[#30]

437 47 51
                                    

"Yan, warteg Bu Khumaira yuk," ajak Ayana, saat ini mereka sudah berada di mobil hendak pulang.

"Lah? Lo kan sakit," bingung Adriyan.

"Hehe, sebenernya engga, tadi gue cuma risih di liatin David mulu, gue ga suka, lagi males rapat juga sih," ucap Ayana sambil menyengir.

        Adriyan menghela nafas panjang, tangan kirinya terulur untuk mencubit pelan pipi kanan Ayana.

"Bandel ya," ucap Adriyan gemas sekaligus kesal karena ia merasa ikut di kerjai juga, pasalnya tadi ia benar - benar khawatir. Namun tak ayal ia juga merasa lega, ternyata Ayana risih dengan David, jadi ia tak perlu khawatir Ayana akan berpaling  kepada David.

"Ih, sakit tau, lo kok hobi nyubit pipi gue sih? Kalo kendor gimana?" ucap Ayana cemberut sambil menoel - noel pipinya sendiri.

       Adriyan tertawa, tak habis fikir akan tingkah cewek di sampingnya ini, seperti belum puber saja.

"Lo udah gede tapi kok masih kaya anak kecil sih?" tanya Adriyan heran.

"Aku kan emang masih kecil, kan belum 17 tahun Kakak Adriyan, belum boleh bawa mobil sendiri," ucap Ayana dengan nada seperti anak kecil, Adriyan semakin gemas.

"Hilih, waktu kelas 9 juga lo bawa mobil sendiri. Mana pernah ceburin mobil ke sungai lagi," cibir Adriyan, Ayana melotot.

"Kok lo tau?!" ucapnya ngegas.

"Apasih yang gue ga tau tentang lo?" jcap Adriyan sombong.

"Banyak!!" teriak Ayana.

"Semalem sebelum tidur gue bayangin masa depan sama siapa hayo?" tanyanya.

"Gue lah," jawab Adriyan dengan PD nya.

"Dih! Mas nya PD banget, orang saya bayangin sama Sertu Gilang juga,"ucap Ayana lalu ia menjulurkan lidahnya.

"Sertu Gilang? Orang mana?" tanya Adriyan bingung.

"Inget tante Zahra? Adeknya almarhumah Bunda?" tanya Ayana, Adriyan mengangguk.

"Suaminya kan TNI, anaknya juga ikut jadi TNI, semalem dia dateng ke rumah masih pake seragam PDL TNI AD. Huaaaa, ganteng banget," ucap Ayana mengingat kejadian semalam dimana saat bel rumahnya berbunyi lalu ia membuka kan pintu, tiba - tiba ada seorang cowok berseragam loreng yang memeluknya, ia kaget, hampir saja teriak kalau saja orang itu tidak bilang kalau ia adalah sepupunya yang sempat lost contact setelah Kirana meninggal.

"Oh, Gilang Aksara Pradana? Adeknya bang Aksa Putra Pradana?" tanya Adriyan yang sedikit mengingat keluarga itu, dulu waktu kecil mereka cukup dekat.

"Iya, tapi Bang Aksa udah gugur waktu tugas nanganin rusuh di perbatasan," ucap Ayana sedih.

"Innalillahi wa Innalillahi raajiun, Bang Aksa kan masih muda," ucap Adriyan.

"Iya, kata Kak Gilang 3 bulan lagi bang Aksa mau nikah padahal," tutur Ayana.

"Gilang di panggil pake Kak sedangkan ue engga, padahal gue 2 tahun lebih tua dari lo loh," protes Adriyan.

"Pengen banget ya di panggil Kak? Eh, perasaan dulu situ yang bilang manggilnya nama aja," sewot Ayana.

"Raka yang nyuruh," koreksi Adriyan.

"Eh iya lupa, Raka yang nyuruh, btw emang lo pengin banget ya di panggil kak?" tanya Ayana sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Adriyan yang tengah fokus menyetir.

       Adriyan melirik Ayana sebentar lalu cepat - cepat mengalihkan pandangannya ke depan krena takut tak fokus menyetir.

"Lebih pengin di panggil sayang sih," ucap Adriyan mencoba terdengar datar. Ayana melebarkan matanya kaget, lalu cepat - cepat ia menjauhkan tubuhnya dari Adriyan.

ADRIYAN AYANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang