🌜1🌛

32.4K 1.1K 31
                                    

.-MUHAMMAD AZZAM ARZIA FIRMANSYAH-.

Abang Azzam..

Begitu panggilan yang arvan inginkan. Kehadiran sosok mungil yang memberikan makna tersendiri dalam bahtera yang mereka arungi.

Fase baru kehidupannya telah dimulai. Sebulan sudah makhluk mungil itu berada ditengah kehidupan mereka. Bayi kecil tersebuh sudah bisa tersenyum saat digoda, sudah bisa sedikit mengeluarkan suara selain tangisnya dan sudah bisa mengenali kedua orangtuanya. Saat dipanggil ia akan menoleh dan tersenyum kearah sumber suara, pergerakan tangan dan kakinya semakin lincah dan juga frekuensi menyusunya semakin kuat.

Jika awal azam lahir dengan berat 3.00 kg dan panjang 51.3cm. Dalam satu bulan semuanya sudah berubah beratnya sekarang 4.1 kg dan panjangnya 57.6 cm.

Usia azzam yang susah sebulan mengurangi intensitas zia dan arvan untuk bergadang. Jika sebelumnya setiap dua jam sekali zia harus terbangun sekarang tidak. Azzam lebih tau waktu saat ini. Jika siang ia akan lebih banyak bangun dan zia rutin memberikan asinya duajam sekali. Tapi jika malam zia hanya memberikannya empat jam sekali.

Keluarga kecil mereka memang sedang diselimuti kebahagiaan saat ini. Menjadi seorang ibu memang pengalaman baru bagi zia. Tapi tak semata mata ia melupakan kodratnya sebagai seorang istri. Seperti pagi ini pukul 02.30 saat ia terbangun ia tak lupa membangunkan arvan untuk shalat tahajud.

"Abaangg.. Bangun.. Bang.." kata zia sambil menggoyangkan tubuh arvan pelan. Semenjak kehadiran jagoan kecilnya arvan harus terbiasa tidur tidak dengan posisi nyamannya. Jika biasanya arvan selalu tidur memeluk zia sekarang tak bisa lagi karena sudah ada malaikat kecil ditengah tempat tidur mereka. Arvan pun mulai mengerjapkan matanya. Saat membuka matanya ia langsung menangkap istrinya sedang tersenyum memandanginya.

"Kenapa? Sayang?" tanya arvan.

"Waktunya abang shalat lah." jawab zia masih dengan menatap arvan.

"Abang tau. Tapi maksudnya kenapa lihatin abang begitu? Jangan menggodalah masih masa nifas juga." kata arvan.

"Abang ihh. Udah cepet sana mandi. Nanti adek juga mau mandi sebelum abang kecil ini bangun."

"Abang kecil?"

"Iya ini lah abang kecil pacar aku hehe."

"Aih ayolah waktu selesaikan masa nifas itu ingin segera kubuat satu sosok cantik yang akan menjadi pacarku." kata arvan berdialog sendiri."

"Abanggg..."

"Iya sayang iya. Morning kiss dulu dong." kata arvan sambil mendekatkan wajahnya kearah wajah zia. Saat bibir arvan hendak menemui tujuannya.

"Oeee... Oeee..." suara tangisan bayi menghentikan semuanya. Arvan dan zia sama sama mematung dalam posisinya.

"Maaf abang.. Ayolah mandi dulu." kata zia sambil mengelus pipi arvan kemudian menggendong Azzam.

Arvan menarik nafas dan menghembuskannya lemas sambil beranjak kekamar mandi. Ia merasa lucu dengan suaminya itu, tapi disisi lain zia juga kasian dengan arvan hampir setiap waktu dirinya dimonopoli oleh jagoan kecilnya. Sambil menggendong azzam zia pun menyiapkan pakaian arvan. Arvan shalat zia menyusui azzam hingga azzam tertidur lagi. Mumpung azzam tertidur zia bergegas mandi. Selesai mandi ia melihat suaminya itu sedang mengaji tepat disamping putranya. Anehnya walaupun arvan mengaji dengan bersuara walaupun kecil azzam tak merasa terganggu ia bahkan nampak sangat tenang dalam tidurnya. Pemandangan seperti itu selalu ia dapati setiap pagi. Arvan akan berhenti mengaji saat adzan subuh berkumandang. Arvan menunaikan shalat subuh sementara zia duduk diatas ranjang memperhatikan suami dan anaknya secara bergantian. Selesai shalat subuh arvan membereskan peralatan shalatnya kemudian ia menghampiri zia.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang