15. TB

145 6 15
                                    

**

Setelah menjelaskan semua masalah Detti di kelas. Semua terlihat sudah memaafkan dan menerima dengan tulus. Semua malah nampak bersimpati pada Detti. Kini suasana kelas sudah seperti biasa. Tissa pun sudah meminta maaf pada Detti.

Kini kelas 10 Akuntansi sudah terlihat sepi karena sedang dalam proses belajar. Terlihat Bu Lin sudah masuk ke dalam kelas. Semua pun terlihat khusyuk mendengarkan penjabaran Bu Lin.

Maria menoleh ke arah Milla sambil berbisik pelan. "Gue gak paham nih"

Milla hanya tersenyum kecil. "Yaah lo gak paham ya, sama gue juga"

"Yee kirain paham" ucap Maria kesal.

Semua siswa di kelas ini begitu setuju jika mengenai pelajaran Bu Lin. Entah pelajaran yang sulit atau memang gurunya yang sulit dipahami. Milla sendiri yang terdapat di urutan satu pun kadang tidak mengerti. Arh! Pusing. Tidak mau membahas ini.

Kriiiiiing!!!

Suara bel istirahat berbunyi. Bagaikan meminum es di tengah padang pasir. Jam istirahat adalah kebebasan yang ditunggu-tunggu. Membuat siapa pun yang mengantuk bisa membuat mata segar seketika.

"Jangan lupa tugasnya ya" ucap Bu Lin sambil pergi keluar. Membuat semua siswa langsung mendesah pelan, sambil saling menatap satu sama lain.

"Gue pergi dulu ya" pamit Moka.

Ocha mendelik menyelidiki Moka yang langsung berlari keluar kelas. Kemudian Ocha menghampiri Mila yang sedang memasukan bukunya ke dalam tasnya.

"Eh, Moka mau kemana ya? Curiga gue"

Mila mencebik. "Curiga gimana sih? Paling dia ke kelas anak teknik"

"Apa dia ada pacar disana ya? Masa akhir-akhir ini sering kesana" jelas Ocha sambil menarik kursi di belakang Maria untuknya duduk.

Mila hanya duduk sambil memangku kedua tangannya di dagu. "Geng dia disana kan. Dia kan sekarang masuk ke grup apa gitu namanya yang main game gitu"

"PUBG itu ya"

"Nah Iya, tapi gak tau deh lupa gue namanya apa"

Ocha hanya ber O ria saja. Di kelas ini kini sudah sepi karena sebagian siswanya sudah pergi ke kantin. Maria dan kawan-kawan pun sudah duduk-duduk di taman depan kelas. Membicarakan hal unfaedah, dan hanya bercanda. Bisa dikatakan seperti itu karena sekarang pun mereka masih tertawa ria. Bahkan jika mengingat beberapa kejadian di hari yang lalu. Tentang Mayza yang diserang ulat bulu. Haha, lumayan bisa dijadikan bahan bullying.

"Kalian kenapa sih ketawa mulu daritadi?" tanya Ocha yang sudah duduk disamping Mayza.

"Ya abisnya si Mayza lucu banget" ucap Maria setengah tertawa.

"Kenapa?" tanya Milla.

"Masa iya tadi ada uler nempel di rambutnya. Uler bulu lagi," ucap Nola sambil tertawa.

"Uler?" beo Ocha.

"Eh, serius uler? Kalo uler udah dipatuk kali si Mayza." ucap Milla kebingungan.

"Jangan serius amat Milla. Maksudnya tuh ulet bulu." jelas Maria.

"Hahaha. Bukannya kemarin ada ulet juga ya di kepala lo. Kayaknya uletnya suka deh sama lo soalnya lo ditempelin mulu." ucap Ocha.

Mayza hanya diam sambil mencebik. Kali ini Ocha dan teman-temannya sangat menyebalkan. Bisa-bisanya mereka menertawakannya saat ia masih ketakutan seperti ini. Sungguh teman laknat.

"Eh, btw jangan lupa minggu depan ada ujian kenaikan kelas." ucap Maria membuat semua menjadi diam.

"Kenapa lo ingetin sih." rutuk Ocha.

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang