🌜25🌛

12.2K 647 61
                                    

Hari ini terakhir mereka di jogja rencananya hari ini destinasi yang akan dikunjungi adalah candi borobudur. Walaupun sudah cukup cering mereka kesana tapi rasanya belum afdol kalau ke jogja tapi gak ke candi borobudur, padahal menurut letaknya candi borobudur itu terletak di kota magelang jawa tengah bukan di jogja. Tapi ya entah kenapa identiknya kalau berwisata ke jogja pasti salah satu destinasi yang tak boleh terlewat adalah borobudur.

Pukul 08.00 mereka berangkat menuju kesana.

"Kita ke borobudur dulu terus abis itu ke prambanan terus malamnya ke titik 0 kota jogja atau ke tugu begitu girl?" kata rivan yang berada dibalik kemudi memastikan pada para wanita.

"Ayeyy kapten." kata zia dan safa serempak dari jok belakang sambil hormat.

Arvan dan Rivan hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan para istri.

"Untung istri." celetuk arvan pelan yang masih bisa didengar samar samar oleh zia.

"Gimana bang?" tanya Zia.

"Eh enggak sayang." kata arvan.

Musim liburan membuat jalanan sedikit macet.

"Girl besok kita ke bandung mau jam berapa?" tanya rivan kepada dua wanitanya.

Disini memang bisa dibilang posisi rivan lebih nyaman untuk bisa mencandai kedua wanita itu karena memang keduanya mahrom bagi rivan yang satu istri dan yang satu adik kandungnya.

Sedangkan arvan, ia harus menjaga karena walaupun saudara tapi safa dan arvan itu sepupu dan sepupu itu bukan mahrom.

"Ini saran adek ya bang. Gimana kalau pagi sekitar jam 07 atau jam 08 jadi biar besoknya abang kerja gak terlalu cape. Jadi malam ini kita pulangnya jangan terlalu malem biar abang abang bisa istirahat biar nanti fit di perjalanannya." kata zia.

"Abang sama arvan  sift apa emang pas pertama kerja?" tanya safa.

"Pagi." jawab mereka serempak.

"Nah yaudah bener kita pulangnya pagi aja." kata safa.

"Iya terus juga ke titik 0 sama ke tugu kalau sekiranya nanti udah keburu sore dan abang udah cape mending gak usah. Musim libur gini mah rame, ini  aja dari tadi gak nyampe nyampe." kata zia.

"Nah iya bener ke titik 0 sama ke tugu mah kalau gak keburu juga gpp. Takutnya abang dan arvan pada kecapean." kata safa.

"Kecuali..." kata zia menggantung

"Kecuali apa?" sahut arvan.

"Kalau boleh aku sama kak safa yang bawa mobil pas pulang." kata zia.

"Gak Ada." jawab arvan tegas.

"Kan kalau takutnya abang pada capek gitu." kata zia coba menjelaskan.

"Enggak Ada. Engga Boleh. Gausah aneh aneh deh. Di bandung aja yang udah jalan gak pernah abang ijinin apalagi perjalanan jauh gini. Nurut dibilangin suami tuh gausah ngeyel." kata arvan lagi dengan nada yang agak tinggi.

"Ar..." tegur rivan.

"Aku juga begini buat dia bang. Gak semata mata aku ngelarang kalau memang banyak baiknya. Udah dikasih enak tinggal nikmatin aja perjalanan malah aneh aneh." kata arvan masih dengan nadanya.

"Aku juga gak maksa aku cuma nyaranin aja. Kalau enggak boleh yaudah. Gausah marah marah dan ngebentak." kata zia dengan nada yang agak meninggi tapi suaranya terdengar sudah bergetar zia langsung menunduk. Safa mengelus punggungnya.

"Udah ya kalian diem. Gak usah ribut malu tuh sama anak." kata rivan

Setelah itu suasana di mobil menjadi hening hingga sampai ke tempat tujuan.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang