[#32]

347 43 12
                                    

       Saat ini Adriyan tengah menikmati indahnya malam di balkon kamarnya sambil ditemani oleh secangkir coklat panas buatan Oliv. Dinginnya udara malam ini sangat menusuk tulang, namun hal itu tak membuat Adriyan beranjak dari duduknya, sedaritadi bukan bintang yang ia lihati, namun kamar di sebrang sanalah yang menjadi fokus dari penglihatannya, entah kenapa, ia memiliki firasat buruk mengenai pemilik kamar tersebut.

       Adriyan meletakan mug bergambar kaktus-nya sambil menghela nafas, sedaritadi hatinya memang sedikit gelisah, tapi ia tak tau apa penyebabnya.

"Kok perasaan gue  ga enak gini ya? Ay? Lo baik - baik aja kan?" batin Adriyan, rasa gelisah di hatinya tak kunjung mereda.

      Adriyan kembali menghela nafas untuk kesekian kali sambil memilin lengan sweater oversize-nya, lalu tangannya bergerak mengambil gitar yang berada di sebelahnya.

Sesungguhnya, dan akulah pemilik hatimu
Kau 'kan rasa cinta yang terdalam
Bersamaku, kamu bisa bahagia selamanya


Adriyan mulai memetik gitar dan menyanyikan lirik lagu tersebut sambil tersenyum tipis.

Sepantasnya dirimu seutuhnya untukku
Sempurnamu bila bersamaku
Dan denganku, kita bahagia
selamanya, oh

Tiba - tiba saja di kepalanya terputar bayangan - banyangan bila ia dan Ayana hidup bersama di masa depan nanti, hal itu sukses membuat pipi Adriyan memerah sendiri.

Sumpah, 'ku mencintaimu, sungguh 'ku gila karenamu
Sumpah mati, hatiku untukmu, 'tak ada yang lain
Mati rasaku tanpamu, henti nafasku karenamu
Sumpah mati, aku cinta

"Kayanya gue emang salah deh, ga ngasih kejelasan status sama Ayana, kasian juga Ayana gue gantungin," batin Adriyan akhirnya SADAR DIRI.

Ses...

Saat hendak melanjutkan nyanyiannya, tiba - tiba handphone Adriyan berbunyi, ia sangat malas untuk mengangkatnya, namun Adriyan langsung melotot dan buru - buru mengangkat telfon ketika melihat bahwa yang menelfon nya adalah Ayana.

"Assalamualaikum Ay, udah ga ngambek sama gue?" ucap Adriyan semangat.

"Waalaikumsalam," Adriyan kaget mendengar suara di sebrang sana, pasalnya itu bukan suara Ayana, mealinkan suara seorang laki - laki.

"Siapa lo? Ayana mana?" tanya Adriyan sedikit ngegas.

"Gue Gilang, tau kan?" ucap Gilang, dari nada suaranya terdengar bahwa ia tengah gelisah.

"Oh bang Gilang, Ayana nya mana bang? Sama lo kan?" tanya Adriyan yang sedikit lega ketika mengetahui bahwa orang itu adalah Gilang, sepupu Ayana sekaligus teman masa kecil mereka.

"Iya dia sama gue, tapi dia pingsan, hidungnya ngeluarin banyak darah, sekarang lagi ditanganin sama dokter," jelas Gilang pelan.

"KOK BISA?!" ucap Adriyan kali ini benar - benar ngegas, ia langsung masuk ke kamarnya, melempar gitar miliknya ke kasur, dan menyambar kunci mobil miliknya.

"Dia main bulu tangkis 2 jam non stop," lirih Gilang.

"KOK LO IZININ SIH?! DIA KAN PUNYA ANEMIA GOBLOK! YA JELAS NGEDROP LAH!!" teriak Adriyan yang kini tengah menuruni tangga, hal tersebut membuat keluarganya yang tengah menonton tv bersama mengalihkan perhatiannya ke Adriyan.

"Sorry gue ga tau," lirih Gilang.

"Kirim alamat rumah sakit nya, gue ke sana sekarang," ucap Adriyan berusaha mengontrol emosinya.

ADRIYAN AYANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang