Beomgyu memandang memar merah bekas telapak tangan di pipinya kemudian kembali menumpuknya dengan cushion agar tidak terlalu nampak. Heh, moodnya langsung berubah jelek. Dia melirik jam tangannya, sudah jam 10 pagi. Kalau nggak ngebut sekarang bisa-bisa dia telat ikut kelas desain. Mana mau dia dijadikan amukan oleh Miss Yuka yang killer itu.
Dia baru aja turun dari kamarnya ketika matanya menatap sosok wanita di ruang tamu. Wanita itu menatapnya sinis.
"Kuliah yang bener. Biar nanti nggak numpang hidup sama orang terus," sindir wanita itu.
Beomgyu menghela nafas. Dia nggak menggubris kata-kata wanita itu. Dia takut setan dalam dirinya bakal bertindak gila. Mencekik wanita itu misalnya.
Bukan hal yang baru. Di rumah ini, walau terlihat megah dari luar tetapi kehidupan di dalamnya tidak seperti apa yang terlihat. Beomgyu nggak bakal bohong kalau dirinya memang nggak suka rumah ini. Lebih tepatnya suasana rumah ini.
Sejak sang ibu meninggal 8 tahun yang lalu. Keadaan di rumah berubah total. Ayahnya jarang pulang, sementara bibinya (wanita tadi) entah kenapa berubah menjadi sosok nenek sihir di rumah ini. Bahkan ayahnya turut memperlakukannya secara kasar dan tak segan memukulnya.
Yah, wajar saja adik ayahnya itu merasa tidak suka padanya. Dia kan bukan anak kandung ayahnya. Ibunya yang meninggal karena kecelakaan 8 tahun silam tertangkap memiliki affair dengan salah seorang teman dekat sang ayah. Dan belakangan, dia tahu kalau dia bukan anak kandung ayahnya melainkan anak dari sahabat ayahnya yang keberadaannya bahkan tidak diketahui oleh sang ayah.
Ya, Beomgyu tahu dia tidak berhak marah pada ayahnya yang sudah membesarkannya meski tahu doi bukan anaknya. Tapi kadang emosinya jadi tidak terkendali saat diperlakukan kasar oleh ayahnya. Kalau memang dia tidak diterima di rumah ini, kenapa mereka tidak mengusirnya saja. Dia sering meneriakkan hal itu pada ayahnya dan berakhir mendapat sebuah pukulan.
Bekas telapak tangan di pipinya adalah salah satu buah dari perkelahian hebat tadi malam. Biasanya Beomgyu akan menangis semalaman karena rasa sakit yang dia terima. Tapi saking seringnya ayahnya memukulnya dia jadi kebal. Toh, kalau mereka sudah capek, mereka bakal mengusirnya dari sini, pikirnya.
"Mulai sekarang, jangan pakai mobil lagi ke kampus. Itu bukan mobilmu," tukas bibinya lagi.
Melihat Beomgyu yang nggak menggubrisnya si wanita jadi jengkel. Padahal dia sudah siap jika anak itu menerima ajakan perangnya.
Beomgyu baru sampai depan pintu, ketika tahu-tahu terdengar suara sayup-sayup orang bercakap-cakap di halaman depan.
"Oh, Soobin hyung," jerit bahagia Beomgyu. Yang disebut namanya cuma tersenyum.
"Hei, kamu mau berangkat kuliah?" tanya Soobin, matanya sempat melirik sesuatu di wajah Beomgyu. Ada bekas kemerahan di sana. Walau tidak kentara.
"Iya hyung, ada kelas desain jam 11.." ucap Beomgyu seraya melirik jam tangannya. Doi nggak sadar kalau si Soobin merhatiin wajahnya.
Sosok lain di samping Soobin. Ayah Beomgyu, hanya menatap datar anaknya.
"Langsung pulang selesai kuliah.." pesan sang ayah.
Beomgyu tidak menjawab. Hingga suasana mendadak hening.
"Ayo bareng, sekalian hyung antarin ke kampus kamu," Soobin sigap mencairkan suasana yang entah kenapa jadi mencekam.
"Ayo hyung," Beomgyu langsung menarik Soobin tanpa pamitan pada ayahnya.
Di mobil, Beomgyu sadar kalau Soobin sudah gatal pengen ngomong tapi doi nggak enak mau buka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waste It On Me (Series)
FanfictionAnd I know there's no making this right And I know there's no changing your mind But we both found each other tonight so if love is nothing more than just a waste your time Waste it on me..