Ini sudah seminggu sejak Adriyan dan Ayana bertengkar, dan sesuai apa yang dikatakannya malam itu, Ayana tak lagi mengejar - ngejar Adriyan. Sebisa mungkin ia melenyapkan rasa yang sepantasnya memang tak ada. Belajar terbiasa akan hari - hari tanpa Adriyan, tanpa menyapa Adriyan, tanpa menghampiri Adriyan saat di kantin, dan tanpa kebiasaan - kebiasaan lainnya yang ia lakukan hanya untuk mendekati Adriyan.
Di luar memang ia terlihat biasa - biasa saja, padahal hatinya menahan sakit luar biasa. Seperti inikah resiko dari jatuh cinta? Benar kata orang, tak ada jatuh yang tak sakit. Namun, kenapa setelah mendapat perkataan dari Adriyan yang sangat melukainya, ia masih belum bisa berhenti mencintai Adriyan? Apakah ini yang namanya bucin kasta tertinggi? Entahlah.
Seminggu ini Ayana terlihat lain, di balik hatinya yang sedang terluka, ia malah lebih ramah dan supel dari biasanya, setiap orang yang berpapasan dengannya, pasti disapa olehnya, bahkan orang yang pernah mengatainya sekalipun. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Adriyan, bahkan ia berpura - pura tidak menganggap Adriyan.
Hal yang dilakukan Ayana tersebut sebenarnya adalah bagian dari usahanya dalam menyembunyikan sebuah luka, ia tak mau di cap lemah oleh orang lain, apalagi hanya karena cinta, cukup sekali saja ia menangis dalam diam di malam itu. Dan sungguh, ia tak mau merasakannya lagi, karena jujur, menangis dalam diam itu sakitnya luar biasa.
Adriyan tersenyum miris, karena lagi - lagi Ayana seperti tak mengenalnya ketika mereka berpapasan di koridor sekolah pagi ini. Ia sadar, ia sangat keterlaluan malam itu, tapi sungguh, itu adalah bentuk dari kecemburuannya ketika melihat Ayana bersama laki - laki lain.
Dan dalam seminggu ini Adriyan kehilangan semangat hidupnya. Hari - harinya terasa hampa tanpa sapaan Ayana yang setiap paginya terlontarkan untuknya. Ia iri dengan siswa siswi yang lainnya, walaupun tak mengenalnya, Ayana mau menyapa mereka, bahkan sepertinya Ayana menyapa seluruh warga sekolah, terkecuali dirinya.
Jujur ia ingin meminta maaf, tapi ia tak pernah sanggup, karena sejauh ini ketika ia hendak meminta maaf kepada Ayana, pasti yang ia dapati adalah kedekantan antara Ayana dan Wawan, bahkan akun Instagram lambe sekolahnya juga menggosipkan bahwa Ayana dan Wawan sudah berpacaran, tapi ia yakin, gosip itu 100% salah, hanya ia yang bisa memiliki Ayana, yang lain tidak.
Tapi hari ini ia bertekad untuk benar - benar meminta maaf kepada Ayana, ia tak mau membiarkan pertengkaran mereka terjadi dalam jangka waktu yang lama, karena baru seminggu saja ia sudah seperti orang gila. Persetan dengan kedekatan Wawan dan Ayana!!
~~~
Sorenya, para anggota pengurus OSIS mengadakan rapat untuk membahas kegiatan HUT SMA Garuda Nusantara 1 bulan lagi.
"Lo lagi berantem sama Adriyan?" tanya Zidan saat di ruang OSIS, saat ini baru beberapa orang yang ada di sana.
"Engga kok, biasa aja," bohong Ayana.
"Kok lo udah ga pernah gabung sama gue, Raka and Adriyan lagi di kantin? Terus kata Ara lo juga udah ga pernah nyapa Adriyan lagi. Kenapa?" tanya Zidan penasaran.
"Cape aja berjuang sendiri terus," jawab Ayana karena malas jika diberondong lebib banyak pertanyaan lagi, Zidan pun mengangguk faham.
"Tapi Adriyan seminggu ini kaya orang gila, gatau kenapa, gue kira karena aklian berantem," ucap Zidan, Ayana hanya berdehem.
"Apa lo jadi gila karena kejadian malem itu yan? Tapi mana mungkin, malem itu aja lo diem doang bahkan saat gue ngomong gue gaakan ngejar - ngejar lo lagi, itu tandanya lo ga peduli sama gue kan?" batin Ayana.
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh" salam pembuka dari Ayunda sang ketua OSIS, ya, rapat sudah dimulai.
"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh..." balas semua serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIYAN AYANA (END)
Teen FictionSetelah 3 tahun berpisah, akhirnya Bandung kembali mempertemukan Adriyan dan Ayana. Dua insan yang dulunya sangat dekat namun tiba - tiba berjarak. Adriyan pergi, tak sanggup bila melihat orang yang dicintainya bersedih sebab kehilangan Bundanya. A...