***Pagi ini semua nampak sibuk mengerjakan latihan soal yang sudah diberikan Bu Faj dari beberapa hari yang lalu. Suara ketukan jari yang menekan angka-angka di kalkulator terdengar begitu nyaring ditambah dengan goresan-goresan angka-angka milyaran diatas kertas. Tak khayal bila gagal fokus mengerjakan suara gesekan penghapus terdengar begitu merdu. Suara tajam peruncing mengenai mata pensil juga beradu. Begitulah aktifitas yang terjadi pagi ini. Lumayan melelahkan dan menyibukkan bukan.
"Ya allah, kenapa harus kayak gini. Huh." keluh Yoka dengan lemas. Pagi ini Yoka yang terlihat begitu antusias mengerjakan. Ya meskipun dirinya pun tak terlalu mengerti dengan soal-soal diatas mejanya itu. Namun ia dipaksa harus mengerjakan karena nanti akan di ambil nilai oleh bu Faj.
Semua diam tak ada yang bersuara maupun memberikan komentar apapun. Ya tentu saja karena terlalu fokus dengan soal-soal itu.
"Berhenti aja sekolah deh ah. Pusing anjir." ucap Yoka yang membuat semua orang dikelas tertawa. Aneh-aneh saja.
"Sabar, sabar." ucap Ocha santai.
"Ini berasa kayak apa aja. Ngerjain soal-soal sebanyak ini. Dikira otak kita buatan pabrik apa." tegas Yoka.
"Aelah, bukan lo doang yang capek. Gue sama yang lain juga capek kali." jelas Milla.
Yoka mendengus. Sedangkan Ocha hanya terkekeh. "Kalo gak kuat berhenti aja sekolah kayak yang tadi lo bilang. Gakpapa deh kelas kita kehilangan satu orang kayak lo. Gak rugi."
"Gua kerek di tiang bendera deh lo, Cha." ancam Yoka dengan geram. Ocha hanya melet-melet tidak karuan.
"Bacod, ah. Suami istri gaboleh ribut." Moka bersuara. Mengejek Ocha yang selalu dijodohkan dengan Yoka. Karena mereka berdua tidak pernah akur.
"Dih najis kalo dia suami gue. Sorry ya bukan tipe gue." ucap Ocha dengan kesal. Moka hanya terkekeh.
"Najis, najis. Gaboleh ntar kalo jodoh gimana hayoo." goda Yoka pada Ocha. Yoka memang tipe cowok yang selalu jahil pada Ocha karena Ocha sendiri mudah dimainkan.
"Amit-amit deh." ujar Ocha sambil memukul kepalanya dua kali lalu memukul meja dua kali. Entahlah biar apa.
"Gakpapa deh kalo lo mau. Gue bisa jadiin lo istri kedua gue deh, Cha." ujar Yoka. "Ntar sama istri pertama gue dari senen sampe rabu nanti sisanya sama lo. Gimana?"
Ocha bergidik mendengar kata-kata Yoka yang benar-benar tidak bisa dimengerti itu.
"Iiiiiihhh dasar Yoka cabulllll!!" ucap Moka dengan gaya sok-sokan jijiknya itu.
"Eh apaan sih." ujar Yoka mengelak.
"Ih dasar. Lo itu cabul. Udah 17++ kan lo." ucap Moka.
"Gila."
"Hihihi cabul cabul." Moka berdiri dan mengangkat-angkat tangannya.
"Gaes gaess mulai sekarang Yoka panggil aja cabul ya. Setuju!!!!" teriak Moka.
"Setujuuuuuu!!" jawab sekelas dengan kompak.
Yoka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalian semua gak waras."
Setelah itu tak ada yang berbincang apapun, karena melanjutkan pekerjaan masing-masing.Sudah menghabiskan satu bulan dan kelas xii hanya menghabiskan waktunya menyelesaikan tugas-tugas berupa latihan soal yang diberikan oleh para guru. Bukan sedikit tak kurang tak lebih satu mata pelajaran bisa terdiri dari 30 sampai 50 soal. Bayangkan saja jika seluruh pelajaran ada sekitar sebelas mapel. Sudah berapa banyak soal yang harus dikerjakan. Huh. Memang memusingkan. Bener-benar super sibuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Berjuang
Teen Fiction( Cover by @Melianaptr16 ) Kenalin cerita biasa yang merupakan kisah hidup gue dari masa gue menginjak sekolah menengah. Gue tulis didalem sini beserta kelakuan aneh, lucu, goblok, unik temen-temen gue yang sama-sama berjuang. "Jangan berjuang send...