Wallpaper

489 55 7
                                    

Junhoe terbangun dari tidurnya. Merasakan lengannya kebas. Di sebelahnya, Beomgyu tertidur pulas dengan lengannya sebagai bantalan.

Terik matahari sudah mulai melesak masuk melalui celah-celah kecil yang nggak tertutupi tirai jendela. Pelan-pelan Junhoe mengangkat kepala Beomgyu dan meletakkannya di atas bantal. Dia mengibaskan lengannya untuk meregangkan kekakuan otot-otot bisepnya.

Mata Junhoe menangkap satu gundukan di bawah kaki Beomgyu, di samping beberapa mainan yang berserakan. Tangannya menyingkap selimut yang menutupi gundukan itu dan melihat Jian tertidur pulas di sana dengan posisi kepala yang nyaris menyentuh ujung kaki Beomgyu.

Semalam Junhoe membawa Beomgyu ke rumahnya, karena dia tahu cowok itu nggak akan tidur nyenyak kalau ditinggal sendiri di apartemen. Tapi alasan sebenarnya adalah karena dirinya khawatir pada Beomgyu. Apalagi setelah mengetahui masalah yang sedang dihadapi cowok yang diam-diam mencuri perhatiannya itu.

Untunglah Beomgyu akhirnya menurut, setelah berdebat sekian lama dengannya. Junhoe tersenyum, mengingat bagaimana reaksi malu-malu Beomgyu ketika bertemu ibunya, yang menerimanya dengan tangan terbuka. Jian juga tampak menyukai Beomgyu. Hal terakhir yang Junhoe ingat, dia dan Beomgyu semalaman asik bermain bersama adik kesayangannya. Sepertinya mereka jatuh tertidur. Kalau dilihat dari posisi tidur mereka yang ada ditengah-tengah mainan yang berserakan di kamar Jian. Junhoe sendiri nggak sadar kapan dia memakai selimut seperti sekarang. Apa jangan-jangan ada yang masuk ke sini dan menyampirkan selimut pada mereka? Karena dia bisa melihat Jian memakai selimutnya sendiri, sedangkan Beomgyu dan dirinya berbagi selimut miliknya. Apa ibunya yang mengambil selimut dari kamar miliknya?

Junhoe bangkit, mengendap ke arah jendela, dan merapatkan tirai yang sedikit tersibak agar Beomgyu dan Jian yang masih tertidur di atas karpet bulu nggak terganggu silaunya sinar matahari yang masuk.

Melihat bagaimana pulasnya kedua orang itu, Junhoe tersenyum kecil sebelum meraih ponselnya dan mengabadikan wajah-wajah polos yang masih berada di alam mimpi itu. Masih sambil tersenyum, Junhoe mengendap keluar dari kamar menuju ke kamarnya.

Selesai mandi dan berpakaian, Junhoe turun ke dapur dan mendapati ibunya tengah sibuk mengaduk adonan pancake di kitchen counter. Berhubung weekend, wajar saja dia bisa melihat ibunya sibuk di dapur. Biasa kalau hari kerja, dia akan menemui Sojin, noona yang bertugas sebagai asisten rumahtangga keluarga Koo dan beberapa pelayan lainnya yang bertugas mengurus rumah.

"Oh kamu sudah bangun?" sapa sang ibu, melihat anak kesayangannya mampir ke dapur.

Junhoe membuka kulkas, mengambil botol susu dan menuangkannya ke dalam gelas.

"Jian sama Beomgyu masih tidur?" tanya ibunya lagi, mulai memanggang pancake coklat buatannya.

"Iya.." sahut Junhoe sambil meneguk susu. Tangannya terangkat untuk mengibaskan rambut setengah basahnya.

"Hari ini hari libur, jadi biarkan aja mereka molor.." kata Nyonya Koo, matanya melirik penuh senyum pada sang putra.

"Kenapa mama senyam-senyum gitu?" Junhoe menaikkan satu alisnya. Tahu ada sesuatu yang aneh dengan sang ibu.

"Nggak. Cuma mau bilang kalau mama suka Beomgyu, anaknya manis dan sopan..."

Junhoe menggelengkan kepala.

"Terus?" balasnya, duduk di kursi, mengabaikan pandangan penuh selidik dari ibunya, yang sepertinya sudah siap membombardirnya dengan pertanyaan beruntun.

"Ini kali kedua kamu pulang ke rumah bawa orang lain, selain Jiyeon.."

Raut wajah Junhoe berubah mendengar nama wanita yang pernah mengisi separuh hatinya dulu.

Waste It On Me (Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang