🌜4🌛

15.6K 793 39
                                    

Sudah pukul 21.00 azzam belum juga tidur. Zia yang dari tadi selalu menghindar dari arvan saat melihat jam sudah cukup malam untuk azzam dan juga nampak azzam sudah mulai rewel dan mengantuk zia langsung menghampiri azzam yang masih bermain dengan arvan.

"Anak soleh bobo ya udah malam." kata zia sambil mengusap kepala azzam.

"Bubu nyeny.." kata azzam sambil merentangkan tangannya menandakan ingin digendong.

Zia langsung menggendonga azzam dan membawanya ke sofa untuk disusui. Seperti biasa jika sedang menyusui biasanya zia sambil bershalawat atau membaca surat surat pendek. Setengah jam azzam menyusu hingga saat zia merasa azzam sudah benar benar nyenyak barulah ia memindahkan azzam dari gendongan zia ke ranjang. Setelah menidurkan azzam zia hendak pergi ke kamar mandi namun tangannya dengan cepat ditahan arvan.

"Jangan hindarin abang, kita harus bicara abang bisa ceritain semuanya."

"Aku gak maksa abang buat ngomong. Kalau emang gak mau ngomong fine, gak usah memaksakan." kata zia sambil melepaskan pegangan tangan arvan dan bergegas ke kamar mandi.

Tak disangka arvan menunggui zia di depan pintu kamar mandi. Sehingga saat zia keluar arvan langsung menarik tangan zia dan membawanya keluar kamar.
Arvan menarik zia ke ruang keluarga.

"Beri waktu abang buat menjelaskan jangan hukum abang saat kamu belum tau kebenarannya." kata arvan sambil menatap zia.

"Seminggu yang lalu abang di RS dapat chat dari ayah, katanya nanti malam ada temen ayah dan keluarganya yang akan datang ke rumah untuk berkenalan dengan vina. Abang tadinya mau jemput adek tapi abang pikir waktunya sudah malam, kasian azzam juga. Abang putuskan pergi sendiri. Sampai disana abang kaget saat melihat yang datang adalah Adam dan keluarganya adam juga nampak kaget. Abang gak nyangka aja dunia sesempit ini, kenapa harus adam yang sama vina. Jujur abang cemburu abang tau adam baik orangnya dia juga dewasa tapi bagaimana pun juga adam dan adek pernah punya history kalau adam jadi sama vina maka kita akan semakin dekat dengannya dengan kebaikannya dia dengan kedewasaannya dia dan seringnya kalian bertemu abang takut kalau suatu saat rasa diantara kalian akan kembali tumbuh. Bagaimana pun juga dulu adek sempat ragu untuk kembali menerima lamaran dari lelaki lain karena putusnya ikatan adek dan adam kan. Bukannya itu artinya adam itu sangat membekas? Abang cuma takut. Ketakutan itu rasa cemburu itu yang buat abang memilih gak mau cerita sama adek. Walau akhirnya tetep juga harus cerita. Maafin abang bukan abang gak per.."

"Cukup bang, kenapa abang bisa berpikir begitu sama aku? Apa dengan aku menerima lamaran abang, menikah dengan abang dan sekarang hidup bersama abang hingga ada azzam belum cukup jadi bukti kalau aku udah melupakan semua yang ada dimasa lalu, menutupnya rapat rapat dan menguburnya dalam dalam? Seenggak percaya itu abang sama aku? Jika memang adam jadi dengan vina kemudian terus abang kira tadi aku bakal lagi suka sama adam. Itu artinya aku menyakiti banyak orang bukan? Pertama aku ingkar pada allah, kedua aku menyakiti banyak orang yaitu anakku, vina, suami dan keluarga besar. Jahat sekali kan aku dimata abang. Jahat sekali penilaian abang tentang aku. Sudah malam aku permisi." kata zia sambil berdiri dan hendak berjalan meninggalkan arvan. Dengan sigap arvan langsung berdiri dan memeluk zia dari belakang.

"Maafin abang sayang. Abang cuman takut kamu ninggalin abang abang cemburu."

"Lepas bang, istirahat." kata zia sambil mencoba melepaskan pelukan arvan. Bukannya lepas tapi pelukannya semakin erat.

"Gak akan abang lepas sebelum kamu maafin abang." kata arvan. Zia pun diam tak menjawab apa apa ia biarkan suaminya dengan posisi begini.

"Sayang maafin abang yaa. Tolong maafin bukan begitu maksud abang. Abang tau abang terlalu berburuk sangka."

"Isrirahat besok abang kerja." kata zia tak menggubris ucapan zia.

"Gak mau sebelum kamu maafin abang." kata arvan.

Tak bertahan lama seperti itu suara tangisan bayi terdengar dari arah kamar. Mau tak mau arvan melepaskan zia. Zia segera pergi kekamar.

"Azzam kenapa kamu gak bisa kerja sama sama ayah sih nak. Kamu kan seharian udah sama bunda, kenapa gak bisa kalau malam itu serahin bunda buat ayah." kata arvan berdialog sendiri.

Esok paginya keadaan tak banyak berubah. Pukul 07.00 arvan sedang bersiap sedangkan zia sedangkan zia sedang memandikan azzam. Arvan rapih dengan pakaiannya azzam pun rapih dengan pakaiannya. Sekarang zia dan azzam sedang mengantarkan arvan hingga ke depan pintu.

"Anak soleh ayah berangkat dulu ya, abang azzam baik baik dirumah sama bunda." kata arvan sambil menciumi azzam.

"Sayang abang berangkat dulu ya. Semoga pas pulang nanti suaminya ini udah dimaafin dan dikasih senyum lagi yaa." kata arvan kemudian mencium kening zia.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati hati."

Setelah arvan pergi dan mobilnya benar benar tak terlihat zia menutup gerbang kemudian masuk kedalam. Zia menyiapkan menu mpasi untuk azzam setelah itu zia letakan azzam di box bayi. Box nya itu portable bisa di bawa kesana sini jadi azzam bisa selalu terpantau saat zia sedang mengerjakan pekerjaan rumah yang lain.
Selesai dengan semua pekerjaannya zia kembali lagi fokus kepada azzam.
Saat sedang bermain bersama azzam hp nya bergetar seperti biasa jika jam istirahat pastilab arvan selalu menelponnya.

On the phone

Arvan : Assalamualaikum. Sayang sayangku.

Zia : Waalaikumsalam.

Arvan : Sayang lagi apa?

Zia : Main sama azzam.

Arvan : Sayang udah dong please maafin abang.

Zia : Ada apa telpon?

Arvan : Sayang ayolah maafin abang yaa.

Zia : Hmm

Arvan : Ahh kenapa sih susah banget maafin suaminya. Cuma gara gara laki laki itu. Kenapa gara gara gak cerita aja jadi gini sih, kamu marah karena gak dikasih tau tentang lamaran vina atau karena gak dikasih tau tentang dia? Kamu masih mau tau kan tentang dia. Yaudah lah terserah. (suara arvan terdengar berbeda dari sebelumnya)

Tutt tutt

Telpon dimatikan secara sepihak oleh arvan. Zia cukup kaget zia tak marah pada arvan ia hanya kesal kenapa arvan bisa sebegitu cemburunya. Tak ingin memperpanjang zia pun mengirimi arvan pesan.

'Assalamualaikum. Maaf kalau abang pikir begitu. Aku kesel sama abang kenapa secemburu itu padahal udah jelas aku dan adam itu udah sama sama menjalani kehidupan masing masing. Aku dengan kehidupanku bersama suami dan anakku dan adam juga begitu.  Jadi apa lagi? Kalau kami masih saling menginginkan mungkin takkan pernah ada kita dan azzam terus juga takkan pernah ada keluarga adam yang meminta vina sama ayah ibu. Belum cukup buat abang?'

Begitulah kira kira pesan yang zia kirim untuk arvan.

***

Assalamualaikum teman teman 😊

Apa kabar? Semoga semuanya baik dan selalu dalam lindungan Allah yaa. Aamiin 🤗

Kritik dan sarannya selalu ditunggu loh.

Terimakasih buat yang selalu read, vote dan coment 😁

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Teman Teman 😍

#JariJariAmatir

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang