B A G I A N 34 | Feel

269 15 0
                                    

"Makasih banget, Ra. Buat hari ini." Nando tersenyum manis sambil menatap Zara yang tengah mengelap meja.

Suasana kafe sudah sepi. Jam sudah menandakan pukul 22.00. Di pintu kafe sudah tertera tulisan 'close'.

"Kenapa elo berterima kasih ke gue?" Zara menoleh pada Nando yang duduk dihadapannya.

"Karena gue seneng banget bisa buka kafe berdua sama elo." Ungkapan itu hanya mampu Nando pendam dalam hati. Ia masih belum berani mengungkapkan perasaannya pada Zara.

"Ya, makasih aja." Nando berkata sekenanya.

"Harusnya elo makasih sama diri elo sendiri. Pelanggan itu kan dateng karena elo," cetus Zara.

Nando terkekeh. "Maksud elo gimana?"

"Enggak," tukas Zara.

"Elo cemburu mereka lirik-lirik gue?" ujar Nando menggoda Zara. Yang pada akhirnya ia menyesal karena mengucapkannya. Apalagi ketika melihat ekspresi Zara.

Zara mengerutkan keningnya. Ia kemudian tertawa lepas. Lalu berkata, "apaan sih, Do?"

Nando tertawa kikuk. Ia menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Em, Ra," panggil Nando yang menghentikan tawa Zara.

"Hm?" sahut Zara.

"Elo ... pulang bareng gue ya?" ajak Nando.

Zara nampak menimang.

"Jangan salah paham. Gue ngajak elo bareng soalnya udah terlalu malem. Masa anak gadis pulang sendirian. Nanti kalau ada yang berniat jahat sama elo gimana?" tutur Nando.

"Gue enggak salah paham tuh," cetus Zara.

"Eh?" Nando menjadi salah tingkah. Ia salah bicara lagi.

"Oke deh." Zara menyetujui.

Nando bersorak dalam hati.

"Yaudah, yuk pulang. Udah selesai, kan?"

Zara mengangguk. "Gue naro lap sebentar sama ngambil tas. Elo tunggu sini dulu."

Nando mengangguk. Zara beranjak bangkit dari duduknya.

Nando menatap lalu lintas di luar kafe sana. Tampak sepi. Hanya diterangi cahaya remang-remang lampu jalanan dan cahaya bulan.

Jalanan pun terlihat sepi. Hanya beberapa kendaraan yang masih berlalu lalang. Juga beberapa pejalan kaki yang masih melangkahkan kakinya di trotoar jalan.

Lagi-lagi Nando merasa senang. Di perutnya seperti ada kupu-kupu terbang. Menggelitik. Membuatnya ingin tertawa bahagia.

Seharian ini ia habiskan waktu bekerja bersama Zara. Bercakap-cakap dan bersenda gurau dengan Zara.

Sebenarnya ini memang rencana yang ia atur sedemikian rupa agar bisa semakin dekat dengan Zara. Dari sekian banyaknya cabang kafe yang ia punya, ia milih kafe ini dan menamainya dengan nama perpaduan antara dirinya dengan Zara. Nanza. Nando Zara.

Rencananya berhasil.

Baru sehari saja Nando bekerja bersama Zara, ia rasanya sangat bahagia. Masih ada banyak lagi hari kedepannya yang mereka harus lewati. Membayangkan saja membuat jantung Nando berdebar tak karuan.

"Do." Panggilan Zara membuat Nando mengalihkan perhatiannya pada gadis itu.

"Udah?" tanyanya memastikan.

Sederas HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang