Reminds Me

778 81 30
                                    

Perlahan Kai membuka mata, pemandangan langit bertabur bintang yang muncul depan mata membuat doi tersentak. Secepat kilat dia bangun dari posisinya dan menemukan dia berada di bangku panjang depan halte, tempat menunggu sekaligus pemberhentian bus.

Loh kok? Kai bingung. Rasa nyeri di kepalanya tiba-tiba muncul lagi. Sumpah, tadi di bus dia beneran berasa kepentok dinding. Mana kepentok di bagian yang paling sakit lagi.

Eh tunggu dulu, bicara soal bus, Kai jadi ingat sesuatu. Buru-buru doi noleh. Dan benar dong. Di sebelah doi, lagi duduk si pria idaman, eh maksudnya si Soobin. Yang dipandang cuma senyum, membuat dua lesung pipi yang sembunyi di balik pipi tembam si cowok jadi muncul dan membuat Kai nyaris meneteskan air liur.

Holyshit! Kai berucap dalam batinnya.

Kai menarik nafas panjang sebelum siap membuka suara. Belum juga keluar, suara perutnya lebih duluan menggema.

Damn it! Lagi-lagi Kai cuman bisa maki dirinya sendiri. Bisa-bisanya si cacing-cacing dalam perutnya kampanye sebelum doi suruh. Kalau begini kan Kai jadi malu.

"Hahaha, kamu belum makan?" suara husky Soobin buat perut Kai makin bergejolak (maksudnya makin lapar, jangan suudzon begitu sama Kai).

Kai pucat pasi. Bukan karena malu atau apa. Doi cuma nggak bisa menahan diri dari kemanisan Soobin yang tengah tertawa renyah dengan mata menyipit dan lesung pipi yang menggemaskan itu. Sumpah, doi kelihatan ganteng banget.

"Kamu sakit? Muka kamu pucat banget?"

Tangan besar milik Soobin bergerak menyentuh kening Kai, membuat detak jantung doi nggak karuan. Nyawanya seperti berada di ujung tanduk.

Haih, lemah banget sih, batin Kai dalam hati.

"Ah, anu...itu...anu...iya..itu.., iya lagi nggak enak badan," Kai megap-megap ngucapinnya karena doi kaget sama skinship yang tiba-tiba itu. Tubuhnya refleks menjauh dari tangan Soobin yang mencoba menyentuh keningnya lagi.

"Kamu pingsan karena belum makan?" tanya Soobin walau nggak kentara tapi raut wajahnya kelihatan sedikit khawatir.

"Hahaha..iya kayaknya," jawab Kai seraya ngelus kepala doi yang nyerinya tetiba muncul lagi.

Sumpah, berasa dia nyundulin kepalanya ke dinding, sakit bro. Kai jadi mikir, memang tadi yang dia sundul dada si Soobin atau tulang Soobin sih? Keras banget. Mana seharian ini doi nggak ada makan. Tadi pagi cuma sempat nyemil roti selembar terus ngampus sampai sore. Terus lanjut jalan ke toko alat musik. Gimana nggak ngamuk cacing-cacing dalam perutnya? Kepala yang sakit, perut yang meraung-raung ditambah efek kekagetan luar biasa yang membuat jantung Kai jadi bekerja ekstra karena nemu jodoh orang di dalam bus yang membuat Kai nggak kuat mengontrol dirinya. Makanya doi jatuh pingsan (Hayoo siapa yang sudah suudzon sama Kamal tadi, hmmm..)

"Kamu belum makan dari pagi?"

"Hehehe, iya hyung. Oh iya, hyung dari mana kok tumben naik bus?" Kai mencoba mencari topik lain.

"Kebetulan teman kantor ngajakin dinner di luar jadi milihnya barengan naik bus," jawab Soobin nyambil natap Kai.

Duh, Kai jadi salting kalau ditatap gitu. Padahal Soobin natapnya biasa aja sih, nggak ngedip atau natap penuh cinta gitu, tapi namanya juga dipandang sama orang yang ditaksir. Ya salting lah.

"Kamu mau ikut hyung dinner? Sekalian kan kamu belum makan? Tempatnya dekat kok tinggal jalan kaki dari sini.." tawar Soobin pada Kai.

"Hah? Eh, nggak hyung. Aku langsung pulang aja" tolak Kai sopan.

Demiiii langit dan bumi, kalau Kai nggak sadar diri mungkin dia sudah anggukin kepala terima ajakan Soobin. Rejeki lok, sudah dapat makan gratis plus bonusnya ditemani makan orang ganteng pula. Manusia bodoh mana yang mau nolak rejeki nomplok gitu kan? Tapi yah, Kai masih waras. Di samping doi nggak mau nanti ngelewatin batas teritori hubungannya dengan si calon jodoh orang ini. Bahaya.

Waste It On Me (Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang