[#18]

511 57 0
                                    

        "Ayana!!" terdengar teriakan Ara yg baru saja datang dan langsung memeluk Ayana.

"Eh buset.... Satu kampung di sini semua," Zidan yang berjalan di belakang Ara pun kaget karena banyak orang yg berada di ruang inap Ayana.

"Ra, Le-Lepa Sin, Gue G-Ga Bi Sa Na Fas," ucap Ayana terbata-bata.

"Eh sorry, lagian lo tidur kelamaan gue kan kangen," ucap Ara merasa bersalah, Ayana mengangguk.

        Haikal, Candra dan Oliv memilih untuk pergi. Di dalam ruangan kini tersisa Adriyan, Keylan, Raka, Wawan, dan Ayunda. Eh, jangan lupakan Ara, Zidan dan Ayana juga. Ara duduk di depan Ayana, sedangkan Ayana duduk bersila sambil bersender di kepala brankar.

"Gimana kabarnya nih adek gue?" ucap Zidan sambil menaik turunkan alisnya.

"Gw sih baik - baik aja cuma ngeri aja  disuruh minum obat rasa darah,"  Ayana begidik ngeri mengingat saat tadi ia meminum obat yg menurutnya rasanya seperti darah, seisi ruangan pun tertawa.

"Lah malah ketawa?" Ayana kesal, lalu ia melirik Adriyan yang sedari tadi belum membuka suaranya tapi Adriyan juga ikut tertawa.

         Mereka semua itu akhir - akhir ini dekat, sebelum Ayana sakit juga mereka ber-8 pernah jalan bareng ke mall, atau tempat hang out lainnya. Mereka menyebut 'geng' mereka Adalah Coffee Latte karena mereka berdelapan memang sama - sama suka kopi. Keylan sebenernya risih sih karena menjadi yang paling tua di antara mereka. Tapi ya sudah lah, ia kan tidak memiliki teman, karena dulu ia lebih mementingkan belajar.

"Ngapain aja lo pas tidur? Ketemu bidadara?" tanya Ara.

Semua orang memandang Ara kebingungan, "Lah bidadara apaan?" tanya Adriyan dengan polosnya.

"Kan kalo cewe bidadari, kalo cowo ya bidadara lah," jelas Ara yg membuat seisi ruangan tertawa.

Sementara itu setetes air mata berhasil lolos dari mata indah Ayana, ia teringat siapa orang yg ia temui selagi belum sadar. Adriyan yg melihat itu langsung mendekat lalu menghapus air mata Ayana.

"Kenapa hmm?" tanya adriyan dengan lembutnya. Ayana hanya menggelengkan kepalanya, lalu ia menatap Adriyan yg tengah menatapnya seakan meminta penjelasan dari dirinya. Air mata Ayana masih mengalir, tapi selalu ia usap kasar dengan tangannya, sedangkan yang lainnya hanya diam melihat interaksi dari Adriyan dan Ayana.

"Gue kemarin ketemu bunda," jujur Ayana. Adriyan menghela nafas panjang, lalu ia mendekat ke Ayana.

"Maaf, karena gue lo jadi kehilangan bunda lo," bisiknya tepat di telinga Ayana.

"Bukan, ini bukan salah lo," Ayana menggelengkan kepalanya, untung saja air maatnya sudah berhenti mengalir.

Adriyan hanya tersenyum tipis lalu kembali duduk di sofa ruangan.

Wawan membuka hp nya, ada sebuah notifikasi Whatsapp disana.

"Uhmm Ay gue pamit pulang ya, calon mertua lo minta di jemput nih, kalo ga gue jemput nanti tambah marah ke gue. Tadi pagi aja nyokap ngambek soalnya gue belom bawa lo ke hadapannya, padahal dia mau pamerin menantunya ke temen - temen arisanya," ucap Wawan dengan PD nya.

"PD banget lo, lagian emang Ayana mau smaa lo?" ucap Zidan tak terima.

"Lo ga tau Wawan aja, dia kan mantan ketos jadi harus PD. Tapi sayang, mantan ketos kita yang satu ini tingkat PD nya KETINGGIAN!" sindir Ara dengan menekan kata "ketinggian". Wawan tak menggubris ucapan Zidan dan Ara, dia berjalan mendekati Ayana.

"Gue pulang ya?" ucap Wawan sembari mengusap puncak kepala Ayana, Ayana yang kaget pun hanya bisa mengangguk.

"Gue ke toilet dulu ya?" izin Ayana sambil turun dari brankarnya.

"Gue temenin," ucap Ara diangguki Ayana, lalu Ara meraih tiang infus Ayana.

"Gue ngikut," timpal Ayunda, dasar cewek, yang mau ke kamar mandi satu yang nganter se kampung.

"Ada yg cemburu noh, kepala dedek gemes nya di elus - elus cowok lain," Keylan menyindir Adriyan yang diam sabil menatap tajam pergerakan Wawan tadi.

"Siapa yang bilang gue cemburu?" tanya Adriyan dengan nada dingin.

"Emang bang keylan tadi nyebutin nama lo? Engga kan? Ooo berarti lo cemburu ya?" timpal Zidan ikut - ikutan Keylan.

"Ngak!!" tegas Adriyan.

"Fix Adriyan suka Ayana, kalo engga kenapa lo tadi bisa ngomong lembut gitu ke Ayana, sedangkan ke kita lo ngomongnya gitu," Raka juga ikut-ikut an.

"Ayana cewek, apalagi dia masih sakit, wajar dong?" Adriyan beralasan.

"Gw tau lo bohong yan, dari lo ngomong dengan lembutnya ke Ayana, terus lo begitu pedulinya ke dia sedangkan ke cewek lain sampe mati bunuh diri gara - gara lo pun lo ga peduli, sama cara lo minta maaf ke Ayana waktu itu yang sampe segitunya. Ya ga terlalu romantis sih, tapi lo aja gengsi kalo mau minta maaf ke kita- kita," ucap Raka kesal kepada Adriyan.

"Lo kira kita baru kenal lo sehari dua hari yan? Enggak, kita udah 2 tahun kenal. Meskipun itu ga terlalu lama, tapi gue tau betul gimana sosok lo. Yang gue ga tau cuma masa lalu lo sama Ayana, gue ga tau kejadiannya gimana sampe lo ngejauh dari Ayana, yang gue tau cuma dulu lo pernah deket sama Ayana," Raka kaget mendengar ucapan Zidan, Adriyan yg merasa di pojokkan oleh sahabat dan kakaknya pun memilih untuk meninggalkan ruang inap Ayana.

"Jadi Adriyan sama Ayana dulunya pernah deket? Terus kenapa sekarang Adriyan kaya ngehindarin Ayana gitu? Kenapa Adriyan juga kadang - kadang  ga segan ngluarin omongan pedesnya ke Ayana? Tapi kadang lembut banget sih ke dia. Ish gw sebel kenapa mereka ga pernah cerita ke gue sih? Mereka anggap gue apa? Sakit tauk di giniin. Eh kok gue jadi alay gini ya? Jijik gue sama diri gw sendiri,"  batin Raka.

"Ayana!!!!"

Keylan, Zidan dan Raka kaget mendengar teriakan Ayunda dan Ara, mereka bertiga langsung berlari ke arah toilet yang berada di ruangan tersebut. Mereka mendapati Ayana yg pingsan dengan darah yg mengalir dari hidungnya.

"Ayana! Bangun Ay!!" panggil Keylan sembari menepuk pelan pipi Ayana pelan.

"Ayana kenapa?" lanjutnya bertanya pada Ara dan Ayunda

"Ga tau tadi Ayana bilang ke sini cuma mau cuci muka soalnya biar seger, pas lagi cuci muka tiba - tiba banyak darah mengalir di wastafel ternyata itu darahnya Ayana," jelas Ara.

"Udah bang Key, bawa Ayana ke brankar-nya terus panggil dokter," saran Ayunda, Keylan menganggum lalu membawa Ayana ke brankar-nya. Sedangkan Raka memencel tombol merah di samping brankar Ayana untuk memanggil dokter. Dokter Rey datang lalu memeriksa Ayana.

"Ayana kenapa dok?" tanya Hiikal panik, tadi ia dihubungi oleh Zidan kalau Ayana pingsan.

"Ayana kecapean, dia baru sadar, jadi dia butuh banyak istirahat, jangan buat dia berfikir terlalu keras dulu," jelas dokter Rey.

"Iya dok Terimakasih," ucap Haikal.

"Saya pamit, Assalamualaikum," pamit dokter Rey.

"wLWaalaikumsalam,"

"Om maaf ya, gara - gara kita Ayana jadi pingsan lagi," Ayunda merasa bersalah, begitupun dengan yang lainnya.

"Iya ga papa, kalian pulang saja ya? Bersih - bersih, makan terus istirahat, kalian kan udah disini daritadi. Terimakasih udah mau jenguk Ayana, Om tau Ayana pasti seneng banget, punya temen seperti kalian," ucap Haikal.

"Iya Om, kita pamit ya, Assalamualaikum," pamit Keylan lalu mencium punggung tangan Om Haikal, begitupun yang lain.

"Waalaikumsalam,"

ADRIYAN AYANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang