Anugerah

836 34 0
                                    

Bona menatap layar televisi yang di gantung di dinding mall. Layar itu menunjukkan wajah Arbi yang sedang memberikan keterangan pers mengenai seorang bupati yang dari saksi menjadi tersangka.

Saat memberikan keterangan pers, Arbi hanya mengenakan kaos berkerah yang ngepas di tubuhnya dengan celana jeans berwarna cream. Ini memang hari minggu, dia seharusnya libur, tapi terpaksa bekerja.

Bona mendesah, ada banyak hari yang ia lewati dengan hanya memandangi wajah suaminya di layar televisi atau layar ponsel.

"Dia ganteng sekali ya, duda keren. Aku mengidolakannya sampai memajang fotonya di walpaper ponselku," seorang gadis kuliahan menunjuk layar ponselnya pada temannya.

Keduanya cengar cengir membicarakan Arbi. Yang masyarakat tau, Arbi adalah seorang duda. Ada banyak perempuan yang terang terangan menyukainya.

Karena pernikahan Arbi dengan Bona hanya dilakukan dengan nikah sirih. Ada banyak hal yang harus mereka pertimbangkan saat hanya menikah secara agama 5 bulan dahulu, terutama perasaan anak anak.

"Bona? Iya, Bona kan?" Seseorang menyampari Bona.

Pandangan Bona sempat terpaku pada lelaki itu, Reki. Ya Tuhan, lihatlah, kadang ada orang yang dihadirkan dari masa lalu kita untuk mengingatkan dosa dosa yang pernah di lakukan.

"Bang Reki? Astaga...." Bona tampak gugup, tapi ia tetap tersenyum. Mereka berjabatan tangan, cukup canggung.

Iya, dengan lelaki ini Bona pernah menjadi selingkuhan seseorang. Bona pernah dengan sadar berselingkuh dengan Reki, sampai Arbi membuat mereka tak bisa bertemu lagi.

"Kamu terlihat berbeda sekarang ini Na, kamu.... apa ya, bersinar. Dan juga...." pandangan Reki yang mengamati penampilan Bona terhenti di perutnya.

"Na, kamu hamil?" Reki agak shock.

Bona tersenyum lalu mengelus perutnya. Hamilnya belum terlalu besar, ia masih bisa mengenakan pakaiannya yang biasa. Tapi Reki terlalu cepat menyadarinya.

"Siapa? Jangan bilang? Astaga Bona? Kamu jadi juga menikah dengan orang KPK itu?" Reki masih tampak shock, tapi ia berusaha mengerti.

Dulu Bona adalah gadis paling polos yang pernah ia temui, juga yang paling naif. Tapi gadis itu bisa merubah haluan kehidupan seseorang.

"Kami menikah 5 bulan kemarin, nikah sirih," mau tak mau Bona harus tetap menyebutkan bagaimana pernikahannya juga.

Reki mengangguk, berusaha memahami. "Kamu bertambah cantik setelah menjadi seorang istri. Selamat atas kehamilannya. Nikmati semua prosesnya ya Bona."

"Terimakasih bang Reki. Maaf atas kejadian di masa lalu."

"Kalau begitu kita harus saling memaafkan. Abang ingin sekali mentraktirmu makan, tapi abang ada presentase perusahaan hari ini. Waktu abang sedang mepet," jelas Reki tak enak hati.

Senyuman Bona semakin melebar. "Pergilah, semoga kita bisa bertemu di lain waktu." Bona melambaikan tangan.

Langkah kita boleh salah di awal, prosesnya boleh saja menyakitkan, tapi bukankah kita harus tetap berusaha membuatnya jadi lebih baik lagi.

"Sayanggg," seseorang memeluk tubuh Bona dari belakang selepas kepergian Reki.

Raya yang memeluknya. Mereka memang sedang ada janji temu hari ini. Bona tersenyum sambil kembali memeluk Raya.

"Ya ampun, ibu yang lagi hamil emang kelihatan cantik banget ya," Raya langsung mengusap usap perut Bona.

Padahal kalau hanya di pandangi sekilas, takkan ada yang menyadari Bona hamil, tapi Raya membuatnya jadi heboh.

Titik Nol (Complited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang