21. TB

118 4 4
                                    

*

"Hanan!!!" panggil gue. Tetapi dia malah ngeloyor jalan didepan gue tanpa noleh. Dasar menyebalkan!!

Ocha menepuk pundah gue. "Lo lagi marahan sama Hanan? Tumben amat."

"Iya, dia si baperan amat jadi cowok." ujar gue dengan kesal.

"Lo php in sahabat lo sendiri, Mil. Wah jahat lo kebangetan." ujar Ocha sambil geleng-geleng kepala. Gue cuma menatap Ocha, malah jadi tambah kesel liat muka polos Ocha. Berasa pengen gue cuci muka Ocha sekarang juga.

"Udah ke kelas dulu, kalian mau jogrok disini sampe balik apa?" ujar Moka yang baru datang lalu berjalan mendahului Ocha dan Milla.

"Woy, bangke lo. Udah jam berapa ini, harusnya lo udah dijemur dilapangan." teriak Ocha. Gue hanya berjalan mengikuti Moka menuju kelas. Moka telat? Halah udah biasa, udah gak heran, udah gak jadi berita wow bagi gue. Bel masuk udah bunyi sejak 15 menit yang lalu, dan Moka dengan pd nya berjalan santai menuju kelas sambil memegang wadah bekalnya. Hmm, benar-benar manusia bumi.

Gue berakhir duduk didepan kelas bersama Maria dan Ocha. Biasa si kalo lagi ngumpul gini kalo gak curhat ya yang pasti gibah, hehe.

"Hanan, marah sama lo kenapa si?" tanya Ocha lagi. Sepertinya tu anak masih penasaran. Hadeh, memang kebiasaan Ocha si dari dulu.

"Masih dibahas aja si, Cha. Cari bahasan lain kek. Kayak Maria yang kemaren ketikung gitu." ucap gue sambil melirik ke arah Maria.

"Ya ampun, masalah Maria yang pdkt terus ketikung. Udah basi udah basi." jawab Ocha.

"Gausah ngomongin gue si, nyeseknya masih ada nih." jawab Maria sedikit kesal.

"Ya lo si, pdkt gak ada kemajuan. Akhirnya ketikung kan. Udah deh mundur alon-alon aja." ujar Ocha sambil menepuk pundak Maria pelan. Maria hanya melirik saja.

"Iya santuy, gue sadar diri."

"Halah, udahlah. Stok cowok dibumi ini tuh masih banyak. Gausah digalauin deh, ntar gue cariin sama yang mirip Mar--Mar idola itu lah." ujar gue yang sulit menyebut nama idola Maria.

"Mark, nct woy." ucap Ocha dan Maria berbarengan. Gue cuma bergidik mendengar ucapan mereka.

"Iya itulah. Ribet amat si namanya." balas gue.

"Yeleh, lo aja yang gabisa nyebutin. Malah nyalahin cowok gue lagi." ujar Maria.

"Lo udah mau ikutan Moka yang suka halu, haa??"

"Dikit, gakpapa si."

Ocha yang jengah segera melerai perdebatan unfaedah gue dengan Maria. Ocha memanggu kedua tangannya di dagunya.

"Udah stop. Sekarang kenapa Hanan marah sama lo?" tanya ocha.

Ya ampun Ocha daritadi yang dibahas Hanan mulu. Enek gue dengernya, dasar ini bocah kalo belom tau belom kelar. Dia pasti bakal nanya-nanya terus sampe ketemu jawabannya.

"Eh, emang lo sama Hanan marahan? Tumben." tanya maria. Hadeh, mahluk satu ini malah gatau, bener-bener temen luknut. Kesel deh gue.

"Emang penting buat kalian apa si?" tanya gue kesal.

"PENTING!" jawab mereka berdua kompak. Argh!!! Geram deh gue.

"Padahal gak penting perasan." ucap gue pelan.

"PENTING, MILLA!!" teriak merek bersamaan.

Kampret banget si gue pikir gak denger, ternyata kuping mereka masih bagus hehe.

"Woy!! Kalian bertiga berisik banget si. Ganggu!" teriak Deti dari belakang, kita bertiga cuma nyengir doang, sambil ngangkat jari bentuk peace.

"Udah jangan berisik, gajah udah ngamuk." peringat gue.

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang