🌜15🌛

13.5K 643 19
                                    

Pukul 16.30 mereka pergi ke tempat acara. Seperti biasa perjalanan sore hari dibulan ramadhan itu selalu macet. Untunglah asupan amunisi azzam cukup sehingga perjalanan kali ini tidak membuatnya rewel malah ia tertidur lelap.

Satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Disana sudah ada keluarga mereka juga keluarga adam. Arvan dan zia langsung menyalami mereka. Azzam yang semula berada di gendongan arvan sekarang sudah diambil alih oleh ibu.

"Maaf kami telat tadi jalannya cukup macet." kata arvan.

"Enggak telat kok nak buka puasanya juga belum." jawab ayah adam.

Obrolan demi obrolan berlangsung malam itu mulai dari pembahasan pernikahan vina dan adam hingga obrolan obrolan ringan.

"Alhamdulillah. Merasa beruntung saya yang lalu maupun yang sekarang alhamdulillah keluarga dari calon adam itu selalu orang orang baik. Saya berharap semoga kali ini benar benar yang terbaik buat adam dan vina." kata ayah adam.

Entah kenapa ayah adam hanya berbicara begitu saja arvan nampak terusik. Zia hapal suaminya, ia genggam tangan arvan yang berada diatas paha arvan.

Beberapa waktu sudah mereka berbincang setelah buka puasa. Rencananya malam ini mereka akan menginap di rumah ayah dan ibu. Keluarga adam sudah pamit lebih dulu.

"Malam ini nginep di rumah ya. Azzam biar sama ibu aja." kata ibu sambil menggendong azzam.

"Tapi azzam gak bawa pakaian gantiloh bu." kata arvan

"Ada kok di rumah bekas kemarin pas nginep terakhirkan gak dibawa semua." tambah ibu.

"Udah ah ayo yah pulang. Nanti cucu ibu keburu diambil orangtuanya." kata ibu sambil membawa azzam keluar restaurant.

Keluarga arvan pulang dengan mobilnya. Sekarang tinggal arvan dan zia.

"Sayang kita pulang naik taksi online aja yuk." ajak arvan saat di depan restaurant.

"Ngaco, terus mobil abang mau dikemanain?"

"Aman kayaknya dititip disini semalem. Abang males nyetir." jawab arvan.

"Yaudah adek yang nyetir." kata zia.

"Enggak boleh." jawab arvan.

"Uuuu sayang. Adek tau kok kenapa abang jadi begini. Udah ayo ah adek yang nyetir." kata zia sambil mengelus pipi arvan kemudian berjalan menarik tangan arvan. Tapi arvan menahan tubuhnya.

"Kenapa?" jawab zia karena merasakan arvan menahan tangannya.

Arvan tak menjawab ia hanya diam.

"Abaaanggg." panggil zia.

"Gendong dong." jawab arvan asal.

"Hah. Abang yakin?" kata zia sambil memandangi tubub arvan dari atas hingga ke bawah.

"Kenapa? Gak mau? Yaudah gausah pulang."

"Uuu bayi aku. Abang gak malu emang? Ditempat umum loh ini." kata zia. Arvan menggeleng.

"Yaudah ayo adek coba semoga aja kuat." jawab zia sambil membungkukan badannya didepan arvan membelakangi arvan.

Arvan mendekatkan tubuhnya ke tubuh zia. Zia takut, takut gak kuat menahan tubuh arvan, takut dilihatin oleh orang orang disekitar.

Sebenarnya arvan tak setega itu ia hanya mengerjai zia. Tapi ya karena zia emang sikapnya patuh jadi ya nurut nurut aja.

"Aaaa Abaaannggg." kata zia memekik saat tubuhnya melayang diudara karena digendong oleh arvan.

"Abaanggg ihh turunin malu." kata zia  sambil meronta.

"Diem sayang jatuh nih." kata arvan.

"Abang turunin please malu." kata zia yang wajahnya sudah memerah karena orang orang pada melihat kearahnya.

"Adek merem aja udah pura pura pingsan." kata arvan seenaknya. Zia pun mengikuti saran asal arvan ia memejamkan matanya kemudian menyembunyikan wajahnya di dada arvan. Arvan pun mulai melangkah ke arah mobil.

Saat sampai di parkiran zia masih belum membuka matanya.

"Nyaman yaa? Sampe gak mau buka mata." kata arvan.

Zia membuka matanya kemudian zia spontan menggigit dada arvan.

"Aaawww sayang sakit." pekik arvan sambil menurunkan zia dari gendongannya.

"Kok digigit?" tanya arvan.

"Tau ah kesel. Malu tau ganjeng banget sih gendong gendong di depan um..."

"Abaaaannggg." pekik zia kaget dengan apa yang dilakukan arvan untuk menghentikan ocehan zia.

Sementara arvan dengan santainya melangkah menuju kearah kemudi.

"Sayang cepetan."

Zia masuk ke mobil tanpa bicara. Arvan mulai mengemudikan mobilnya. Perjalanan hening zia diam arvan diam.

"Sayang." panggil arvan.

"Hm..."

"Sayaaangg"

"Hm..."

"Sayaaaaanggg"

"Hmm..."

"Tuh kan kenapa sih? Salah apa abang?" tanya arvan.

"Enggak."

"Kalau wanita bilang enggak berarti artinya iya. Jadi kenapa? Abang salah apa?" tanya aevan sambil menghentikan mobilnya sembarangan.

"Kesel aku tuh kelakuan abang tuh gendong gendong depan umum. Cium cium lagi ganjen banget. Malu tau diliatin orang." kata zia

"Haha oh karena itu. Gpp lah udah halal ini mau abang apain aja juga hak abang." kata arvan.

"Abaaanngg ih kan orang lain gak tau kalau kita suami istri. Kalau justru malah dikira yang pacaran gimana?" kata zia kesal.

"Haha yaudah gpp itu urusan mereka yang pentingbkita gak ngelakuin kesalahan." jawab arvan santai.

"Ah tau ah. Lakuin aja yang abang suka."

"Oke." jawab arvan singkat. Lalu arvan mendekatkan tubuhnya ke tubuh zia.

"Abang mau ngapain?"

"Melakukan yang abang suka."

"Abaaanngg stop please. Ini dipinggir jalan."

Arvan tak menjawab ia malah makin mendekatkan wajahnya ke wajah zia.

Tokkk tokkk

Tiba tiba suara kaca mobil diketuk oleh beberapa orang.

***

Assalamualaikum teman teman...

Apa kabar? Arzia'a family muncul lagi nih gimana ceritanya bosenin yaa? 😁

Maafkan yaa untuk beberapa minggu kedepan mungkin akan ada keterlambatan dalam proses update nya 😊🙏

Selamat menjalankan ibadah puasa ya teman teman.

#JariJariAmatir

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang