"Enaaaak~"
Arya tersenyum melihat Hilda yang berseri-seri mengulum jajanan yang baru saja mereka beli di pasar.
"Jajanan di Stellegrim memang jajanan paling enak sedunia."
"Sedunia?" gumam Arya. Seberapa besar 'dunia' itu bagi gadis sekecil ini?
"Hmm," Hilda mengernyitkan dahi. "Aku belum pernah ke Surpara sih, tapi kalau di Runweld, makanannya tidak enak."
"Runweld?"
"Hehe, aku sebenarnya orang Runweld. Ayahku orang Runweld."
Arya ingat Menno pernah bilang sesuatu soal Runweld juga. Menno dan orang-orang disekitarnya memiliki wawasan yang luas - berbeda dengan dirinya yang selalu berada di Surpara.
Kedua orang itu kini melewati alun-alun kota, di mana berdiri tegak sebuah patung perak yang menjulang tinggi, berkilau laksana perunggu di bawah sinar matahari senja. Patung itu patung seorang pria. Meskipun wajahnya tidak terlihat jelas, tapi sikap tubuh dan pakaiannya menunjukkan figur ini adalah seorang bangsawan tinggi - pedang tergantung di pinggangnya, lambang keluarga di kemejanya, dan jubah panjang terjuntai dari kedua bahunya.
Sebagai pengagum karya seni, Arya mau tidak mau berhenti sejenak untuk mengaguminya.
"Ah, itu patung Pangeran Meinrad."
Suara imut Hilda menyadarkan Arya bahwa ia sudah memandang terlalu lama.
"Pangeran Meinrad? Adik raja Mirchad yang sekarang?"
Meinrad yang sudah menghilang dari urusan kenegaraan selama berpuluh-puluh tahun, banyak orang bahkan tidak mengetahui keberadaannya. Di Surpara sendiri, namaitu tidak pernah disebut. Kalau bukan karena Arya harus menghafal semua raja-raja dan garis keturunannya, mungkin dia pun tidak mengetahui hal tersebut.
Bagi seorang Putrabumi seperti Hilda, mengetahui hal seperti ini...
"Bagi para Putrabumi dan pedagang kecil di Stellegrim, Pangeran Meinrad adalah seorang pahlawan."
Arya mengangguk, memberi tanda agar Hilda meneruskan ceritanya.
"Raja Wilmar dan Pangeran Meinrad, di antara kedua bersaudara itu, yang satu adalah Raja yang baik hati, dan yang satunya adalah Pangeran yang cerdik.
"Pangeran Meinrad menyelesaikan pendidikannya pada usia 12 tahun, dan pada usia 15 tahun menjadi walikota di Stellegrim. Dalam beberapa tahun, dia berhasil menciptakan sistem patroli kota yang efisien, sistem peradilan yang lebih baik pagi para Putrabumi, sistem perpajakan yang lebih ringan bagi orang-orang tidak mampu, dan menyusun kebijakan tentang perdagangan bebas, yang menyatakan bahwa semua orang beibas berdagang di kota ini.
"Tidak semua orang menyukai hal ini. Pada saat itu, banyak bangsawan dan orang-orang dari ras Agung yang menentang keinginannya. Selain itu, Serikat Dagang di Stellegrim pada saat itu memonopoli perdagangan, mengeluarkan izin yang tidak sah bagi para pedagang baru dan menetapkan harga seenaknya. Mereka juga menentang kebijakan Pangeran Meinrad.
"Lalu, mereka membuat ulah di kota ini. Pertama-tama, kebakaran muncul hari demi hari di berbagai titik di Stellegrim. Di saat yang sama, pembunuhan-pembunuhan misterius merajalela. Kemudian, tepat sebelum musim dingin, beberapa lumbung terbakar habis tanpa sisa. Pangeran Meinrad tidak bisa berbuat apa-apa.
"Para musuhnya di kabinet menggunakan ini semua untuk memaksa Pangeran turun dari jabatannya. Demi kota ini dan para penduduknya, dia setuju. Tapi tanpa mereka ketahui, sebelum turun, dia meminta Raja Wilmar mengesahkan kebijakannya mengenai perdagangan bebas, dan meminta Sang Raja untuk menyatakan Stellegrim sebagai daerah yang berada langsung di bawah kekuasaan raja-raja Mirchad. Dengan cara ini, walikota berikutnya tidak akan bisa mengubah hukum di Stellegrim tanpa pengesahan dari sang raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Artunis (Artunis #1)
Fantasi"Kenapa tidak boleh?" "Nona, aku mengikuti nasihatmu sendiri." "Seorang gadis tidak seharusnya memberikan hatinya pada seorang pria bertopeng." *** Ada sebuah legenda di Estahr. Sebuah legenda tentang kesetiaan dan kepercayaan. Sebuah legenda ten...