B A G I A N 19 | Fakta

339 16 0
                                    

Zara menatap pantulan tubuhnya di cermin. Kaos putih polos yang dipadukan dengan Oversize shirt. Lalu dengan celana jeans panjang serta sneaker shoes miliknya. Tak lupa dengan hijabnya yang simple.

Ia sengaja memoles wajahnya sedikit dengan makeup agar tidak kelihatan pucat.

Namun tak ada senyum diwajah Zara. Hanya wajah datar dengan tatapan yang dingin. Bibirnya yang terus terkatup rapat enggan untuk ia buat tersenyum.

Zara meraih tas selempang miliknya. Ia segera melangkah keluar dari kamar.

Zara tak langsung keluar dari rumah. Ia masuk terlebih dahulu ke kamar Arkan. Kakaknya itu masih menutupi dirinya dengan selimut. Zara tau, Arkan tidak tidur.

Zara menuju jendela kamar Arkan. Membuka gordennya lalu membuka jendelanya. Membiarkan udara masuk di kamar Arkan yang terasa pengap.

"Tutup, dek."

Itu suara Arkan.

Zara menoleh pada kakaknya itu. Ia segera menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Arkan bahkan hingga kepalanya.

"Bangun kak. Dunia belum berakhir."

Setelah mengucapkan itu, Zara berlalu begitu saja meninggalkan Arkan.

Arkan duduk. Ia terdiam sebentar. Namun kemudian dia berdiri dan kembali menutup jendela dan gorden kamarnya.

"Duniaku sedang sekarat."

Zara masih bisa mendengar apa yang Arkan lakukan dan Arkan ucapkan. Ia menuju ke dapur mencari mamanya. Namun sepertinya mamanya itu sudah berangkat kerja. Zara menghela nafasnya.

Ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Memilih menunggu ojek online di depan rumahnya.

Zara baru saja mengaktifkan handphonenya tadi pagi. Sudah lama sekali ia menonaktifkan handphonenya. Tentu saja karena tidak ingin diganggu ataupun terganggu siapapun.

Terdengar suara motor menghampiri Zara. Zara mengangkat kepalanya.

"Dengan mbak Zara?" tanyanya.

Zara mengangguk dan menaiki ojek online pesanannya.

Drrtt, drrtt.
Handphone Zara bergetar. Panggilan masuk.

"Siapa?" gumam Zara. Namun ia tetap mengangkat panggilan itu.

"Halo."

"Halo. Ini siapa?" tanya Zara.

"Ini Nando."

"Oh, Nando."

"Save nomor gue yah? Oh, iya sekarang Lo dimana?"

"Iya. Em, gue lagi otw ke cafe."

"Naek apa?"

"Naek ojek online. Emang kenapa?"

"Yah, baru gue pengen jemput."

"Nggak usah. Ngerepotin. Lo pasti sibuk, kan?"

"Siapa yang ngerepotin?"

"Gue."

"Ngerepotin siapa?"

"Lo lah."

"Nggak. Gue juga nggak sibuk."

Mana mungkin? Pemilik coffee shop tersohor itu pasti sebenarnya sibuk. Apa dia sedang dikasihani? Zara tak suka itu.

"Gue dikit lagi nyampe. Gue tutup yah?"

Sederas HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang