🌜17🌛

13.3K 693 59
                                    

Tak terasa hari ini adalah hari terakhir bulan ramadhan, besok lebaran pertama mereka bersama azzam. Rencana lebaran besok mereka akan merayakannya bersama keluarga arvan.

Siang ini mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah ibu.

"Sayang..." panggil arvan.

"Apa?" jawab zia sambil menoleh kearah suaminya.

"Abang mau isi bensin di depan nanti." kata arvan.

"Lah. Ya terus kenapa?" kata zia yang herang dengan arvan.

"Ya gpp ngasih tau aja bolehkan?" kata arvan.

"Boleh. Tapi tumben aja gitu bilang dulu."

"Bosen aku, dari tadi  jalanan macet didiemin lagi." jawab arvan

"Adek gak diemin abang." jawab zia.

"Tapi dari tadi gak ada tuh ngajak ngobrol abang. Fokus aja sama azzam, kayak gak ada abang mah. Apa dikira abang taksi online kali ya." kata arvan.

Zia terkekeh mendengar ucapan arvan. Ia merubah sedikit duduknya sehingga sedikit menghadap arvan lalu mengulurkan tangannya mengusap pipi arvan.

"Aduduu abangnya azzam lagi cemburu yaa. Uuuhh sayang maaf ya, tadikan azzam gak mau diem sekarang aja diem karena tidur. Maaf yaa." kata zia sambil terus mengusap lembut pipi arvan.

Arvan mengambil tangan zia dari pipinya kemudian menciumnya.

"Jangan gitu lagi. Kesel tau." kata arvan sambil menggenggam tangan zia dengan tangan kirinya.

"Iya maaf yaa. Anak abang juga kan ini yang dari tadi aktif banget jadi harus terus diliatin. Copy paste abang bangetkan bayi ini dari wajahnya, kelakuannya terus manjanya abang semua. Numpang sembilan bulan aja di perut adek." kata zia sambil memperhatikan azzam.

"Hahaha... Tapi ralat abang gak manja loh ya." kata arvan.

Zia langsung menoleh kearah arvan.

"Masa? Terus ini sekarang apa?"

"Ya ini sih karena dari tadi di cuekin aja. Jadi harus begini biar di perhatiin. Jangankan diperhatiin diliat juga enggak." kata arvan memelas.

"Yaudah sini adek liatin." kata zia sambil fokus melihat arvan.

Beberapa detik bertahan begitu zia memperhatikan arvan tanpa suara.

"Ya gak gitu juga sayang gemes deh." kata arvan sambil mengusap kepala zia.

"Percuma diliatin juga kalau gak diajak ngomong mah." tambah arvan lagi.

"Gak bisa bang." kata zia.

"Aihh kok gitu?" kata arvan sambil sekilas menoleh kearah zia.

"Gak bisa berkata kata aku tuh kalau udah liatin abang. Hehe." kata zia menggoda arvan.

"Belajar dari mana itu begitu?"

"Dari abang kan haha."

"Dih awas aja ya. Udah berani godaain abang."

Zia hanya menjulurkan lidahnya meledek arvan.

"Oh oke mancing nih." kata arvan sambil menaik turunkan alisnya.

"Apasih abang. Uhh gemes." kata zia sambil mencubit pipi arvan.

"Aduuhh sakit sayang." kata arvan pura pura.

"Sayaaangg sakit ya." kata zia sambil mengusap pipi arvan. Tahulah zia kalau arvan hanya pura pura agar diperhatikan.

"Gak mau tau harus di kiss ini sih biar sembuh." kata arvan.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang