🌜18🌛

12.4K 665 50
                                    

اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَِللهِ الحَمْدُ
"Allaahu akbar Allaahu akbar Allaahu akbar, laa illaa haillallahuwaallaahuakbar Allaahu akbar walillaahil hamd"

Gema takbir mulai berkumandang diseluruh penjuru. Ayah, arvan dan alvin setelah shalat magrib berjamaah di mesjid mereka tak langsung pulang. Melainkan takbir bersama sama di mesjid hingga malam.

Pukul 22.30 barulah mereka pulang dari mesjid. Sampai di rumah tampak rumah sudah sepi bahkan beberapa lampu pun sudah dimatikan. Para wanitanya sepertinya lelah setelah menyiapkan ini dan itu untuk menyambut hari esok.

Arvan segera bergegas ke kamar, ia melihat anak dan istrinya sudah tertidur. Arvan menghampiri zia, ia cium kening istrinya itu.

"Kok udah tidur padahal baru aja mau nagih janji." kata arvan berbisik ditelinga zia setelah itu kembali mencium istrinya.

Setelah puas dengan istrinya arvan beralih menciumi anaknya. Diluar dugaan saat sedang ia ciumi azzam tiba tiba terbagun.

"Yah kok malah bangun sih nak. Ayah baru aja mau tidur." kata arvan pada azzam.

"Tidur lagi yaa." kata arvan sambil mengusap usap kepala azam.

Tapi sepertinya arvan harus berusaha lebih keras lagi. Karena bukannya tidur azzam malah berceloteh dengan sesukanya.

"Kok malah ngajak main sih. Bobo ya sayang. Nanti kalau ketauan bunda ayah yang bangunin abang nanti ayah dimarahin. Abang sayang kan sama ayah kalau sayang abang bobo lagi yaa." kata arvan sambil mengusap lagi kepala azzam.

Entah apa yang lucu, bukannya tidur azzam malah tertawa dan malah semakin aktif membolak balik tubuhnya sambil terus berceloteh.

"Bang tidur yaa. Janji deh besok main sama ayah. Tapi sekarang abang tidur yaa." kata arvan masih berusaha. Tapi sepertinya kantuk azzam sudah hilang. Ia malah berusaha bangun dan duduk sambil memukul mukul arvan yang berbaring disampingnya.

"Yaudah iya deh yuk kita main. Tapi abis itu abang bobo yaa?"

Seperti yang mengerti azzam mengangguk anggukan kepalanya.

"Yaudah jangan disini nanti bunda bangun abislah ayah." kata arvan sambil menggendong azzam dan membawanya ke karpet di samping tempat tidur dan mengajaknya bermain dengan mainan yang ada.

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam tapi azzam masih asik dengan mainanya, sementara arvan sesekali sudah menguap.

"Abang sayang, anak solehnya ayah kita bobo yuk. Ayah timang timang ya?" kata arvan sambil berusaha menggendong azzam. Tapi azzam malah meronta ronta.

"Euuhh da da." kata azzam sambil meronta ronta.

"Boboyaa.." kata arvan sambil mengayun ngayun azzam sambil menepuk nepuknya.

"Euh da da Huaaaaaa..." azzam malah menangis kencang.

"Sayang. Anak soleh kok nangis. Cup cup. Bobo ya jangan nangis." kata arvan masih berusaha menenangkan azzam.

Tapi sayang sebelum azzam tenang zia lebih dulu terbangun. Zia mulai tersadar dan mendudukan badannya.

"Loh kok bangun?" kata zia setelah benar benar bangun. Zia menatap arvan karena tau kebiasaan suaminya yang suka mengganggu anaknya ketika tidur. Yang ditatap cuman nyengir.

"Maaf." katanya.

"Yaudah sini azzamnya abang istirahat."

Arvan langsung memberikan azzam pada zia.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang