Menguras Hati

299 23 3
                                    

Setengah sadar Bona mengiyakan ajakan Arka untuk pergi jalan jalan berdua.

Sesekali mereka memang  bertemu di luar sekolah, tapi bukan demi urusan pribadi. Mereka bertemu selalu demi urusan sekolah.

Dan ini akan jadi pertemuan mereka yang berbeda karena Arka bilangnya ia bosan makan malama berdua terus dengan ayahnya.

Arka menjemput Bona di tempat kosnya. Di tempat kos yang sekarang, Bona tidak terlalu berinteraksi dengan yang lain. Ia lebih suka menghabiskan sisa satu harinya dengan berkurung di kamar.

You look so diffrent with dress,” puji Arka ketika Bona datang menghampirinya.

“Kamu juga terlihat fresh dengan pakaian cassual begini.” Bona balik memuji.

“Na, kamu pernah kangen gak sih gila gilaan main di games zone? Habis makan kita nongkrongnya disana yuk, pengen main permainan anak kecil lagi.” Ujar Arka ketika mobil sudah mulai jalan.

Bona tertawa mendengarnya. Ini kepala yayasan mereka loh yang rindu masa kecilnya, jujur sekali pernyataannya. Bona menyetujui dengan senang hati.

Melakukan apa yang dilakukan anak kecil memang selalu menyenangkan. Setidaknya untuk saat itu, pikiran kita terasa bebas.

Mereka sampai ke salah satu mall sekitar tengah delapan malam, mengunjungi salah satu restoran yang ada disana. Selera makan Arka sangat menunjukkan kelasnya, ia memesan banyak sekali makanan makanan mewah.

“Saya juga tipe orang yang suka makan, jadi sebisa mungkin saya ingin mencoba banyak sekali makanan,” jelas Arka ketika Bona sempat bengong melihat banyaknya makanan yang dibawa pelayan.

“Itu menyenangkan, karena saya juga suka makan.” Balas Bona.

Siapa yang tak suka makan banyak? Berhubung karena tipe badannya kurus, ia tak pernah khawatir berapa banyak makanan yang masuk ke perutnya.

“Mau?” Arka menyodorkan garpu berisi gulungan pasta ke hadapan Bona. Bona sedikit malu, tapi menerima suapan tersebut.

“Kita harus lebih sering mengobrol di luar seperti ini agar bisa melupakan beban di sekolah. Tapi ngomong ngomong, sepertinya ketua basket itu sedang mendekatimu ya. Siapa namanya? Leo?”

Bona tertawa renyah mendengar pertanyaan Arka. “Leo itu murid Ka, masa dia deketin gurunya sendiri sih?”

“Kamu gak lihat ya Na yang lagi trending sekarang, guru sama muridnya pacaran. Nanti kalo Leo nembak kamu gimana?”

Bona semakin tertawa. Ya ampun, ternyata Arka bisa ya sepolos ini. “Ya kalo gitu aku bilang aja udah punya pacar.”

“Kalo dia nanyak siapa?”

“Ya aku bilang kamulah.”

Kini giliran Arka yang tertawa renyah. Entahlah, bagi dia Bona memang sangat menarik bahkan sejak masih di pasar malam.

Tapi karena ia tau Bona terlibat dalam hubungan yang rumit bersama Arbi, ia jadi menahan dirinya sendiri untuk tidak bertindak jauh.

Selepas makan malam dengan beberapa kali saling suap suapan, mereka akhirnya bergegas meninggalkan restoran.

Hanya suapan pertama mereka yang canggung, selebihnya mereka saling suapan dengan penuh bercandaan seperti teman lama.

Ada orang orang yang baru dikenal, tapi bisa nyaman seperti teman lama. Dan ada juga yang sudah lama sekali di kenal, tapi tetap tidak terasa nyaman mengobrol dengannya.

Selepas dari restoran, mereka jalan menuju games zone. Dari kejauhan saja sudah kelihatan rame berhubung karena ini juga malam minggu.

“Eh, mampir ke toko bunga sebentar,” ujar Arka ketika mereka melintasi toko bunga. “Suka bunga apa? Saya beliin yah.”

Titik Nol (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang