasus korupsi, nah kali ini justru kita akan bahas mengenai kehidupan pribadinya."
"Kali ini bukan kasus OTT yang mau kita bahas tapi mengenai foto foto pak Arbi yang banyak beredar di internet dan mengatakan pak Arbi berkencan dengan seorang wanita.” Pembawa acara tesebut menekan nada pada kata berkencan.
Di layar televisi Arbi terlihat tertawa santai.
“Ternyata lebih menyenangkan ketika membahas atau berdebat mengenai kasus korupsi dan politik di bandingkan masalah rumah tangga. Saya kesulitan menemukan jawaban yang tepat seperti biasanya."
"Kasus persidangan saya msih juga belum selesai ketika ada gosip aneh menerpa. Saya tidak mengerti kenapa bertemu teman lama pun disebut berkencan,” jawab Arbi masih dengan raut wajah terkendali.
Dia terlihat penuh karisma di layar televisi dengan balutas jass formalnya.
“Jadi, hanya teman?” Pancing pembawa acara lagi.
“Dia teman kuliah saya sewaktu kuliah di California, dan dia sedang balik ke Jakarta jadi kami bertemu. Sesederhana itu, tapi selalu jadi rumit di dunia maya dan di mata media. Kami hanya mengobrol masa masa kuliah dan bagaimana keadaan California, saya bahkan belum memberitahukannya masalah rumah tangga saya. Dia akan kaget jika sampai menonton berita.”
“Agak mengejutkan bagi kita ya karena jawaban Pak Arbi selalu tegas dan sederhana. Apa anda terbebani dengan berita ini?”
“Saya bukan seseorang yang mengambil pusing untuk hal yang memang bukan tanggung jawab saya. Tapi saya cukup mengkhawatirkan anak anak. Saya tidak peduli pendapat orang lain, tapi pendapat anak anak adalah hal yang terpenting bagi saya.”
“Apa komunikasi anda dengan anak anak anda baik?”
“Tentu.” Arbi mengagguk meyakinkan.
“Bagaimana rasanya ketika akhirnya anda di wawancarai mengenai kehidupan pribadi anda?”
“Bisa kita bahas mengenai kasus korupsi saja?” ujar Arbi bercanda, membuat orang orang yang ada disana ikut tertawa.
“Apa rencana anda selepas persidangan anda selesai? Mungkin kah mencari seseorang yang baru?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Nol (Complited)
RomansHubungan Bona dan Arbi sempurna. Bona amat bahagia memiliki lelaki seperti Arbi. Pejabat di KPK, memiliki tubuh menawan, sikap dewasa yang mengajari banyak hal dengan lembut membuat Bona berpikir akan memiliki Arbi selamanya. Sampai Bona dihadapkan...