31 : Marry me

10.4K 1.2K 313
                                    

Hari ini, setelah seluruh kesibukannya telah berakhir. Ia memutuskan untuk mengunjungi rumah kecil di sudut kota, rumah yang tidak begitu bagus namun nyaman--yang sudah sangat lama ia beli dari seorang wanita tua.

Rumahnya terletak di luar area kota. Berdiri di antara perumahan kumuh dan kemiskinan yang melanda. Tempat ini seperti sebuah neraka kecil yang terbentuk demi menciptakan surga megah di pertengahan ekonomi yang lesu. Mereka yang tinggal di sini adalah orang-orang terbuang, yang miskin dan tak berkuasa.

Sebagian besar hanyalah pemulung dan buruh kerja yang penghasilannya tidak sebanyak orang-orang kantor, polisi, atau gadis-gadis yang bernyayi di layar televisi.

Keadaan tempatnya memprihatinkan. Setiap pagi, ketika Jungkook pergi untuk melihat-lihat kota, ia selalu berpapasan dengan seorang wanita tua yang terduduk sambil memangku anjing peliharaannya.

Jungkook tidak berekspresi atau berkata apa-apa, ia hanya melewati nenek tua itu. Esoknya lagi, ia menghampiri wanita tersebut sambil membawa makanan anjing dan beberapa bahan masakan untuk sang nenek.

Beberapa kali nenek tersebut mengucapkan rasa terima kasihnya, dan Jungkook hanya tanggapi dengan wajah kaku lalu pergi begitu saja.

Entahlah, hal apa yang telah membuat pria itu terketuk pintu hatinya, yang jelas Kim Jungkook lebih sulit ditebak jalan pikirannya.

Sambil melangkah pelan di sebuah gang sempit, Jungkook sibuk bersenandung lembut tanpa dosa, sesekali tersenyum dan mengernyitkan dahi begitu bayangan dua orang gadis melintas di kepalanya.

Ia tidak suka, apalagi harus terbayang wajah Soojae yang cantik. Oke, Jungkook hanyalah terobsesi dengan gadis Choi itu, tapi lain halnya dengan Jira.

Apakah itu cinta?

Itulah yang selalu Jungkook pikirkan dalam otak liciknya. Ia tidak bisa dan tidak akan mau jatuh cinta untuk alasan apa pun lagi. Otaknya selalu berkata kalau Yurilah cinta pertama dan terakhir. Jira hanya jalang kecil yang lugu, gadis itu terlalu lugu dan mudah dimanfaatkan.

Ada dua bungkus plastik berisi makanan yang sengaja ia beli untuk Jira.

 Jungkook berbelok ke kiri, langkahnya besar-besar, menjauhi mengetuk aspal berlubang. Ketika sampai, Jungkook masuk melalui pintu belakang rumah yang selalu digunakan untuk akses keluar-masuk. Setelah meletakkan kantung makanan di dapur mini miliknya.

Jungkook mencari-cari Jira, dan menemukan gadis muda itu tengah tertidur pulas bagai anak kucing dalam dekapan ibunya.

Dia pulas sekali. Jungkook memalingkan wajah. Dengan kaku pergi dari sana. Menolak mengatakan apa pun dan memilih untuk meraih sebotol wine. Ia sudah menghabiskan setengah gelas ketika rasa penasarannya menguap semakin banyak.

Padahal, Jungkook tidak pernah menaruh perhatian pada gadis lain, seseorang yang tidak memiliki hubungan apa pun. Soojae hanyalah alat untuk ajang balas dendam, sementara Jira

...

Jungkook hanya memanfaatkan tubuhnya, tidak lebih. Namun, karena mereka sering menghabiskan waktu bersama. Jungkook lama kelamaan merasa Jira sudah menjadi bagian dari hidupnya sendiri.

Dengan langkah pasti, Jungkook menghampiri Jira. Sepasang matanya mengamati gadis muda yang telah dipermainkannya ini. Mendadak, rasa kasihan menyesakkan dada Jungkook.

Perasaan itu sungguh menyebalkan. Jungkook mengernyit. Seakan merasakan perhatian dari Jungkook, Jira terbangun.

Pertama-tama, mata mereka langsung saling bertemu, dan Jira lemas karena debaran jantungnya yang tak keruan. Ia bodoh sekali kalau memiliki perasaan pada Jungkook.

[KTH] My Patron ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang