"Astagfirullah, Woy!! Ini rumah sakit bukan tempat buat pacaran," teriak Keylan kaget melihat Adriyan dan Ayana yang masih berpelukan.
Adriyan dan Ayana refleks saling melepaskan pelukan mereka.
"Yee sirik ae lu tong, lagian siapa yang lagi paca__" ucapan Ayana berganti menjadi cengiran kuda nya saat melihat Ayahnya berada di belakang Keylan.
"Eh Ayah? Sejak kapan di situ yah?" tanya Ayana basa basi tapi basi beneran.
"Sejak kamu pelukan sama Adriyan," jawab Haikal menggoda.
"What?! Aduh papah lihat lagi, uhmm gimana ini?" batin Ayana
"Kok kek lagi dicyduk ngehamilin kucing tetangga ya?" batin Adriyan.
"Mampus lu berdua, dinikahin tau rasa lo. Eh, kalo di nikahin enakan merekanya dong? Bisa - bisa langsung buat 'Adriyan Junior' dah tu," batin Keylan ngawur.
"Gimana kabarmu?" tanya Haikal, ia berjalan mendekat ke brankar Ayana.
"Ya baik banget lah Om, kan baru pelukan ama ayang embeb nya," yang menjawab malah Keylan.
"Dih!" ketus Ayana.
"Ayana ga papa kok yah, cuma ini masih rada sakit kepalanya," ucap Ayana jujur.
"Oh yaudah kamu istirahat dulu aja ya, ini ayah mau bicara sama dokter Rey," ucap Haikal.
"Adriyan, Keylan, nitip Ayana ya?" lanjutnya sambil beralih menatap Adriyan dan Keylan bergantian.
"Iya Om," jawab kedunya kompak.
"Ayana tidur aja ya? Istirahat sayang," ucap Haikal lagi.
"Mampus! Gue baru aja bangun tidur yah! Huftt.. Tapi kalo nolak nanti ditanya kenapa terus gue harus jawab apa ya?" batin Ayana yg sedang melamun.
"Ay? Kok ngelamun?" tanya Adriyan membuyarkan lamunan Ayana.
"Yah, bosen, pengen jalan - jalan," rengek Ayana seperti anak kecil.
"Nggak boleh Ay, lo baru aja sadar," tolam Adriyan.
"Ih kan Ayana bosen," rengeknya lagi.
"Lo harus banyak - banyam istirahat Ay, nanti bisa - bisa lo pingsan lagi kaya tadi," ucap Keylan, Haikal lebih memilih untuk pergi daripada harus berdebat.
Ayana memandang kesal punggung Ayahnya yang perlahan menjauh. Ayana beralih menatap Adriyan dan Keylan dengan puppy eyes nya yang membuat siapapun tak tahan melihatnya.
"Sumpah ni bocah bikin iman gw melemah aja" batin Adriyan sembari menelan salivanya.
"Ya Allah ini salah satu ujian terberat yg pernah hambamu ini rasakan" batin Keylan.
~~~
Sore ini Ayana tengah berada di taman rumah sakit. Tadi Ayana mati - matian membujuk Adriyan dan Keylan agar ia diberi izin supaya bisa jalan - jalan, ya meskipun masih berada di wilayah rumah sakit. Akhirnya Adriyan mengizinkan dengan syarat Ayana harus diantar oleh dirinya dan harus menggunakan kursi roda. Siapa yang bisa tahan mendengar rengekan ayana supaya mengikuti kemauannya?
"Aealahhh Yan, gausah pake kursi roda kali," gerutu Ayana.
"Yaudah kalo ga mau balik ke kamar lagi," tegas Adriyan.
"Serah dah, serah," pasrah Ayana.
"Ay, kata Om Haikal lusa kayanya lo udah bisa pulang," ucap Adriyan membuat Ayana senang.
"Yey!!! Pulang!!!" teriak Ayana kegirangan.
"Eh tapi pulangnya ke rumah gue, soalnya nanti sore bokap gue ama bokap lo mau pergi blusukan katanya, kampanye," ucap Adriyan lagi.
"Terus gue tidur di kamar siapa?" tanya Ayana.
"Kamar gue," jawab Adriyan santai.
"Astagfirullah, masa kita sekamar, ka__" ucapan Ayana terpotong.
"Lo itu ya, pikirannya aneh - aneh mulu, kita ga sekamar lah, gue tidur di kamar bang Key," jawab Adriyan, Ayana nyengir kuda.
"Lah emang ga ada kamar tamu? Gue di situ aja, kasian lo nya," tanya Ayana tak enak hati.
"Ada sih, bokap gue juga nyuruh gue di situ aja. Tapi menurut gue ga nyaman, ruangannya bernuansa cerah, sedangkan gue sukanya monokrom. Bang Key bilang tidur bareng aja, itung - itung flashback masa kecil, Bang Key juga takut tidur sendirian katanya," jelas Adriyan panjang lebar.
"Lagian pake kasian segala, dulu lo juga sering usir gue dari kamar gue kan?" lanjutnya mengingat masa kecil mereka.
"Hehe, inget aja lo. Eh, jadi bang Keylan dari dulu masih aja takut tidur sendirian?" ucap Ayana.
"Iyaaa, pas di Thailand katanya juga tidur se kamar sama temennya, cowok tapi. Eh, lo tidur di kamar gue jangan obrak abrik lemari loh. Nanti lo nemuin benda ajaib lagi kaya dulu waktu kecil" ucap Adriyan lalu ia dan Ayana tertawa.
"Astagaaa, gue udah ga bocah lagi kali yan. Gue ga kaya dulu yang pernah buka lemari lo dan dengan polosnya ngambil CD lo terus nanya kok ada gambar spiderman nya. Hahahahaha," ucap Ayana laku mereka berdua tertawa kembali.
"Aelahh udah ah flashback nya. Eh Ay, selama gue ga ada, lo pernah pacaran?" tanya Adriyan penasaran, sejak ia pindah, dia tak pernah pacaran karena masih terbayang - bayang Ayana. Sosok Ayana begitu membekas di hatinya.
"Uhmm pernah sekali," jawab Ayana, Adriyan sedikit kaget.
"Udh putus?" tanya Adriyan lagi. Ayana menggeleng, Adriyan tambah kaget
"Hahaha muka lo kenapa merah yan? Gue bercanda kali, gue ga pernah pacaran kok, jomblo dari embrio gue mah," ucap Ayana membuat Adriyan memasang wajah kesal walaupun di hatinya ia bersorak-sorak gembira.
"Yeilahhh, lo cemburu ya ama cowok boongan gue? Hahaaha," lanjut Ayana lalu tertawa.
"Serah dah, serah. Gue cuma nanya, dan jujur perasan gue masih sama kaya dulu," ucap Adriyan.
"Tapi sorry, mungkin saat ini kita gini dulu, gue belum siap buat ngejalin hubungan sama lo," lanjutnya.
"Iya," balas Ayana singkat, sebenarnya ia kecewa akan keputusan Adriyan, ia ingin lebih.
"Ay, gue ga mau kalau kita pacaran terus berantem, kita malah musuhan. Mending gini aja, toh kita saling mencintai kan? Ga mungkin berpaling?" Adriyan mengungkapkan alasannya. Ayana hanya membalasnya dengan anggukan, sebenarnya ia kurang setuju akan cara berfikir Adriyan. Tapi biarlah, keduanya barus aja berbaikan masa ia harus membuat masalah.
Adriyan dan Ayana berkeliling taman, sesekali mereka berhenti untuk menagmbil foto. Mereka bahagia sekali karena bisa kembali lagi seperti masa kecil mereka yg indah. Ayana melihat seorang perempuan yang seperti tak asing menurutnya, nafasnya berhenti sedetik saat tau orang itu siapa.
"Yan, balik ke kamar yuk, cepeet," ajak Ayana dengan ekspresi wajah ketakutan
"Kenapa?" Adriyan bingung sekaligus panik melihat wajah ketakutan ayana.
"Cepet!!! Nanti gue ceritain," desak Ayana.
Sebenarnya Adriyan ingin meminta penjelasan dulu kepada Ayana, namun ia urungkan ketika Ayana menunjuk seorang wanita yang seumuran dengan mereka. Adriyan cepat - cepat membawa Ayana ke kamar nya karena Ayana juga semakin ketakutan. Saat sampai di dalam ruanagn dan duduk di atas brankar, tangis Ayana pecah. Adriyan memeluk Ayana untuk menenangkan.
"Kenapa Ay, jangan bikin gue panik, orang tadi siapa?" tanya Adriyan khawatir.
"Dia Jesica, cewek yang udah buat gue begini," ucap Ayana dengan gemetar, ia benar - benar rapuh ketika mengingat peristiwa setengah tahun yang lalu itu, ia takut kalau saja hal itu terulang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIYAN AYANA (END)
Teen FictionSetelah 3 tahun berpisah, akhirnya Bandung kembali mempertemukan Adriyan dan Ayana. Dua insan yang dulunya sangat dekat namun tiba - tiba berjarak. Adriyan pergi, tak sanggup bila melihat orang yang dicintainya bersedih sebab kehilangan Bundanya. A...