Yeonjun mengamati kotak beludru di tangannya sambil menghela nafas. Ceritanya lagi galau doi.
"Masih belum dilamar juga?"
Soobin tiba-tiba muncul di pintu ruang kerja Yeonjun. Buru-buru Yeonjun memasukkan kotak cincin itu ke dalam saku celananya. Nggak mau memberi kesempatan Soobin meledek nyalinya yang belum terkumpul sejak lima bulan lalu. Ugh, sebelumnya dia nggak sepengecut ini. Siapa saja bisa dia dekati dan hadapi dengan mudah tanpa memikirkan resiko bakal ditolak atau apapun itu. Tapi kok sekarang....
"Kamu ngapain ke kantor malam-malam begini? Lembur?" Yeonjun mencoba mengalihkan topik.
Soobin mengangkat bahu. "Tadinya mau pulang ke rumah sama Hyuka tapi dia nggak bisa, hadeeh kayaknya bakal nggak bisa tidur lagi.." keluh Soobin-merebahkan bokongnya pada sofa.
"Insomnia?"
"Iya, mungkin juga stress yang parah..." Soobin menangkup wajah dengan kedua tangannya. Yeonjun yang menyadari ada sesuatu yang lain sedang dipikirkan Soobin cuma senyam-senyum nggak jelas.
"Soobin, Kamal itu orangnya nggak pekaan. Kalau kamu nggak ngomong langsung sama dia, dia nggak bakal tahu..."
Dahi Soobin mengerut menatap Yeonjun yang kini sudah duduk di sampingnya.
"Maksudnya?" Soobin memandang bingung Yeonjun yang lagi natapin doi sambil menaik-turunkan alisnya.
Setelah melihat smirk-nya Yeonjun, Soobin akhirnya paham. Smirk mesum. Soobin mah hafal banget sama senyum Yeonjun kalau sudah bahas hal yang iya-iya.
"Bukan soal itu. Belum saatnya."
Soobin merebahkan punggung pada sandaran sofa. "Akhir-akhir ini insomniaku parah, tidurku jadi keganggu banget. Apalagi kalau sudah kepikiran kerjaan di kantor, sering kepikiran dia juga. Rasanya aku baru bisa tidur dengan nyaman kalau ada dia di sampingku..."
"Makanya buruan nikahin dia. Biar bisa bareng dia terus..."
"Alaaaah sok ngasih saran. Kamu sendiri gimana? Ngomongin soal lamaran aja nggak punya nyali.." sindir Soobin, bikin Yeonjun merengut. Bibir memble-nya mengerucut lucu.
"Kalau kamu nggak bilang sekarang nanti Taehyun keburu pergi ke Jepang. Apalagi mereka sebentar lagi lulus, kalau kamu nggak cepet ngomong sama dia sekarang kamu bisa kehilangan kesempatan..."
Bibir Yeonjun makin mengerucut.
"Lagian kenapa kamu harus takut? Urusan ditolak dipikirkan belakangan, yang penting dia harus tahu kamu punya niat serius sama dia..."
"Sebenarnya aku bukan takut dia nolak lamaranku-seandainya dia nolak aku karena dia belum siap, aku rela nungguin sampai dia selesai sama pendidikannya di Jepang. Setidaknya masih ada harapan untuk hubungan kami di masa depan. Tapi kalau dia nolak aku karena dia nggak yakin dia bisa menghabiskan waktu sama aku sepanjang hidupnya, itu lebih menakutkan buat aku, Soobin..."
Yeonjun menghela nafas berat, mengamati kotak beludru yang sudah dikeluarkan dari saku celananya.
"Taehyun...." jeda Yeonjun, menatap Soobin dengan senyum kecil. "Aku mungkin masih bisa hidup tanpa dia, tapi aku nggak mau hidup kalau nggak ada dia di sisiku. Aku cinta banget sama dia, karena itu aku butuh dia terus ada di sampingku-aku cuma mau dia yang jadi teman hidupku sampai aku mati nanti, Soobin.."
"Hmmm bisa ketebak siapa yang cinta setengah mati sekarang ya..." ledek Soobin, membuat Yeonjun terkekeh.
"Kamu sendiri gimana? Gimana kalau suatu saat Kamal pergi jauh dari kamu? Apa kamu bakal relain dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Waste It On Me (Series)
FanfictionAnd I know there's no making this right And I know there's no changing your mind But we both found each other tonight so if love is nothing more than just a waste your time Waste it on me..