19. TB

130 5 1
                                    

Kalo bangsat ya bangsat aja lah ya, gak usah sok polos.

**meliana putri**

Gue berjalan dengan santai menuju halaman sekolah. Hari ini hari pertama gue masuk sekolah setelah libur panjang. Kali ini gue udah kelas XII. Bener-bener mengasyikan, kenapa? Ya karena udah jadi senior tertinggi. Hehe.

Ternyata sudah banyak temen-temen gue yang dateng pagi ini. Gue pikir gue yang paling pagi. Ah, bodo lah ya.

"Milla, kumpul tu ke lapangan. Telat ajaa!" teriak Maria.

"Baru juga sampe."

"Yuk," ajak Ocha sambil merangkul pundak gue.

Ah. Sebenarnya malas jika harus berdiri dibawah terik matahari meskipun masih pagi matahari tetep aja panas ditambah harus dengerin ceramah panjang yang muter-muter doang. Coba deh please gitu ya kalo ngasih pengumuman langsung aja to the point gitu ya. Ini malah muter-muter dulu kemana-mana, capek kali ah berdiri. Enak situ ga panas. Lah kita?

Ok, lupakan ocehan unfaedah gue tadi. Gue fokus ke arah kepsek yang memberikan pembukaan lalu beralih ke wakakesiswaan yaitu bapak kesayangan di smk octopus kita. Haha, bukan kesayangan si lebih bagus lagi kalo dikatakan yang ditakuti oleh para siswa Octopus. Itninya gitu deh ah, ternyata banyak perubahan si mulai dari waka kurikulum yang berganti.

"What!!!!!" kaget Ocha.

"Kenapa-kenapa?" tanya gue.

"Kita pindah kelas."

"Ya biar si,"

"Dimana?" tanya Moka ikutan karena tidak menyimak.

"Diujung!"

"Hah!!!"

"Udah biar." jelas gue masih santai.

Ocha terlihat tertawa. What! Apa yang salah si dengan kelas di ujung. Lagi pula malah tidak akan terlihat oleh guru kan? Ribut juga ga bakal kedengeran. Ah, bodo deh.

"Milla."

"Apa si?" tanya gue lagi.

"Kita tetanggaan sama anak teknik motor!"

"Whattttttt!!!!!! Gilaaa!" teriak gue.

"Woy mulut ntar kita dihukum gara-gara berisik." teriak Moka.

"Ya lo juga jangan teriak." balas Ocha.

"Yaa Milla ngegas duluan, gue ikutan kan." terang Moka.

"Sorry, sorry! Hehe." ujar gue.

Akhirnya kita semua memilih diam tanpa melanjutkan perdebatan. Jika kita berisik yang ada ntar malah disuruh maju kedepan dan dapet hadiah. Tau enggak hadiahnya apaan yaa berupa sepatu mendarat di muka. Kan malu njirr!

"Oke sekian pengumuman silahkan kembali ke kelas yang sudah ditentukan, dan bersihkan kelas kalian masing-masing."

"Iyaa buk."

Akhirnya kami berujung berada di kelas yang paling ujung. Jarang dilewati anak-anak manusia. Yah, mungkin memang udah nasib kalik ya. Gue paling males kalo ada di ujung gini. Huh, menyebalkan.

"Seneng ya lo berada di kelas ujung gini." ledek Agra sambil menatap gue yang kesal sambil memungut sampah.

"Sok tau lo."

"Abisnya tu muka berseri-seri gitu."

"Wah, minta ditabok lo ya."

Berseri-seri kepala Agra peyang. Dari tadi gue juga udah jutek. Kamvret deh memang si Agra.

"Biasa aja kalik tu muka." ledek Ocha.

"Iya."

"Kita sama kalik, sama-sama tetanggaan sama mantan. Haha." Ocha tertawa.

"Wah, mulut. Ya lo mah biasa aja, lah gue gimana? Gagal deh usaha move on gue." gue duduk sambil memang tangan.

"Santuy aja kalik."

"Males ah, pengen pindah aja."

"Lo mau pindah jadi kelas teknik motor gakmau jadi anak akuntansi lagi. Ha??"

Bukan gitu ogeb! Pindah keles maksud gue tuh."

"Oh iyadeh."

"Is ngeselin lu."

"Oh iya deh."

"Lo mau gue timpuk haa?"

"Oh iya deh."

"Wah, sini lo!!!"

"Kaburrrr!!!!!"

Ocha sudah masuk ke dalam kelas dan entah kemana. Huh, males banget kalo mau ngejar Ocha cuma mau nimpuk dia doang. Kurang kerjaan bangetkan. Lagian Ocha kepedean si siapa juga yang mau ngejar dia.

Gue gak ngerti si ngapain coba ini kelasnya diubah-ubah. Wah. benerbener aneh si, tapi yaudahlah. Mungkin mereka mau membuat suatu gerakan perubahan dalam menyejahterakan para warga sekolah. Aelah bac*d apaan dah gue.

Karena hari ini belum belajar sepenunhnya jadi kita dipulangkan cepet. Tapi bagaimana dengan gue dan sobat-sobat tercinta gue. Jawabannya, No! Mengapa? Ya karena kita adalah bagian dari organisasi yang wuahhh sulit banget deh dikasih kata-kata. Oke, jadi karena kita-kita adalah osis. yap osis, jadi kita tuh berangkat pertama pulang terkahir.

"Kalo gue udah pensiun, ga bakal gue mau kayak gini." ujar Moka dengan kesal.

"Iya sama. Dulu kita bego ya disuruh ini itu mau aja, sekarang gue baru sadar kalo ternyata itu tu gak guna." terang Ocha.

"Gue ngikut aja lah." ujar gue.

Hari ini adalah hari pertama penerimaan siswa baru. Sebenernya surga bagi kita para osis si karena ya kalian tau lah kita bisa menunjukan rasa kesenioran kita, hehe. Dalam artian baik ya tapi kita tu baik kok.

"Yaudah kita pisah." kata Ocha.

"Kita berdua enggak yaa," ucap gue sambil melet ke arah Ocha.

"Bodo ah."

Saat ini kita semua sudah memasuki ruangan masing-masing yang didalamnya sudah dibagi para siswa-siswa baru. Moka masuk denga muka sangarnya. Haha, b aja si kalo gue tapi buat orang yang gak kenal Moka bisa kayak muka singa dan udah mau nelen mangsanya gitu.

Gue membuka kegiatan dengan basa basi yang gak terlalu basi dan b aja si. Tapi seenggaknya ada basa basi. Ngerti ah gitu pokoknya.

Setelah cukup berbasa basi kita anggota osis keluar dari ruangan karena akan ada materi yang akan disampaikan oleh para guru yang baik hati.

"Menurut lo gimana anak tahun ajaran sekarang?" tanya gue pada Moka.

"Manis sih, tapi kayak ada bangsat-bangsatnya gimana gitu. Haha."

"Haha, gila sih."

"Ya lo liat aja sendiri kan, sopan santun nol gede, mulut nyerocos kayak mercon tanpa lihat siapa senior." ujar Moka.

"Gue kira cuma gue yang mikir gitu."

"Ah, kalo bangsat mah bangsat aja gak usah sok nampilin muka polos gitu. Ya gak?"

"Haha, suka gue ama bac*tan lo."

**

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang