🌜33🌛

12.4K 716 88
                                    

Setelah panjang lebar Arvan menjelaskan Zia masih betah dalam diamnya. Perkataan perkataan Arvan juga Zia dengarkan dengan baik. Namun Zia takbtau harus merespon apa hatinya masih kesal dengan Arvan.

"Sayang jawab dong." kata Arvan sambil menangkup wajah Zia.

Tapi tiba tiba suara tangisan dan ketukan pintu memecah kediaman mereka.

"Abaaaannngggg." teriak seseorang sambil terus mengetuk pintu.

Mendengar Azzam menangis Zia pun langsung bangkit dan membuka pintu dengan mengabaikan Arvan begitu saja.

"Kok nangis? Kamu gak jadi pergi?" tanya Zia pada Vina.

"Tuh ditinggalin sama Ayahnya. Aku pergi sama siapa?" kata Vina sengaja mengencangkan suaranya agar terdengat oleh Arvan.

"Yaudah makasih ya Vin." kata Zia sambil mengambil Azzam dari Vina.

"Zi, malam ini nginep sini kan?"

"Iya kayaknya kan katanya mau ada acara buat nikahan kamu."

"Baguslah. Oh iya kalau kamu masih males sama abang kamu tidur sama aku aja. Udah lama juga aku gak ngobrol sama kamu." kata Vina.

"Enggak enak aja." kata Arvan sambil menghampiri mereka ke depan pintu.

"Dih denger aja."

"Gara gara kamu juga kan nih jadi begini." kata Arvan menatap Vina dengan tajam.

"Salah sendiri." kata Vina sambil pergi meninggalkan mereka.

Zia langsung masuk lagi ke kamar lalu berusaha menenangkan Azzam dengan menyusuinya barulah Azzam sedikit tenang.

"Anak soleh lagi kenapa sih hmm? Biasanya anteng sama siapa aja. Abang Azzam lagi kenapa?" tanya Arvan sambil mengusap kepala Azzam yang sedang menyusu.

"Maaf ya nak. Ayah tadi tinggalin Azzam abis ayah bingung Azzam lagi nempel sama ayah tapi bundanya lagi jauhin ayah. Padahalkan Ayah maunya ditempelin dua duanya." kata Arcan pada Azzam lagi. Lalu kemudian ia menatap Zia sambil tersenyum tapi Zia langsung memalingkan wajahnya.

Arvan yang gemas dengan zia pun langsung memegang pipi Zia dan mengahadapkan kearahnya.

"Abang tau bagi orang yang lagi kesel itu susah buat percaya. Tapi abang mau adek jangan menutup telinga jadi gak mau dengerin penjelasan."  kata Arvan lalu mencium kening Zia.

Hingga hari berganti Zia masih dalam diamnya dan Arvan masih dengan sabarnya.

Hari ini adalah hari pernikahan temannya Arvan yang undangannya beberapa hari lalu diberikan oleh Nisya. Hasil bujuk rayu Zia yang sedang dalam mode diam akhirnya mau mendampingi Arvan datang keundangan.

"Barrakallah ya semoga samawa." kata Arvan saat menyalami pengantin.

"Makasih Ar. Ini Istri?" tanya sang mempelai pria.

"Iya." jawab Arvan.

"Wah baru tau aku maaf ya dulu gak sempet datang ke nikahan kalian."

"Gak masalah yang penting mah amplopnya iya nggak sayang?" kata Arvan sambil menatap Zia. Zia hanya tersenyum.

Setelah menyalami pengantin mereka berjalan ke arah tamu yang lain.

"Ar." tiba tiba suara seseorang terdengar memanggir Arvan.

Arvan menoleh dan diikuti oleh Zia. Seorang wanita dengan baju yang tampak minim menghampiri Arvan.

"Sayang tenang. Kita selesaikan sekarang." kata arvan sambil mengusap punggung tangan Zia yang sedang menggandeng lengannya.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang