58. Hukum Menjerat

1.6K 273 3
                                    

Tidak jauh dari tempat kemah Hallstein berdiri, para prajurit tergopoh-gopoh membawa air untuk memadamkan api yang berasal dari gudang. Asap membubung tinggi di sela-sela seruan para prajurit yang panik. Arya dengan senyap membantu membawakan air, menahan diri untuk tidak keceplosan memberi instruksi. Terbiasa menjadi Panglima membuatnya sulit menjadi mata-mata. Sama seperti Menno, mungkin dia tidak berbakat.

Arya dengan tenang menyeka peluhnya. Wajah datarnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya-lah dalang di balik kebakaran itu. Apa boleh buat, saat Menno tidak kembali pada waktu yang dijanjikan, Arya hanya bisa menjalankan rencana cadangan.

"APA-APAAN INI?!"

Seruan lantang dari kejauhan membuat para prajurit berhenti sejenak untuk melapor.

Mata Kyros menyipit melihat api yang masih berkobar di beberapa bagian gudang sementara mendengarkan laporan tentang bagaimana api menyala tanpa sebab yang jelas dan bagaimana orang-orang awalnya tidak sadar karena gudang berada di bagian perkemahan yang tidak mencolok.

Seberapa besar pun usaha Kyros untuk tenang, dia tetap kesal. Gara-gara keributan ini, dia belum selesai menggeledah kemah Hallstein, belum selesai memeriksa dokumen-dokumen yang dia ambil, dan belum mengembalikan semua itu ke tempatnya. Kenapa harus ada musibah di hari semacam ini?

"Siapa yang bertugas jaga malam ini?" tanya Kapten Kyros.

Arya yang sejak tadi berdiri tidak jauh dari Kyros menghadap dan melapor.

"Saya, Kapten," jawabnya tanpa basa-basi.

"Bagaimana mungkin kebakaran terjadi sebesar ini dan kamu tidak menyadarinya?"

Arya memasang tampang datar. Dia sudah menduga pertanyaan-pertanyaan apa yang akan muncul, dan sudah menyiapkan jawabannya. Versi yang dia ceritakan pada rekan prajurit yang lain adalah, dia sedang berpatroli di sisi yang berseberangan - lokasi kebakaran sama sekali tidak terlihat dari situ. Arya juga sudah menyiapkan beberapa 'saksi' yang sedang bersama dengannya ketika mereka sadar terjadi kebakaran. Lagipula, karena terletak di daerah yang sepi dan terpencil, jarang sekali orang melewati daerah tersebut. Tidak ada yang mencurigakan.

Cerita itulah yang Arya tuturkan kepada Kyros. Tapi Sepertinya Kyros tidak terlalu peduli soal detil semacam itu. Dari ekspresinya yang tidak berubah bahkan setelah penjelasan Arya, dia bahkan tidak yakin Kyros mendengarkan dengan baik.

"Lalu di mana partner jagamu?"

Deg.

Kenapa Menno belum muncul kembali? Arya yakin bahkan dengan kedatangan Kyros yang lebih daripada dugaan Arya, dia yakin Menno mendapatkan cukup banyak waktu untuk keluar dari kemah. Kenapa orang itu belum muncul juga?

"Kapten, dia..."

"Ya ampun, bagaimana bisa ada kebakaran sebesar ini?" 

Di tengah-tengah jawaban gugup yang Arya berikan, Menno muncul entah dari mana dengan tampang tanpa dosa. Seandainya Kyros tidak sedang berdiri di sana dengan wajah merah padam, mungkin Arya akan menggelengkan kepalanya.

"Habis dari mana kamu?" tanya Kyros tanpa memedulikan pertanyaan Menno barusan.

"Maaf Kapten. Saya merasa tidak enak badan dan pergi buang air," jawabnya.

Jawaban Menno, walaupun bisa dibilang agak masuk akal, tampaknya tidak mambuat Kyros merasa puas. Kyros sudah muak dengan semua kekacauan ini, dan yang dia inginkan hanya kembali ke kemah Hallstein secepat mungkin dan menyelesaikan urusannya. 

Kyros hanya ingin menyelesaikan masalah sesingkat mungkin.

"Dua penjaga malam ini, keduanya lalai menjalankan tugas, tidak berada di tempat dan tidak melaksanakan perintah dengan serius, sehingga mengakibatkan kerusakan dan merugikan perkemahan. Keduanya akan dihukum dengan hukuman badan!"

Artunis (Artunis #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang