[#2]

1.1K 93 4
                                    

       Ini sudah ke tujuh kalinya Ara memencet bel rumah Ayana, namun ia sama sekali tak mendapat respon dari dalam, "Ini bener rumah Ayana kan??? Iya kok!! Kemarin gue sama Zidan nganternya ke sini, ini di dalem sebenernya ada kehidupan ga sih?!? Kok kaya rumah hantu aja, eh, tapi di depan kan ada satpam tadi," batin Ara kesal.

"Ari si eneng teh nyari Non Ayana?" tanya seseorang dari belakang.

"Eh Astagfirullah!! Aish ibu mah ngagetin aja," pekik Ara kaget.

"Ya maaf atu neng, eh, jangan panggil ibu, panggil aja Mbok Jum, saya yang bersih - bersih di rumah non Ayana " Mbok Jum memperkenalkan diri.

"Jadi Ayana ga punya ART tetap Mbok?" tanya Ara saat Mbok Jum sedang membuka kunci pintu.

"Iya neng, saya di sini cuma sampai siang, mari neng masuk," jawab mbok Jum.

"Kenapa mbok? Masa rumah segede ini gaada ART nya?" tanya Ara penasaran, saat ia melangkah masuk, Elegan, satu kata itu sangat menggambarkan rumah yang didominasi warna monokrom itu.

"Saya teh henteu ngarti neng," jawab Mbok Jum.

"Ara?" ujar Ayana saat tengah menuruni tangga, ia heran melihat Ara yang pagi - pagi buta sudah berada di rumahnya.

"Eh Ay? Gw kira masih molor lo " ucap Ara sambil menarik Ayana ke atas kembali.

"Kamar lo yang mana?" tanya Ara, ia bingung, di lantai 2 ini terdapat banyak pintu ruangan.

"Itu pojok sana, mau ngapain sih?" ucap Ayana sambil menunjuk kamar paling kanan di lantai 2 ini.

"Udah ikut aja, lagian masih jam 6 udah mau berangkat sekolah aja, cuma ada nyamuk kali di sekolah," ucap Ara sambil kembali menarik paksa Ayana.

"Ini bocah hobinya kok narik paksa orang sih..." batin Ayana kesal.

       Ara dan Ayana sudah berada di dalam kamar Ayana, Ara mendudukan Ayana di kursi rias yang mejanya tidak ada alat make up sama sekali.

"Lo kok bisa cantik sih, padahal ga pake apa - apa?!?" tanya Ara sedikit ngegas. Hmm selain hobi narik - narik orang, rupanya Ara punya hobi ngegas juga.

"Iri?" jawab Ayana singkat.

"Ya Allah kuatkan hamba memiliki sahabat modelan begini," ucap Ara frustasi.

"Ay, lo ga mematuhi aturan berpakaian, gue sebagai sahabat lo yang sangat sangat disiplin ini, kesel lihat lo begini," omel Ara.

"Hmm," hanya itu balasan Ayana.

"Sekarang lo masukin baju lo," ucap Ara.

Ayana menurut.

"Ganti pekek sepatu hitam," ucap Ara lagi.

Ayana beranjak ke ruang wardrobe untuk mengambil sepatu hitam. Ara mengikuti.

"Daebak!! Gila sih ini gw kaya lagi di mall," ucap Ara sambil melihati koleksi baju, tas, sepatu, jam tangan, juga aksesoris lainnya milik Ayana.

"Semuanya brand ternama cuy!! Ori lagi," batin Ara berteriak, jiwa misqueennya bergejolak.

Ayana kembali beranjak ke meja rias tadi. Ara belum juga kembali.

"Ara!! Ngapain!! Barang gue jangan di ambil lohh!!" teriak Ayana, 5 detik kemudian Ara datang dan dengan sigap memukul pundak Ayana.

"Enak aja kalo ngomong," kesal Ara.

"Jangan mukul juga kali," kesal Ayana yang merasa pukulan dari Ara tadi lumayan juga.

Ara bergerak menyisiri rambut Ayana.

ADRIYAN AYANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang