[#34]

484 39 25
                                    

"Eh btw Ay, kemarin kita ke rumah lo mau ngajak hangout bareng, tapi kok lo gaada? Kemana?" tanya Wawan pada Ayana, saat ini para Coffee Latte tengah berkumpul di Cafe Harmony milik Keylan.

"Ah sorry, gue nginep di rumah Tante Zahra semalem," jawab Ayana lalu ia mengambil kentang goreng dan memakannya.

"Nyokapnya Kak Gilang?" tanya Zidan yang tak mengerti silsilah keluarga besar Ayana dari almarhumah Bundanya. Ayana mengangguk mengiyakan.

"Lo akhir - akhir ini kayanya sering banget ke sana? Padahal dulu engga," tanya Ara.

"Asik soalnya, tiap sore lihat abang - abang tentara joging sama latihan fisik yang lainnya, terlebih lagi mereka ganteng - ganteng, uwaaa," jawab Ayana sambil memandang ke atas membayangkan roti sobek yang sering ia lihat saat bermain di rumah dinas Om nya itu.

"Ikut!!" seru Ayunda dan Ara kompak, Raka dan Zidan pun mendelik tak terima.

"Eits, gaboleh, kalian kan dah ada pacar, gue kan jomblo, jadi bebas, hahaha," ujar Ayana diakhiri tawa jahatnya yang terdengar seperti tawa ibu tiri di sinetron.

"Kode tuh Yan," celetuk Wawan.

"Lo gapapa emang kalo mereka jadian? Lo kan sering deketin Ayana," tanya Keylan.

"Gapapa gw ikhlas, level tertinggi dalam mencintai kan' merelakannya bahagia bersama orang lain," tutur Wawan sambil menunjukkan senyum tegarnya.

"Tenang Bang Wawan, Adriyan aja kemarin ditolak Ayana kok, artinya masih ada kesempatan," papar Ara.

"Hah?! Lo nolak Adriyan Ay?!" kaget Wawan, "Pantes gue perhatiin akhir - akhir ini yang biasanya kalian saling ngebucin, tiba - tiba kea awkward gitu," lanjutnya.

"Iyatuh, kenapa ditolak Ay? Dulu kan lo yang ngejar - ngejar Adriyan, sini jelasin baik - baik, biar persahabatan kita juga ga rada canggung gini," ujar Ayunda.

"Apa karena gue penyebab Nyokap lo meninggal?" akhirnya Adriyan buka suara,

"Eh bukan, dari dulu gue ga pernah salahin lo kok atas kejadian itu, kan itu semua takdir tuhan Yan, gue juga udah ikhlasin kepergian Bunda," sangkal Ayana.

"Ya terus kenapa dong?" tanya Raka penasaran.

"Arghhh masa musti jelasin di depan kalian semua sih," ucap Ayana sambil menenggelamkan kepalanya di bantal sofa cafe, canggung plus malu, itu yang dirasakannya saat ini.

"Iyadong biar jelas," ucap Ara sambil menarik Ayana agar kembali duduk tegak.

"Beberapa jam sebelum Adriyan ngomong gitu, kita kan berantem masalah status, dan Adriyan bilang kalo status tuh ga penting. Ya karena omongan itu, hati gue jadi ga yakin dong," papar Ayana.

"Pun, setelah ketemu Kak Gilang dan main sama temen - temennya, gue jadi sadar. Seusia gue saat ini, manjain sebuah hubungan itu ga terlalu penting, entah itu pacaran atau emm tunangan. Terlebih lagi, gue masih pengen punya banyak temen, dan kalau udah ada pasangan, kita jadi ga bebas jalan sama siapa aja kan? Walaupun pasangannya ga ngelarang, tapi kan' ada hati yang musti kita jaga," lanjut Ayana.

"Kalian kan tau, temen gue saat ini tu dikitttt banget, dan gue pengen kembali lagi jadi gue yang dulu, yang temennya ada di sana - sini, supaya kalo gue meninggal nanti, banyak yang do'a in gue," pungkas Ayana.

"Eh kok udah ngomongin mati aja sih lo Ay," protes Zidan.

"Kan semua orang bakal mati," gerutu Ayana.

"Ya tapi kan__" ucapan Zidan terpotong.

"Udah ah, gue ada janji sama Kak Gilang, gue pamit yah, dahh" pamit Ayana lalu ia pergi setelah diangguki yang lainnya.

ADRIYAN AYANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang