48. Jimin Imagine (Just You pt.2)

405 29 0
                                    

Aku berdiri kaku di bawah guyuran hujan yang sedang membasahi jalan-jalan kota Seoul.

Aku melihatnya. Namja itu. Chim oppa.

Ya. Dia sedang berada di dalam sebuah restoran, bersama dengan seorang gadis. Mereka sedang berbincang dan sesekali Jimin oppa mengusap pipi gadis itu dengan tatapan penuh cinta.

2 tahun.

Harusnya itu bukanlah waktu yang singkat untuk membuatku menyudahi perasaan ini.

Perasaan yang tak pernah terbalaskan.

Bagaimana aku tau sedangkan dia terlihat sangat menyukaiku saat itu?

Jawabannya sangat sederhana.

Yaitu karena hubungan jarak jauh itu sulit dan melelahkan.

Tidak. Tidak. Kami tidak pernah menjadi pasangan. Tapi New York itu terlampau jauh dan aku merasa kami sama-sama tidak sanggup untuk menjalaninya. Atau hanya aku yang menyerah? Aku tidak tau.

Aku sudah tidak peduli dengan tubuhku yang menggigil karena terguyur hujan. Aku bawa payung. Tapi semenjak aku dengan tidak sengaja melihat pemandangan ini, tanganku melemah dan serasa tak mampu lagi menopang payung single ini untuk tetap menudungiku. Biarlah air hujan melunturkan semua air mataku yang sudah sangat deras ini. Sederas hujan yang mengguyurku.

Aku tidak bisa beranjak. Kakiku tidak mau menuruti perintah otakku untuk beranjak. Bahkan berbalik pum tidak.

Tapi tiba-tiba ada yang menghalangi pandanganku dan juga aku merasa tidak ada lagi air hujan mengguyurku.

Perlahan aku mengangkat kepalaku dan menemukan sosok yang sangat-sangat familiar.

Siapa lagi kalau bukan Jihyun oppa, adik dari namja yang sedang makan malam mesra di dalam restoran di depanku itu.

“Mau sampai kapan kau mau hujan-hujanan di sini?” Tanya Jihyum oppa dengan nada dingin. Aku hanya menundukkan kepala. Ia langsung memutar tubuhku dan memaksaku bersalan.

Sesekali aku ingin melihat kebelakang, ke tempat Jimin oppa, tapi Jihyum oppa terus menghalanginya hingga ia memaksaku untuk masuk ke dalam mobilnya.

“Aku ingin pulang.” Lirihku.

“Masuklah.” Ucapnya sambil membuka pintu penumpang untukku. Tapi aku menggelengkan kepala.

“Masuk. Aku akan mengantarmu pulang.”

“Aku ingin pulang sendiri.”

“Berhentilah keras kepala dan masuklah Eom Minhwa.” Ucapnya yang terdengar seperti perintah mutlak yang tak terbantahkan. Akhirnya aku menuruti perkataannya dan masuk ke mobilnya.

Ia pun masuk dan langsung melajukan mobilnya. Entah kemana tujuannya.

“Kau masih mengharapkan Jimim hyung?” Tanya Jihyun oppa saat beberapa saat keadaan mobil sepi hanya ada suara hujan.

“Tidak.” Ucapku yang terdengar sangat pelan. Entah dia bisa dengar atau tidak.

“Lalu kenapa kau masih memakai cincin darinya?” Tanya Jihyun oppa membuatku menatap tangan kananku yang masih memakai cincin dari Jimin oppa. Aku tetap diam namun air mataku kembali menetes.

Semua kenangan itu tersimpan di cincin ini, dan itu membuatku sedih setiap kali aku mengingatnya.

Tiba-tiba sebuah tangan besar meraih dan menautkan jemarinya ada tangan kiriku. Aku menoleh menatap si empunya tangan besar itu.

“Kau tau aku tidak suka kau menangis, kan? Apa lagi karena namja. Terutama karena namja sialan itu.” Ucap Jihyun oppa sambil mengelus tanganku.

“Dia kan hyung-mu.”

“Aku tidak akan menganggapnya hyung jika ia terus menyakitimu seperti ini.” Ucap Jihyun oppa.

“Maafkan aku.” Ucapku sambil menunduk.

“Kenapa?”

“Maaf jika aku ada akhirnya terus seperti ini, oppa. Dan mungkin kita akhiri hubungan ini. Aku tidak ingin lebih menyakitimu lebih dari ini.” Ucapku sambil melepas genggaman tangan Jihyun oppa.

“Lalu apa kau bisa menanggungnya sendiri? Setidaknya biarkan akuenjadi tempat sandaranmu, Minhwa-ya. Aku tidak masalah jika seperti ini. Asal kau tidak menderita sendirian.” Ucap Jihyun oppa kembali menggandeng tanganku.

“Aku yang tidak bisa.” Ucapku yang langsung menangis. Aku merasakan Jihyun oppa langsung meminggirkan mobil, lalu menarikku ke dalam pelukannya yang hangat.

Bahu dan dada ini yang selama ini menenangkanku. Namja di hadapanku ini sangat sabar terhadapku yang masih belum bisa melupakan namja lain.

Namja ini begitu sabar terus menenangkanku dan menjagaku.

Dia tidak pernah meninggalkanku sendiri meski aku memaksanya untuk meninggalkanku.

Tapi di saat yang sama, aku masih sangat berharap kalau dia adalah Park Jimin, bukan Park Jihyun.

Egois memang.

Jahat memang.

Karena itulah aku juga ingin melepaskan namja ini pergi.

Setiap kali aku menatap matanya, yang kuingat hanya Jimin oppa.

Setiap kali aku melihat senyumnya, yang kuingat hanya Jimin oppa.

Maafkan aku Jihyun oppa. Aku selalu menyakitimu.

“Sudah lebih baik?” Tanya Jihyun oppa melepaskan pelukannya setelah aku mulai tenang. Aku menatapnya lekat.

“Mengapa oppa selalu seperti ini?” Tanyaku yang sedikit sesegukkan.

“Seperti apa?”

“Kau selalu menenangkanku setiap kali aku sedih karena Jimin oppa. Kau bahkan selalu ada untukkh setiap saat. Bukankah itu sangat tidak adil untukmu?” Tanyaku menundukkan kepala.

“Hey, lihat aku, Minhwa-ya.” Ucapnya menangkup kedua pipiku dan mengangkat kepalaku, jadi aku menatapnya.

“Kau adalah gadisku sekarang. Jadi sudah menjadi tanggungjawabku untuk membuatmu merasa nyaman, membuatmu tersenyum dan bahagia. Jadi kau tidak perlu merasa terbebani, oke?” Ucap Jihyun oppa dengan sangat lembut. Aku menatapnya beberapa saat kemudian menganggukkan kepala.

Maafkan aku, Jihyun oppa.

Dan terima kasih atas semuanya.

Aku menyayangimu.

END

==========================

Apa-apaan ini? Kenapa jadi ff nya Jihyun, adiknya Jimin?

Aku juga bingung. Maafkan aku hehe

Sekali-sekali gak papa kali yah bikin fanfic tentang adiknya artis terkenal seantero dunia hehe.

Sejujurnya aku lupa bikin lanjutan ff jimin yang ini..

Pas liat works lagi, terus liat Just You pt.1, aku baru keinget kalo part selanjutnya belum bikin hehe.

Ini aja baru aku bikin.

Dadakan.

Dan aku bikin kelar bikin ini tuh jam 12.16 pagi. Semalem

Hehe

Sedih gak sih part yang ini?

Atau kurang?

Mohon kritik dan saran dong..

Oh iya bentar lagi Suga Imagine bakal aku close alias aku complete-in di chapter ke 50 yah..

Mungkin aku akan bikin yang baru lagi..

Kemungkinan. Hehe

Makasih yang udah sangat sabar baca dan nungguin update-an work ini.. hehe

Kayaknya gua kebanyakan bacot ye..

Cabut dulu yahh bye~

Suga ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang