🌜51🌛

15K 742 116
                                    

Pukul 20.30 mereka sedang dalam perjalanan pulang dari rumah ibu. Jalanan tidak begitu ramai, Arvan mengemudikan mobil dengan santai sambil menikmati suasana malam. Sedangkan Azzam sudah kiyep kiyep mengantuk sambil menyusu.

"Hei ngantuk ya?" kata Arvan sambil menggelitik telapak kaki Azzam. Yang berhasil membuat Azzam merengek dan menendang nendang karena merasa terganggu.

"Anak nya udah kiyep kiyep juga masih aja digangguin." tegur Zia pada Arvan.

"Haha abis biasanya kan seneng dia kalau liat jalanan banyak  kendaraan."

"Hei Abang Azzam bangun dong tuh liat banyak mobil." kata Arvan lagi sambil menggoyangkan kaki Azzam. Lagi lagi membuat Azzam merengek dan bahkan hampir menangis.

"Udah ah jangan digangguin lagi anaknya biar tidur." kata Zia.

"Iya sayang iya." kata Arvan.

45 menit mereka sampai di rumah. Setelah mematikan mesin mobil Arvan langsung turun lalu menghampiri ke arah pintu kursi kemudi membukakan pintu untuk Zia karena sedikit kerepotan sambil menggendong Azzam. Apalagi sejak tadi Azzam tak mau lepas dari sumber nutrsinya.

"Sini biar sama Abang Azzamnya." kata Arvan mencoba mengambil Azzam. Pelan pelan Arvan coba mengambil Azzam dari pangkuan Zia sambil melepaskan dari sumber nutrisinya. Akhirnya walaupun Azzam sempat menggeliat sambil sedikit merengek tapi akhirnya berhasil diatasi oleh Arvan.

"Mbul banget sih. Susah banget lepasnya tenang aja bang gak akan ada yang ngambil kok." kata Arvan berdialog pada Azzam yang tertidur dalam gendongannya.

"Anak abang itu." kata Zia sambil merapihkan dirinya.

"Haha tapi abang gak gitu kan?"

"Tau ah. Udah cepet bawa masuk deh." kata Zia.

Arvan menidurkan Azzam di dalam Azzam sendiri lalu menggantikan pakaian Azzam dengan pakaian yang lebih nyaman untuk tidur. Selesai dengan Azzam Arvan menuju ke kamarnya, Ia melihat istrinya yang baru keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian.

"Azzam udah pules udah abang gantiin pakaiannya juga." kata Arvan.

"Hmm makasih ya. Yaudah abang bersih bersih nanti adek siapin baju gantinya." kata Zia.

"Oke." kata Arvan sambil berlalu ke kamar mandi.

Tak sampai 10 menit Arvan keluar kamar mandi tapi ia tak melihat Zia dikamarnya. Setelah mengenakan pakaian yang sudah disiapkan Zia, Arvan langsung menuju kamar Azzam karena ia menduga istrinya ada disana. Benar saja, Zia ada disana sambil memandangi Azzam yang sedang tertidur pulas.

"Kenapa Azzam bangun lagi?" kata Arvan sambil memeluk istrinya dari belakang.

"Eh." Zia nampak sedikit terkejut.

"Enggak kok." jawab Zia.

"Kenapa masih belum tega ya Azzam tidur sendiri?" tanya Arvan menebak.

Zia mengangguk.

"Sayang Insya Allah gak apa apa, kamar Azzam kan terkoneksi langsung kekamar kita. Gak ada pintu lagi selain pintu itu terus gak ada jendela yang bisa terbuka juga." kata Arvan meyakinkan.

"Kenapa gak nanti pas 2 tahun gitu atau pas udah lepas Asi?"

"Kan sekarang juga udah gak suka bangun malem Azzamnya. Justru kalau dari sekarang kan biar terbiasa Azzam belum ngerti juga jadi belum bisa nolak dengan berbagai alasan. Gini deh kita coba dulu seminggu kalau Azzamnya baik baik aja gak rewel kita lanjutin. Kalau Azzamnya jadi rewel nenti sama kita lagi. Gimana?" tawar Arvan. Zia hanya mengangguk.

Perjalanan Hidup (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang