🌜40🌛

14.7K 823 197
                                    

Setelah menjelaskan pada ibu dan diskusi yang cukup panjang akhirnya ibu memilih mengizinkan Zia untuk pergi dengan bersyarat yang sudah disepakati oleh keduanya.

"Hati hati ya nak. Biar nanti ibu bantu buat kasih pelajaran sama Arvan."

"Aku pamit ya bu." kata Zia sambil mengulurkan tangannya pada ibu.

"Ibu antar ya."

"Gausah ibu biar aku..."

"Udah ibu antar biar ibu tau pasti kemana kamu pergi karena bisa aja kan nanti tiba tiba kamu berubah pikiran dan gak ngabarin ibu dimana tempat persembunyian kamu."

"Ibu." Zia menangis dan langsung memeluk ibu.

"Yaudah yuk. Sini Azzam ibu yang gendong kasian kamu ribet harus bawa koper juga." kata Ibu.

Zia pun diantar oleh ibu ke tempat tinggal sementaranya. Masih di dalam kota bandung.

"Sayang kalian hati hati ya. Kalau ada apa apa cepet kabari ibu." kata ibu.

"Iya ibu terimakasih banyak."

"Jangan lama lama begini ya. Ibu masih mengharapkan kamu akan selalu dan selamanya menjadi menantu ibu." kata ibu.

"Aamiin." kata Zia.

"Yaudah kamu dan Azzam istirahat. Ibu pamit ya ibu masih punya tugas untuk memberi pelajaran tambahan buat Arvan."

"Ibu hati hati." kata Zia sambil tersenyum dan memeluk ibu mertuanya.

"Hei cucu enin. Enin pulang dulu yaa. Baik baik sama bundanya ya nanti enin sama aki sering sering kesini tengokin Azzam." kata Ibu lalu menciumi Azzam.

"Yaudah ibu pamit ya Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Pukul 17.30 Arvan sampai di Rumah lebih cepat dari biasanya. Arvan merasa sepi sekali rumahnya sudah sore tapi lampu rumahnya belum ada yang menyala satupun. Tak mau ambil pusing Arvan berjalan menuju pintu.

'Dikunci.' batinnya. Arvan mengetuk pintu tapi tak ada tanggapan akhirnya Arvan membuka dengan kunci yang ia bawa. Karena memang ia terbiasa membawa kunci rumah.

Saat masuk rumahnya begitu sepi biasanya sore hari Azzam dan Zia akan berada di ruang tv karena itu sudah seperti ruang bermain Azzam. Rasa haus menuntun Arvan untuk pergi ke dapur lebih dulu. Di pintu kulkas ia melihat ada stick note tak biasanya ada seperti itu.

Dalam Stick note itu ada sebuah pesan.

"Kalau abang mau. Aku sudah buat makanan untuk makan malam abang tinggal dipanasin. Kalau abang gak mau tolong besok pagi berikan pada petugas kebersihan kalau belum basi."

Begitu pesan yang ada di stick note dikulkas. Arvan heran kenapa Zia menulis itu. Bisa kan dia sendiri yang melakukannya. Setelah minum Arvan pergi ke kamar. Ia berharap akan menemukan Azzam disana tapi lagi lagi kosong. Ia coba ke kamar Azzam sama kosong juga. Amplop yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya tiba tiba menarik perhatian Arvan. Ia mendekat lalu mengambil amplop tersebut dan duduk diatas ranjang. Arvan membuka amplop tersebut terkejut ia saat melihat kartu ATM dll yang pernah ia berikan pada Zia ada semua disitu. Ia mencoba tenang lalu mulai membaca surat yang ada didalamnya.

♥Assalamu'alaikum Suami 😊♥

3 tahun aku menikah dengan abang mungkin biasanya ketika abang mendapat surat itu adalah di moment moment tertentu. Karena aku bukan wanita yang pandai mengungkapkan perasaan.

Tapi kali ini lain. Abang mungkin keputusan aku kali ini tampak kekanakan dan sangat egois. Tapi abang harus tau aku wanita perasaan aku lebih dominan dari logika ku. Aku minta maaf Abang, Aku tau abang marah dan kecewa, Aku terima aku akuin kesalahan aku. Marah dan kecewa sama aku rasakan pada diriku sendiri atas kelalaianku. Saat aku sulit berdamai dengan diriku karena kesalahanku. Diwaktu yang sama aku juga mendapat hukuman dari suamiku. Abang tau melihat Azzam menangis, melihat Azzam kesakitan disitu aku merasa menjadi orang terbodoh. Aku rapuh jujur saat itu aku butuh abang sebagai peganganku.

Saat itu inginnya aku peluk abang aku butuh dukungan abang.  Tapi yang aku dapatkan lain. Tapi gak apa apa abang gak salah wajar abang kecewa dan marah padaku karena aku pun marah dan kecewa pada diriku sendiri. Maafin aku mungkin selama ini aku belum sempurna menjadi seorang istri untuk abang dan bunda untuk Azzam.

Abang ingatkan percakapan kita berdua didalam kamar sewaktu hari pernikahan Vina. Aku pernah berkata kalau aku akan selalu berada diaamping abang bersama abang sampai abang sendiri yang memintaku pergi dari abang. Mungkin secara langsung abang tak mengatakan kalau abang memintaku untuk pergi dari abang. Tapi yang aku rasakan seperti itu saat abang tak menerima baktiku sebagai istri disitu aku merasa sudah tak dibutuhkan lagi. Saat abang tak mau lagi mengimami shalatku disitu aku merasa kalau abang tak mau lagi aku menjadi makmumnya abang. Maafkan aku yang telalu perasa ya bang.

Ridhoi langkahku ya bang. Ridhoi keputusanku. Bagaimanapun aku ini seorang istri dimana langkahnya itu tergantung ridho seorang suami. Aku pergi bukan karena aku tak sayang abang, aku sayang abang sangat. Abang baik baik ya walau aku yakin abang pasti akan baik baik saja tanpa aku. Aku pergi dulu, entah untuk berapa lama aku ingin menetralkan semuanya menetralkan penyesalanku, rasa bersalahku dan kesakitanku. Maaf aku bawa Azzam tanpa seizin abang, biar aku tebus kesalahanku pada Azzam dengan merawatnya sendiri.

Dan ini abang, aku merasa tak layak lagi menerima nafkah dari abang karena akhir akhir ini kan aku tak menjalankan kewajibanku sebagai istri, ya walaupun aku melakukannya tapi abangkan tak menerimanya jadi sama sajakan aku tak melakukannya. Ini aku simpan disini kartu ATM dll, bukan aku tak menghargai abang. Tapi aku malu pada diriku sendiri. Aku tak menjalankan kewajiban tapi aku mendapatkan hak. Lucu kan.

Sekali lagi Aku minta maaf Abang dan Ridhoi lagkahku. Aku mohon sama abang kita sama sama berdo'a pada Allah tenteng yang terbaik untuk kita. Aku Sayang Abang.

Wassalam...

💚Rayna Fauzia Nurfauzie 💚

Begitulah isi surat yang Zia tulis. Runtuh sudah segala ego yang ada didiri Arvan Suami macam apa dia sebegitunya menyakiti istrinya. Air mata pun tak bisa ditahan lagi dadanya sesak. Ia berfikir kemana Zia pergi bagaimana jika keluarganya tau dan segala macam lagi ada di pikiran Arvan. Ia mencoba melihat kembali isi amplop tersebut. Isinya ada kartu ATM, Rekening, Cincin yang pernah ia berikan saat Zia sidang skripsi dulu, kalung yang menjadi kado ulang tahun pernikahan dan beberapa lagi. Tapi Arvan tak menemukan cincin nikah disitu beruntunglah berarti cincin nikah tak Zia lepas. Arvan bergegas mengambil hp nya, Ia melihat ada notif WA dari Zia sekitar 4 jam yang lalu yang ia abaikan.

'Maaf Aku lupa menyimpan cincin nikah didalam amplop itu.' tulis Zia dalam pesannya.

***
Assalamualaikum...

Gimana? Mau apakan Arvan?🤣

Maaf kalau gak ngefeel ya aku belum berumah tangga jadi kurang tau gimana menghadapi konflik nya 😁

Cepet ketemu jangan nih? 🤔

Tadinya aku mau stok part gak akan next sekarang tapi karena satu dan lain hal gak apa apalah aku next 😊

Maafkan ketypoan ku yang merajalela yaa 😁

Kritik saran boleh ya. Barangkali ada yang sudah berumah tangga gitu mau ngasih masukan boleh ya dengan senang hati 😍

Vote dan komen juga tetep yaa 😂

Yaudah lah

Makasih banyak semuanya..😍

Love,
#JariJariAmatir💚💚💚

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang