"Huft...." Ayana menghela nafas panjang sambil melihat ponselnya.
"Dari tadi nayri lowongan keja ga dapet - dapet huaaaa," batinnya berteriak.
"Kenapa lo, Ay?" tanya Ara kepo.
"Ga papa..." jawab Ayana singkat, ia malas menejlaskan.
"Eh, gw udah cerita belum sih soal gw kemaren ke rumahnya Adriyan?" ucap Ayana yang teringat tentang hal itu.
Brak!!
Ara menggebrak meja di depannya.
"Kok bisa?!?" ucap Ara ngegas.
"Weh weh weh, selow mba.. Selow... Jangan ngegas," ucap Ayana menenangkan, ia malu, seluruh isi kelas kini tengah menatap heran kearah dua perempuan itu.
"Hehe, ya maap," ucap Ara sambil menyengir.
"Emang gimana ceritanya?" tanya Ara penasaran.
Ayana pun menceritakan yang terjadi kemarin.
"Oh, pantes, Adriyan mau respon sapaan lo waktu itu, terus mau di peluk juga sama lo, ternyata lo anak sahabat bokapnya dia," guman Ara keras.
"Yah, padahal gue udah GR banget loh kalo Adriyan tu suka gue," ucap Ayana kecewa.
"Eh, tapi gue kepo Nana - Nana itu siapa ya? Kok gue kaya ga asing gitu," lanjut Ayana.
"Jangan jangan lo Ay, panggilan lo kan Ayana, belakangnya Na, terus akhirnya biar gampang lo di panggil Nana waktu kecil," ucap Ara denagn hipotesisnya.
"Tapi kok gue ga inget apa - apa ya? Gue cuma inget masa kecil gue tu sering main di kompleks tentara gitu, soalnya Om gue tuh tentara. Apa ini karena amnesia gue? Tapi kata dokter, gue udah sembuh, toh gue juga udah inget Ayah, Bunda sama keluarga - keluarga gue yang lain," heran Ayana.
"Itu juga yang buat aneh, masa iya lo gaada secuil pun ingatan tentang Adriyan di masa kecil, sedangkan bokap kalian sahabatan dari mereka kecil, ya pasti kalian waktu kecil sering main lah," ucap Ara.
Mereka berdua menghela nafas panjang bersamaan.
"Udahlah, gausah di fikirin, eh, lo tau cafe bagus yg rada jauh dari rumah gue ga?" tanya Ayana.
"Cafe Harmony tu, yang di deket bukit, bagus banget menurut gue" ucap Ara.
"Oh iya, kenapa ga ke fikiran," guman Ayana sambil menepuk jidatnya.
"Emang mau ngapain?" tanya Ara penasaran.
"Nyari cogan," ucap Ayana berbohong.
"Ikut dong!!" ucap Ara bersemangat.
"Hust..!! Lo udah punya Zidan, nanti ketahuan gw yang di marahin," ucap Ayana, Ara mendengus sebal.
"Yee curang lo, eh beneran nyari cogan? Adriyan di kemanain?" ucap Ara.
"Alah bodo ah, ngeselin dia tu," ucap Ayana.
"Miror!! Lo juga ngeselin banget ealah," ucap Ara, Ayana menyengir.
"Nanti sore main ke mall kuy," ajak Ara.
"Gamaooo aku ada urusan," tolak Ayana.
"Sok sibuk ih," ucap Ara.
"Iyalah, emang situ, wleee" ejek Ayana.
"Bilangin ke sepupu lo tuh, gw punya pacar kok berasa jomblo ya, jarang, banget ngajak jalan dia," curhat Ara.
"Derita Lo!!!" ucap Ayana lalu ia berlari menjauh, takut di serang Ara, bisa - bisa tulangnya patah nanti.
"Ayana ih!!!!" pekik Ara, membuat semua siswa kelas 10 MIPA 1 kembali menolehkan kepala ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIYAN AYANA (END)
Teen FictionSetelah 3 tahun berpisah, akhirnya Bandung kembali mempertemukan Adriyan dan Ayana. Dua insan yang dulunya sangat dekat namun tiba - tiba berjarak. Adriyan pergi, tak sanggup bila melihat orang yang dicintainya bersedih sebab kehilangan Bundanya. A...