Part 32

1K 62 13
                                    

🔛 Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Dirga dan ridho bersama para perawat dan juga dokter arif telah sampai di bandara dan sesegera mungkin membawa rara ke dalam sebuah jet pribadi.

"Ridho, kmu hrs bisa jaga rahasia ini!" pinta dirga.

"Aku janji, tapi kmu hrs jaga dia baik* dan kabari aku ketika kalian sudah sampai!" ucap ridho sambil keluar dari jet.

"Baiklah, kmi berangkat dulu" ujar dirga.

Hp dirga berdering, terlihat panggilan dari papanya.

"Halo pa?" ucap dirga.

"Dirga, kmu kmna aja, apa kmu tdk kerja?" tanya papa dirga.

"Pa, dirga minta maaf sebelumnya, hri ini dirga akn brangkat ke belanda krna dirga harus membawa teman dirga untuk segera berobat kesana!" dirga.

"Berapa lma kmu akn disana?" tanya papa.

"Dirga telh ambil cuti satu bulan pa! Jdi kira*nya segitu, papa ngga ush khawatir dgn dirga, dirga baik* kok!" ujar dirga.

"Okelah, kmu hati* ya nak!" ucap papa.

"Iya pa, dirga berangkat dulu" dirga menutup telponnya.

"Ra, kmu hrs kuat, jgn patah semangat, kmi semua akn berusaha membantumu apapun itu caranya!" ucap dirga sambil mengelus kepala rara.

"Makasih Irwan" ucap rara yg sedikit lemas.

"Irwan ayo kita berangkat!" perintah arif.

Pesawat sudah lepas landas untuk segera berangkat ke belanda.

🔜 Amsterdam, Belanda.
Paginya pesawat sudah mendarat di salah satu bandara yang ada di belanda, dokter arif segera menelpon temannya yang sedang bekerja untuk merawat pasien penyakit kanker di rumah sakit Antoni van Leeuwenhoek di Amsterdam.

"Brie, aku tlh sampai dbandara, dan akn segera kesana!" ucap dokter arif.

"Oke, waiting kmi akn menyiapkan perawatan untuknya!" uacp dokter alhi kanker dgn bahasa indonesianya.

Rara segera dibawa ke rumah sakit tersebut, sesampainya disana rara langsung diberikan perawatan medis yang begitu baik.

🔛Indonesia.
Sekitar jam 10 pagi pemakaman rara akan dilaksanakan, mama rara telah merencanakan sesuatu, selfi dan arwan datang dgn keluarganya masing* ke rumah rara.

"Erie, aku turut berduka cita ats meninggalnya rara" simpatis mama selfi.

"Tante, arwan minta maaf krna telah menyakiti rara!" ucap arwan.

"Tidak apa* kok nak, kmu ngga salah kok, ini memang kesalahannya rara" ucap mama rara.

"Tante, seharusnya akulh yg salah..., Rara knapa begitu cepat kmu pergi?" selfi menatap jasad rara yang tertutupi kain dgn bergelimang air mata.

"Selfi, sudahlah,...!" ucap mama selfi sambil menarik tgn selfi.

Pemakaman telah dilakukan pada saat hujan lebat mengguyur setelah nya, Arwan dan selfi masih berdiri sambil memayungkan diri mereka dgn meratapi makam rara, mama rara telah pulang terlebih dahulu.

Tinggallah mereka berdua.

"Sel, apa yg kita telah lakukan?" Ucap Arwan.

"Aku tau, akulh yg bersalah, seharusnya aku tidak mencintai kamu, andai saja rara mau mengungkapkan perasaannya padamu, pasti dia akan lebih baik!" ucap selfi.

"Sudahlah, mmng kita berdua yg salah, lebih baik kita segera pergi dari sini!" perintah arwan.

🔛 Rumah Rara.

"Nyonya, knapa anda merahasiakan ini dari semuanya?" tanya bik lia.

"Bik, jika rara yg memintanya aku ngga akan bisa menolaknya!" ujar mama rara.

"Kamu memang anak yg tegar rara" kagum bik lia.

Bel hp mama rara berbunyi terlihat nomer panggilan dari luar negeri.

"Halo tante, ini dirga, kmi sudah sampai di rumah sakitnya!" ucap irwan.

"Baguslah, sekarang bgaimna keadaan rara?l tanya mama rara.

"Alhamdulillah rara udh mulai memdingan, kata dokter yg ada di sini besok rara harus segera operasi pengangkatan kanker nya tante!? Gimna?" tanya irwan.

"Lakukan saja nak, ibu titip rara sama kmu, jaga rara baik* yahh! Ibu akn berangkat kesana setelah keadaan mulai baik!" perintah mama rara.

"Baiklah tante, irwan janji akn menjaga rara, bahkan dgn nyawa irwan akn taruhkan" semangat irwan.

"Oke,"

Masih di runah rara.

Mama rara menelpon pengacaranya.

"Pak suryo, jual aset perusahaan yg ada di wilayah kalimantan dan di jawa.

"Baik nyonya" jawab pak suryo.

Demi kesembuhan rara mama rara menjual beberapa aset perusahaannya guna untuk membiayai pengobatan rara di belanda.

🔛Rumah sakit Antoni van Leeuwenhoek di Amsterdam.

"Dok, rara udh lumayan mendingan kan?" tanya irwan.

"Iya wan, ini juga berkat bantuan dari teman saya dan rekan* yg ada disini!" puji dokter arif.

"Rara masih tidur, bagaimna klau kita minum kopi di lobby bawah!" ajak irwan.

"Boleh juga tuhhh" ucap dokrer arif.

Next komen👇

Hanya Sebatas Mimpi EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang