🌜32🌛

12.1K 706 99
                                    

Pukul 15.30 Arvan baru sampai ke rumah ayah ibunya. Arvan benar menepati janjinya untuk pulang cepat. Arvan menyalami kedua orang tuanya.

"Bu, zia dan Azzam masih disini kan?" tanya Arvan pada ibunya.

"Masih. Mereka di kamar. Abang sama Zia lagi kenapa?" tanya ibu.

"Hah kenapa? Emang Zia cerita apa?" kata Arvan berusaha menyembunyikan masalahnya.

"Enggak cerita cuman sejak pulang tadi ibu lihat mantu ibu kayak habis nangis gitu. Terus vina bilang karena abang." kata ibu.

"Awas loh bang kaca yang sudah pecah walaupun bisa diperbaiki tapi tak akan utuh dan tak akan sama." kata ayah menambahkan.

"Yaudah bu yah, abang ke kamar dulu ya." kata Arvan lalu segera pamit ke kamar.

Di depan kamar Arvan tidak langsung masuk ia terlebih dahulu mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Walau pada akhirnya Arvan juga yang membuka pintu dan masuk sendiri.

Dari pintu Arvan melihat Zia sedang bermain bersama Azzam.

"Assalamualaikum." kata Arvan sambil mendekat.

Mendengar suara Ayahnya Azzam langsung mendongakan kepalanya lalu merangkak ke arah Arvan tapi sedetik kemudian langsung ditahan oleh Zia yang dari tadi tak memperhatikan kedatangan Arvan.

"Biar mandi dulu ya nak ayahnya." kata Zia sambil menggendong Azzam dan dibalas tangisan oleh Azzam.

Tak tega melihat anaknya menangis Arvan bergegas mandi. Sambil menggendong Azzam dan berusaha menenangkannya Zia pun tetap menyiapkan pakaian Arvan.

Setelah itu Zia keluar kamar tujuannya untuk menenangkan Azzam sekaligus menghindari Arvan.

"Loh cucu enin kenapa nangis?" kata ibu.

"Kenapa sayang kok nangis gini?" tanya ibu pada Zia.

"Liat ayahnya datang bu. Dari tadi lagi lengket sama ayahnya dinangisin terus ayahnya." kata Zia.

"Arvan sibuk terus ya?" tanya Ayah.

"Ya gitu yah. Tapi kan emang itu kerjaannya dan tanggungjawabnya mau gimana." kata Zia sambil tetap berusaha menenangkan Azzam.

Arvan yang baru keluar dari kamar mandi hanya bisa menghela nafas karena Zia dan Azzam tidak ada di kamar. Ia langsung mengenakan pakaiannya yang sudah disiapkan Zia.

Setelah rapi arvan keluar mencari Zia dan Azzam. Ia melihat Zia sedang di ruang keluarga berama yang lainnya. Arvan langsung mengahampiri dan duduk disamping Zia. Seperti tidak sedang terjadi apa apa.

"Hei anak soleh udah jangan nangis ya. Yuk sama Ayah." kata Arvan sambil mengambil Azzam yang masih menangis di gendongan Zia.

Beberapa saat berada di gendongan Arvan Azzam nampak lebih tenang.
Beberapa menit kemudian Vina datang dari kamarnya.

"Yuk Zi, siap kan?" tanya Vina.

"Aku ambil tas dulu ya." kata Zia sambil bangun dari duduknya. Saat hendak berjalan tangannya ditahan Arvan.

"Mau kemana?" tanya Arvan.

"Mau pergi sama Aku kajian." Vina yang mewakili Zia menjawab pertanyaan Arvan.

Arvan masih menahan tangan Zia.

"Kajian apa? Dimana?" tanya Arvan.

"Kajian akhwat di mesjid fgh." kembali Vina yang menjawab.

"Vin kamu kajian sendiri ya. Diantar Alvin atau pak ahmad." kata Arvan.

"Aku sama Zia." jawab Vina.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang