🌜35🌛

13K 838 64
                                    

Berhubung baru beberapa jam sudah 100 vote jadi kuputuskan untuk next lagiii... 😁
Thank you All and Happy reading 😍✨

Mereka sekarang sedang bersiap siap untuk resepsi pernikahan Vina waktu sudah menunjukan pukul 13.45 artinya 15 menit lagi resepsi akana segera dimulai.

Arvan sudah siap dengan stelan jasnya. Ia sekarang sedang duduk di sofa sambil menunggu Zia yang sedang mendandani Azzam.

Zia melihat Arvan masih saja dengan wajah tegangnya. Sambil menggendong Azzam yang sudah rapi Zia menghampiri Arvan.

"Abang kenapa sih?" kata Zia sambil mengusap lengan Arvan.

"Enggak. Udah siap yuk kita ke sana." ajak Arvan sambil berdiri. Dengan cepat Zia menahan lengan Arvan.

"Sebentar abang." kata Zia yang membuat Arvan kembali duduk.

"Abang hari ini hari bahagia buat Vina. Tolong buang dulu segala kekhawatiran kekhawatiran dipikiran abang. Jangan sampai nampak apalagi dihadapan Vina. Adek tau abang begini karena sayang sama Vina. Tapi abang juga harus percaya apa yang menjadi pilihan Vina juga adalah kebahagiaan Vina. Melepas bukan berarti menghilangkan."kata Zia sambil mengelus Arvan.

Arvan langsung menghadap Zia dan menubrukan tubuhnya memeluk Zia. Arvan melupakan Azzam yang berada di pangkuan Zia.

Hingga terdengar rengekan rengekan Azzam yang mungkin terlalu sesak terhimpit tubuh Ayah bundanya.

"Astagfirullah Abang lepas ini Azzam kasian sesak dia." kata Zia sambil memukul Arcan saat mendengar rengekan Azzam.

"Eh Astagfirullah. Maafin ayah ya sayang." kata Arvan sambil melepas pelukannya lalu fokus ke Azzam yang sudah hampir menangis.

"Uhh Ayah nya lagi cengen tuh nak." kata Zia pada Azzam. Yang dihadiahi tatapan tajam oleh Arvan.

"Azzam bunda kasih tugas buat hibur Ayah yak." kata Zia sambil menyerahkan Azzam yang sudah tampan dengan setelan Jas yang dibuat sama dengan milik Arvan. Sekarang anak dan ayah itu tampak seperti kembar namun berbeda generasi.

"Yaudah yuk kita ke ball room." ajak Zia sambil berdiri.

Arvan masih tetap dalam duduknya sambil memangku Azzam.

"Abang ih cepet." kata Zia tapi Arvan masih tetap saja duduk.

"Yaudah kalau abang gak mau ke ballroom biar nanti adek ikit di pelaminan aja sama Vina sama Adam atau adek bisa nanti cari pasangan sementara mungkin ada temen temennya Vina atau temen nya Ad mmmppthh." ucapan Zia terpotong karena Arvan sudah menutup mulut Zia dengan tangannya.

"Abang ihh." saat tangan Arvan sudah terlepas dari mulutnya.

"Abang gak suka ya kamu bilang kayak tadi." kata Arvan dengan datarnya.

"Haha yaudah iya maaf abisnya abang susah sih dibujuk kalau dengan cara gitu kan jadi mau." kata Zia.

"Abang serius." kata Arvan.

"Iya abang suamiku surgaku. Maaf yaa. Becanda aja tadi mana berani sih adek udah punya suami setampan ini dokter lagi masa mau cari pasangan lain." kata Zia sambil memegang pipi Arvan.

"Yaudah yuk udah jam 2 tuh." kata Zia sudah menggandeng lengan Arvan yang terbebas atau yang tidak sedang menggendong Azzam.

"Kiss dulu." kata Arvan dengan santainya.

"Abaaangg ih malu lah ada anaknya tuh." kata Zia.

Arvan melepaskan gandengan tangan Zia. Lalu menempatkan telapak tangannya untuk menutup mata Azzam.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang