15 : Choose

9.3K 1.2K 87
                                    


Soojae tidak bisa melupakan kejadian kemarin. Sungguh mengerikan. Ia luar biasa sakit hati setiap kali mengingat semua tuduhan kejam yang dilontarkan Taehyung untuknya. Pria itu benar-benar kasar, Soojae menyesal ia pernah merasa tertarik dengan Taehyung.

Astaga, Taehyung. Soojae menggigit bibir. Dadanya sakit sekali, seperti baru saja dihantam batu. Kenapa pria itu melakukannya? Soojae pikir, hubungan mereka lebih daripada itu, ternyata Taehyung memandangnya tidak lebih daripada gadis penggoda.

Ia benar-benar tidak mengerti dengan sikap Taehyung yang meletup-letup dan sangat... bergairah. Pria itu sulit ditebak dan amat sulit didekati. Bagaimana caranya agar Taehyung menganggapnya lebih daripada gadis seperti itu? Percuma saja, ia sudah terlanjur sakit. Sekarang, yang harus ia lakukan hanya bertahan.

  Kemarin malam ia tidak bisa tertidur. Begitu pun Jungkook. Pria itu menemaninya sampai pagi, bahkan ketika petir dan guntur datang menyambar. Soojae yang biasanya akan meminta perlindungan, kini harus menahan ketakutannya sendiri.

Semua berjalan baik.

Jungkook tidak menunjukkan sikap mengancam apa pun. Pria itu bahkan sesekali memeriksa keadaannya.

"Soojae, apa kalian bertengkar karena aku?" Soojae yang sejak tadi melamun sambil menunggu air mendidih, menoleh ke arah Jungkook. Pria itu duduk bersandar ke tembok kayu. Wajahnya pucat, tapi luka di lengannya baik-baik saja. Selama beberapa saat, Soojae diam saja, dan Jungkook kelihatan memaklumi sikap bungkamnya itu.

"Maaf kalau aku terlalu banyak ikut campur."

"Kopinya sudah siap." Soojae mengalihkan diri, pura-pura tidak mendengar ucapan Jungkook. Sungguh malang nasibnya karena mesti bertemu dengan pria sekasar Taehyung, tapi ia tak perlu memikirkan apa pun lagi. Kalau Taehyung bisa bersikap seperti itu, maka ia akan ada di sana untuk terus menentangnya.

Saat Soojae menyodorkan cangkir berisi kopi pahit dan ubi yang sudah direbus, Jungkook memperhatikan ekspresi di wajah muram gadis itu. "Terima kasih."

"Aku tidak keberatan memeriksa lukamu lagi."

"Tidak apa-apa. Lukanya akan segera sembuh."

Entah mengapa, pagi ini pondok terasa hampa karena raibnya kehadiran Taehyung di sana. Sebenarnya, Soojae gelisah karena memikirkan Taehyung. Semalam pria itu tidak pulang. Ia takut pria itu terlalu mabuk dan jatuh ke jurang, atau diserang hewan buas. Soojae tersenyum samar, bodoh, bisa-bisanya ia mengkhawatirkan Taehyung padahal pria itu telah menyakitinya. Ia benar-benar gadis bodoh.

"Aku merasa tidak enak karena membuatmu berada dalam kondisi seperti ini." Jungkook membuka suara. Ia memperhatikan mulut Soojae yang sedang mengunyah. Sungguh bibir yang manis.

"Ini bukan salahmu. Sebelum kau datang, kami sudah sering bertengkar, tapi kali ini kami sama-sama merasa muak, jadi tak bisa ditahan-tahan lagi."

"Nah, dan karena siapa itu terjadi?" Soojae menatap Jungkook. Pria itu tampan dengan garis-garis wajah tegas, bibir bawahnya penuh sementara bibir atasnya terpahat indah. Sepasang mata Jungkook tajam dan gelap, Soojae cepat-cepat mengalihkan pandangan.

"Kurasa dia marah karena...."

"Karena dia cemburu."

"Apa?"

"Lihatlah tanda-tandanya. Pria itu cemburu besar."

"Aku tidak mau tahu, yang kutahu dia  pria yang kejam dan telah menyakitiku."

"Aku ingin meminta maaf untuk itu. Kakaku itu memang agak pemarah," kata Jungkook.

Ketika itu, pikiran Soojae masih terus teralihkan pada Taehyung. Pada keadaan pria itu saat ini. Kemana Taehyung pergi? Kenapa dia tidak kunjung kembali? Apa pria itu sudah makan?

"Aku akan pulang."

Jungkook sudah menghabiskan jatahnya dan sedang menyeruput kopi.

"Pulang?"

Soojae merasakan dadanya membucah oleh rasa senang. Pulang, Jungkook akan pulang? Soojae ingin sekali pulang. Bisakah Jungkook membawanya pergi? Ia sudah muak tinggal di sini, ia juga tidak bisa tinggal bersama pria kejam itu terus, tapi ketika ingat kalau Taehyung belum kembali. Rasa ragu menerpanya. Kalau ia pulang, ia harus setidaknya berpamitan. 

"Kau mau ikut bersamaku?"

Jungkook tanyai dengan wajah lembut. Pria itu hangat dan baik. Sehingga Soojae selalu membanding-bandingkan kepribadian Jungkook dengan kakaknya. Berbanding terbalik.

"Taehyung belum kembali...."

"Begitu."

"Setidaknya aku harus berpamitan."

"Bagaimana kalau dia tidak pulang?" Soojae menggeleng ragu.

"Entahlah, bagaimana kalau kita tunggu saja?"

"Sampai siang?"

"Ya."

"Bisa kupikirkan."

"Apa kau bersungguh-sungguh ingin membawaku?"

"Tentu, aku tahu jalan keluar dari hutan ini."

"Kalau aku ikut denganmu, aku pasti akan menyusahkanmu." Jungkook diam memperhatikan wajah Soojae yang nampak layu.

"Tidak masalah."

"Kau yakin? Kau sedang terluka." Tatapan Soojae jatuh ke lengan Jungkook yang diperban.

"Tidak separah itu. Aku baik-baik saja, mengerti?"

"Kapan kita akan pergi?"

"Siang nanti."

"Bagaimana kalau Taehyung tidak kembali sampai siang nanti?"

"Kita akan pergi."

"Kau punya sesuatu untuk bisa kutinggalkan di sini. Seperti sebuah catatan?"

"Aku menyimpan note di tas, aku selalu membawanya kemana-mana."

Jungkook sibuk memeriksa sesuatu di tas kecilnya. Lalu mengeluarkan sebuah note kecil dan pulpen hitam. Soojae mendesah lega. Setidaknya ia akan mengucapkan sesuatu untuk Taehyung.

"Terima kasih."

"Tunggu," kata Jungkook. Masih mengutak-atik tasnya.

Soojae setia menunggu dengan sabar. Sampai kemudian Jungkook mengeluarkan sebuah tabung mungil dari dalam sana. Itu pelembab bibir.

"Bibirmu pecah-pecah."

"Kau baik sekali." Soojae tersenyum malu, lalu membalik badan untuk memakai benda itu di bibirnya. Saat selesai, Soojae lekas mengembalikannya pada Jungkook. Gadis itu sempat terdiam, hendak mengatakan sesuatu.

"Ada yang ingin kutanyakan lagi."

"Tentang apa?"

"Taehyung." Jungkook mempelajari ekspresi di wajah Soojae. "Ya."

"Kenapa? Maksudku, kenapa sikap Taehyung bisa seperti itu. Kau tahu kan? Dia tinggal di sini, mengasingkan diri dan jadi sangat pemarah. Pasti ada sesuatu yang dulu terjadi padanya."

"Tunangannya meninggal dengan tragis."

"Kekasihnya?"

"Ya."

"Dia seharusnya tidak ada di sini."

"Aku yang meminta."

"Apa?" Wajah Jungkook berkilat-kilat akan emosi.

"Tunangannya berselingkuh denganku." Bibir Soojae terkatup rapat. Tidak mempercayai pendengarannya, Jungkook membiarkan keheningan membungkus mereka selama beberapa saat sampai akhirnya berkata, "Yuri hamil anakku, dan Taehyung sangat mencintai Yuri. Begitulah kira-kira."

"Itu tragis sekali," kata Soojae lirih.

"Itulah alasan kenapa Taehyung sangat membenciku." []
 
28-Mei-2019
HaderKim

Parah sih 😏

[KTH] My Patron ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang