Dua bulan kemudian...
Kai melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima lewat sebelas menit. Sudah hampir satu jam dia menunggu di kedai kopi langganan Soobin yang berada tak jauh dari kantor kekasihnya itu.
Kai ingin menghabiskan weekend bersama Soobin setelah berkutat hampir dua minggu penuh di studio Mr. Yamato untuk menulis bait lagu sebagai syarat kelulusannya. Kebetulan Soobin juga ingin melakukan hal yang sama, mengingat mereka berdua sama-sama sibuk dan hanya bertatap muka lewat video call saja. Jadi setelah Soobin membuat janji untuk bertemu di cafe jam empat sore, Kai langsung meluncur ke sini. Dia sudah nggak sabar ingin memeluk kekasihnya itu.
Tring.
Kai membuka pesan di ponselnya. Rupanya dari Soobin. Pria itu mengatakan dia akan tiba 15 menit lagi. Kai tersenyum lebar. Tangannya merogoh kantong celana dan mengambil lipbalm, memoleskan pelembab ceri itu pada bibirnya.
"I love your lips. Sweet like cherrry.."
Kai tersenyum mengingat kata-kata Soobin. Duh, jadi malu kan.
Apalagi kalau ingat pria itu selalu mengulang kalimat yang sama setiap habis nyium doi. Entah itu cuma rayuan Soobin supaya bisa mencium bibirnya terus atau nggak. Kai nggak peduli, selama dia bisa terus mencicipi bibir Soobin yang lembut itu. Soobin memang good kisser, makanya Kai nggak bisa menampik kalau doi kecanduan sama ciuman kekasihnya itu. Kadang terlintas di kepala Kai, jika disentuh Soobin di bibir saja bisa membuatnya belingsatan kepanasan, apa kabar kalau Soobin menyentuhnya di mana-mana hmmm.
"Astaga, aku mikir apa sih?!" Kai menggeplak kepalanya sendiri, sadar kalau pikiran liar sudah berkeliaran di dalam otaknya. Gini nih kalau stress, pikiran aneh-aneh bakal muncul tanpa diminta.
Sial.
Tak lama sosok Soobin muncul di ambang pintu kafe. Pria itu masih dalam balutan kemeja kerjanya yang kelihatan agak lecek dan lengan kemeja terlipat hingga ke siku. Tapi biarpun berantakan gitu, Soobin mah malah kegiatan makin ganteng dan errr...seksi.
Soobin tersenyum, membuat bibir merahnya merekah dan terlihat berkilau saat pria itu membasahi bibirnya dengan lidah, membuat Kai pengen juga membasahi bibir merah itu biar semakin berkilau-dengan bibirnya.
Kai buru-buru menepis pikiran-pikiran liar yang kembali berputar-putar di kepalanya.
Ugh, sial. Kenapa dia jadi mesum begini.
"Hyuka..."
Soobin melambai ke arah Kai yang berada di sudut cafe yang mengarah tepat di depan jendela kaca sambil tersenyum ganteng.
"Astaga, Soobin hyung kok makin ganteng sih. Mana pipi tembemnya udah tirus gitu.."
Kai membatin sambil merapikan poninya yang sudah memanjang dan sedikit berantakan. Biar bagaimanapun doi harus terlihat tampan, biar Soobin makin klepek-klepek sama dia. Uwu.
Ketika Soobin berjalan ke tempat duduknya, Kai melihat beberapa wanita yang dilewati Soobin tampak memandang kekasihnya tanpa kedip. Kelihatan sekali kalau mereka terpesona pada Soobin.
Heol.
Kai bangkit dari duduknya dan menghampiri Soobin. Tanpa banyak bicara, doi langsung menggandeng lengan Soobin dan menariknya duduk, mengabaikan nyinyiran dan pandangan iri dari penggemar dadakan Soobin yang ada di dalam kafe.
"Kamu kenapa?" tanya Soobin begitu Kai menariknya duduk berdampingan di sofa, sedikit kaget sama tingkah Kai yang nggak seperti biasanya. Kai bukan salah satu penggemar Public Display Affection.
"Kenapa? Nggak boleh aku gandeng pacarku sendiri?"
"Bukan gitu. Cuma aneh aja, biasa juga malu-malu kalau aku rangkul di depan umum.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waste It On Me (Series)
FanfictionAnd I know there's no making this right And I know there's no changing your mind But we both found each other tonight so if love is nothing more than just a waste your time Waste it on me..