Setelah dokter datang, Ayana langsung diperiksa, kata dokter, Ayana hanya demam dan sedikit kelelahan dokter pun memberikan resep obat, Adriyan sebenarnya ingin membelikan obatnya, namun Oliv melarangnya dan akhirnya Oliv lah yg membelikannya.
Saat ini Adriyan tengah menjaga Ayana, ia berada di sebelah Ayana yang tengah pingsan, Adriyan duduk sambil bersandar pada kepala ranjang, ia memperhatikan wajah Ayana yg tenang, teduh, dan damai.
"Dari dulu lo emang cantik Ay, bahkan sekarang tambah cantik banget, gue aja sampe ga bisa bersikap cuek sama lo," batin Adriyan sambil tersenyum, lalu ia melihat ke rambut Ayana yg sedikit kusut, mungkin efek hujan - hujanan tadi. Akhirnya Adriyan turun dan mengambil sisir, lalu ia naik lagi ke ranjang, ia sedikit mengangkat kepala Ayana lalu rambutnya di kesampingkan agar mudah untuk disisir.
Adriyan mulai menyisir ayana, sebenarnya ia merasakan sedikit pergerakan, Adriyan kira Ayana sadar, tapi sepertinya tidak. Eh, iya Ayana udah sadar, tapi Adriyan kira belum karena Ayana tak kunjung membuka matanya. (Adriyan gampang banget ditipu)
"Ay, kayanya gue ga bakal bisa dingin lagi deh ke lo. Hmmm kalo sama cewe lain bisa, tapi sama lo susah tau," ucap Adriyan sambil memperhatikan wajah damai Ayana.
"Gue sama sekali ga bisa ngejauhin lo, tapi saat gue deket sama lo, gue jadi inget kejadian waktu kecelakaan. Maaf Ay, andai aja gue ga ngajak lo ke toko buku waktu itu, mungkin nyokap lo ga meninggal. Bahkan, setelah sekian taun gue baru bilang maaf ke lo, dalam keadaan lo lagi pingsan lagi. Gue pengecut banget kan? Tapi Ay, gue cuma takut kalo ingatan lo kembali dan lo ga maafin gue karena gue lah penyebab nyokap lo meninggal" ucap Adriyan dengan nada sedih.
Ayana yg mendengar itu tiba2 merasa mendapatkan memori di masa lalu, semua terputar seperti kaset rusak di kepalanya. Alhasil ia kembali merasakan sakit kepala yang hebat, ia tak kuat untuk berpura-pura pingsan lagi.
Ayana bangun sambil memegangi kepalanya yang sakit karena mendapat setumpuk memori di masa lalu. Mata Adriyan langsung melotot melihat Ayana sadar.
"Shhh," ringis Ayana sambil memegangi kepalanya.
"Eh eh eh, kenapa? Mana yg sakit," Adriyan panik, ia yang sebelumnya bersender langsung duduk tegak dan memegangi pundak Ayana.
Oliv datang.
"Ayana kenapa, aduhhh Adriyan kamu gimana sih, Ini minum obatnya sayang," ucap Oliv kawatir, ia menyodorkan obat dan segelas air putih, Ayana menerimanya lalu meminum obatnya.
"Gimana...? Masih sakit kepalanya..?" tanya Oliv saat meihat Ayana yang tak lagi memegangi kepalanya sambil merintih kesakitan. Adriyan membantu Ayana duduk sambil bersender di kepala ranjang.
"Udah ga papa Tan," ucap Ayana sambil tersenyum tipis karena ia sudah sangat ingat akan masa lalunya yg indah bersama Adriyan, walaupin sebenarnya kepalanya masih terasa sakit.
"Yaudah Ayana istirahat aja ya, tidur di sini bareng Tante, Ayah kamu juga nitipin kamu ke Tante, katanya dia sama Om Candra masih sibuk untuk pemilihan walikota nanti, mungkin hari ini ga pulang, Adriyan sana tidur udah malem, kamu tidur di kamar mamah aja ya," perintah Oliv.
"Iya Ma," ucap Adriyan lalu beranjak pergi, namun saat berada di pintu ia berbalik.
"Ay, Maafin gue ya? Gara - gara gue lo jadi sakit," ucap Adriayan sambil menatap Ayana.
"Gue sakit bukan karena lo, tapi udah takdirnya gini, semua yg terjadi di dunia ini adalah takdir Tuhan, tanpa lo minta maaf pun ge udah memaafkannya karena lo gak salah, jadi jangan kaya gitu lagi," ucap Ayana sambil tersenyum, Adriyan juga hanya bisa tersenyum.
Adriyan beranjak dari kamarnya, lalu ia pergi ke kamar Mamahnya.
"Ayana, mau tidur nak?" tanya Oliv lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADRIYAN AYANA (END)
Teen FictionSetelah 3 tahun berpisah, akhirnya Bandung kembali mempertemukan Adriyan dan Ayana. Dua insan yang dulunya sangat dekat namun tiba - tiba berjarak. Adriyan pergi, tak sanggup bila melihat orang yang dicintainya bersedih sebab kehilangan Bundanya. A...