[#35] END

680 39 4
                                    

Ini sudah satu minggu sejak makan malam waktu itu, sampai saat ini, Adriyan belum pulang ke rumahnya, melainkan ia pergi ke rumah Neneknya yang masih berada di wilayah Kota Bandung. Banyak yang mencari - carinya, termasuk kedua orangtuanya. Terakhir kali ia menghubungi Oliv, ia hanya berkata bahwa ia baik - baik saja dan berada di tempat yang aman, ia butuh waktu beberapa hari untuk menyendiri. Setelah itu, Adriyan memilih untuk menghancurkan handphone nya karena tak ingin diganggu.

Untung saja kali ini Nenek dan Kakeknya mau diajak kerjasama, saat Candra menelfon Nenek untuk menanyakan keberadaan Adriyan di rumahnya, ia mau menjawab tidak ada. Walaupun Adriyan harus diledek habis - habisan oleh sang Kakek karena dianggap sebagai lelaki yang lemah sebab galau berhari - hari hanya karena ditolak oleh salah satu kaum Hawa.

"Iyan, kamu jangan di kamar mulu, keluar kek, joging, cari angin. Ntar perutmu yang kotak - kotak itu jadi buncit loh," omel Dharma —Kakek Adriyan.

"Ayo Kek, main PS bareng," sahut Adriyan tidak nyambung, ia masih sibuk dengan stik playstation nya itu.

"Dibilangin malah ngalihin pembicaraan," kesal Dharma, lalu ia mencabut kabel televisi, Adriyan yang kaget karena layar di depannya tiba - tiba mati pun dengan cepat menoleh kearah Dharma.

"Sana keluar, joging atau apapun terserah kamu, cari cewek baru juga boleh!! Kesel Kakek liat kamu seminggu gini terus, luntang - lantung kaya anak ayam kehilangan induknya!!" perintah Dharma tegas sambil menunjuk ke arah pintu.

Adriyan mendengus kesal sambil berdiri, "Minta uang, buat jajan," pinta nya sambil mengulurkan kedua tangannya kepada sang Kakek.

"Udah SMA tapi kelakuan kaya anak TK," cibir Dharma sambil mengambil dompet di saku celananya, lalu memberikan Adriyan 5 lembar uang bewarna merah.

"Makasih Kek, Adriyan jajan dulu, Assalamualaikum," pamit Adriyan sambil mencium punggung tangan Kakeknya.

~~~

"Loh Adriyan? Ngapain disini?" tanya Gilang pada Adriyan, mereka tak sengaja bertemu di warung bakso depan gerbang kompleks rumah Kakek Adriyan.

"Habis joging," jawab Adriyan singkat, ia sedikit kesal dengan laki - laki di depannya ini, karena kehadirannya, hubungan ia dan Ayana jadi merenggang.

"Wah jogingnya jauh banget sampe sini," kagum Gilang sambil jalan menuju salah satu kursi dan duduk berhadapan dengan Adriyan.

"Eh engga, gue lagi nginep di rumah Kakek Nenek, deket dari sini, lo sendiri ngapain disini, Kak?" ujar Adriyan mencoba bersikap biasa - biasa saja.

"Gue habis latihan di hutan deket sini," jelas Gilang, Adriyan mengangguk - ngangguk paham, lalu pelayan datang dan menanyai pesanan mereka.

"Eh, gimana kabar Ayana? Udah lama gue ga ketemu dia," tanya Gilang setelah memesan semangkuk bakso dan segelas es jeruk.

"Sumpah gue kangen sama oceahnnya dia yang selalu ceritain semua tentang lo Yan. Gila sih lo, udah mengubah Ayana yang polos unyu - unyu jadi cewek yang mabok cinta, hahaha," sambung Gilang diakhiri dengan tawa pelannya.

"Bukannya kalian sering ketemu ya? Kan akhir - akhir ini kalian sering jalan bareng," tanya balik Adriyan.

"Eh? Engga kok, terakhir ketemu itu sekitar 3 minggu yang lalu, waktu di kedai es krim. Lo inget ga waktu gue jemput Ayana pulang sekolah? Nah itu terakhir kali kita ketemu," jawab Gilang.

"Tapi setelah hari itu, dia sering ga ikut hangout sama anak - anak CL dengan alesan ada janji sama lo, pernah juga izin pulang duluan karena buru - buru mau ketemu sama lo, terus katanya dia juga nginep di rumah dinas ortu lo, sekitar 2 minggu yang lalu," heran Adriyan.

ADRIYAN AYANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang