22. TB

116 5 0
                                    

***

Pagi ini cuaca begitu mendung, mungkin sebentar lagi akan hujan. Tapi bagi gue pagi ini gak semendung hati gue, etdah lebay. Gue berjalan menuju ke kelas sambil senyum-senyum sendiri, gak peduli mau dibilang gila sama anak tsm di koridor yang gue lewati.

"Lo kesambet apa, Mil?" tanya Ocha sambil megang kening gue. Ocha dengan histerisnya membolak balikkan badan gue. Dikira gue apaan.

"Eh, bocah. Gue gakpapa!"

"Lo si jalan dari ujung sana sampe sini senyum-senyum sendiri. Siapa tau ada kerusakan di otak lo tu." celetuk Ocha seenak jidat. Untung gue sabar jadi gue cuma dorong dia dikit, gak kuat-kuat amat.

"Ah, gue tau pasti disenyumin sama doi pagi-pagi yaa?" tebak Ocha sambil menunjuk-nunjuk muka gue.

"Emm, ya gitu."

"Kan bener. Iri deh, enak ya jadi lo kalo tiap ketemu doi senyum mulu. Lah gue?" rutuk Ocha sambil mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kenapa? Doi lo cuekin lo."

"Mending gitu, la masa tiap liat muka gue dia kabur. Dia kira gue mau nagih utang apa!"

"Haha. Muka lo memang cocok kok!" ucap gue tertawa.

"Apa jangan-jangan ada yang salah sama muka gue ya. Gue jelek gitu?"

"Gue setuju."

"Ah tai lo!"

Gue masuk ke dalam kelas tanpa menggubris Ocha yang sedang ngoceh-ngoceh gajelas didepan kelas. Hanya Maria, Nola dan Mayza yang setia dengerin ocehan Ocha yang unfaedahnya gak ketolongan.

"Woy, Ocha!" panggil gue sambil nongol dibalik pintu.

"Apa si kangen sama gue ya, haa?"

"Bukan ogeb!"

"Lo mau minta gue buat nemenin lo ke kelas doi?" tanya Ocha sok tau. "Ya ampun Mila masih pagi tau."

"Is bukan itu."

"Terus apa? Oh, mau ngutang ke kantin belakang?" tanya Ocha lagi.

"Bukan, Bukan."

"Terus apa? Kalo gak penting amat gausah ngomong ya gue males." jawab Ocha dengan pd nya. Pengen deh gue lempar muka dia pake bunga tapi sekalian sama potnya juga.

"Udah ya jangan ganggu gue." ucap Ocha sambil melanjutkan ceritanya dengan seru. Gue cuma mendengus melihat tingkah Ocha, bocah sableng!

Gue berjalan ke arah Ocha dan menepuk pundaknya keras, gue kesel soalnya. Gue menatap Ocha dengan serius.

"Pr Matematika udah?"

"Ah, sialan." rutuk Ocha sambil memegang keningnya.

Setelah mendengar itu tanpa lama-lama Ocha segera masuk ke dalam kelas dengan berlari. Ocha pasti lupa kalo ada pr. Dasar bocah itu.

"Milla!!! Nyontek ya, makasih bukunya." ucap Ocha sambil melambai-lambaikan buku gue dan berlari ke mejanya.

"Ochaa!!!!!!" gue langsung berteriak kesal.

*

Sekarang adalah pelajar Bu Lin, hmm dulu kita ngira pas kelas duabelas gak bakalan ketemu Bu Lin lagi ternyata malah ketemu lagi. Bu Lin dapet jam dikelas kita. Tapi ternyata malah beda sekarang, dulu Bu Lin yang bener-bener serem sekarang berubah jadi sosok yang humoris. Gatau si kenapa, apa karena lagi hamil atau memang karena udah deket sama kita-kita. Jadi udah nyaman aja gitu. Gatau deh hanya Bu Lin dan tuhan yang tau, hehe.

"Jadi, kalian harus siap belajar. Banyak ujian yang bakal kalian hadapi nanti." ujar Bu Lin memberikan wejangan. kami hanya mengangguk paham.

"kalian udah punya rencana untuk ke depannya belum?" tanya Bu Lin.

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang