🌜43🌛

13.1K 719 118
                                    

Seminggu sudah Zia pergi dari Arvan. Hari ini di RS pertama kali lagi Arvan mengobrol dengan Rivan diluar masalah pekerjaan setelah Arvan bermasalah dengan Zia.

"Bang apa abang udah ketemu Zia?" tanya Arvan.

"Kenapa kamu tanya aku? Kamu udah nyerah? Atau udah punya pengganti?"

"Enggak bang bukan begitu. Aku hanya takut kalau abang udah ketemu Zia duluan dan malah membawa mereka jauh dari aku. Bang aku suaminya Zia dan Ayahnya Azzam tolong kalau memang Allah takdirkan abang bertemu mereka lebih dulu tolong beritahu aku biar aku bisa berusaha lagi untuk meyakinkan istriku dan membawa mereka pulang."

"Aku tau. Berdo'alah semoga suaminya yang lebih dahulu menemukan mereka. Kalau kamu mencarinya pakai hati sabar gak tergesa gesa dan nafsu pengen cepet ketemu pasti ketemu kok. Mereka gak pergi jauh kok mana mungkin Zia tega begitu. Usaha lebih keras lagi banyakin do'a dan jangan ulangi kesalahan yang sama Insya Allah kalian bakal kumpul lagi." kata Rivan.

"Abang tau dimana mereka? Abang udah ketemu mereka?" tanya Arvan

"Aku tau atau enggak gak akan memudahkan kamu Ar. Kalaupun aku tau aku gak akan semudah itu kasih tau kamu. Kalau semudah itu gimana aku bisa yakin kalau kamu benar gak akan sia siain adiku lagi. Aku ada jadwal lagi permisi. Assalamualaikum." kata Rivan meninggalkan Arvan sendiri dalam ruangan.

"Waalaikumsalam."

Setelah Rivan meninggalkan ruangan, Arvan mengacak rambutnya. Arvan pusing, bingung harus mencari anak istrinya kemana lagi. Tapi Arvan juga heran kenapa keluarganya dan keluarga Zia bisa setenang ini padahal dirinya kelimpungan kesana kesini mencari Zia dan Azzam.

"Ya Allah sayang kalian dimana?" kata Arvan bermonolog sendiri.

Seperti biasa sampai malam Arvan belum sampai rumah ia masih mencari Zia dan Azzam. Hingga kadang ibu menjadi khawatir dengan Arvan saking fokusnya mencari Zia dan Azzam Arvan kadang lupa untuk mengurus dirinya sendiri.

"Abang baru pulang?" tanya ibu.

"Iya bu."

"Gimana udah ada titik terangnya?" tanya Ibu.

"Abang belum ketemu mereka. Tapi Abang Rivan kayaknya udah nemuin Zia bu." jawab Arvan.

"Abang tau dari mana?"

"Ya Abang ngira aja. Soalnya kalian bisa sesantai ini semantara Abang tiap hari kesana kesini cari mereka."

"Jadi abang udah mau nyerah gitu aja?"

"Enggak akan bu. Abang cuma mikir mungkin emang ini hukuman yang pantes buat abang. Biar abang bisa belajar lebih menghargai dan menjaga apa yang udah abang punya. Abang harus lebih bisa ngontrol diri abang biar gak cemburuan dan gak emosian. Biar sekarang abang susah cari mereka tapi abang janji setelah nanti abang ketemu mereka dan Allah izinkan lagi abang untuk berkumpul sama mereka Abang janji buat gak ngulangin kesalahan abang."

"Alhamdulillah kalau abang bisa ambil hikmahnya. Udah malem abang istirahat. Abang harus ingrt buat ngurus diri jangan sampe sakit kalau abang sampe sakit gimana abang bisa nemuin mereka. Semakin lama abang nemuin mereka gimana kalau nanti Zia berfikir kalau abang emang gak usaha buat cariin mereka."

Setelah Arvan pergi ke kamarnya ibu langsung menelpon Zia.

On the phone.

Zia : Assalamualaikum ibu.

Ibu : Waalaikumsalam nak.

Zia : Abang udah pulang bu?

Ibu : Baru masuk kamar. Semenjak gak ada kamu Arvan pulang malem terus dia cariin kalian sayang. Jujur ibu kadang gak tega. Tapi Arvan juga harus belajar dari kesalahannya.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang