25. TB

87 1 0
                                    

Kalo hidup lo banyak ujian, berarti bentar lagi lo bakal naik kelas.

-
-
-
-

Ini tuh asli captionnya ga nyambung. Tapi yaudahlah, mending baca aja ceritanya.
Gakpaplah, telat ya. Udah pada liburan kan? Tapi ceritanya belum move on dari ujian. Ya maklumlah.

Baca aja. Oke.

Gaje asli,

****

Hari ini jadwal ujian tengah semester di sekolah gue. Jadi gak heran kalo pagi-pagi gini gue udah nemuin temen-temen gue yang sibuk baca-baca buku. Belajar katanya. Ah males banget deh harus belajar. Gatau kenapa juga gue lebih santai saat ujian kali ini. Dari semalem gue sama sekali belum belajar maupun buka atau pegang buku pelajaran. Haha, pinter. Tapi yaudah lah cuma pelajaran bahasa indonesia sama pendidikan agama mah gue bisa. Lagian katanya soalnya pilgan jadi kalo gabisa tinggal cap cip cup aja beres.

"Bawa kartu ujian enggak?" tanya Ocha. Gue cuma ngangguk dan nunjukin kartu ujian yang udah nge gantung di leher gue.

"Yah, gue lupa." jawab Detti sambil menepuk keningnya pelan.

"Tuh kan. Gimana si kan tadi pagi udah di ingetin di gc masih aja lupa. Rasain tuh ntar muka lo dicoret-coret pake spidol. Haha." ujar Ocha panjang lebar sambil tertawa.

"Semangat amat si kalo temennya susah."

"Iyalah. Apalagi kalo lo."

"Yee gue lempar pake buku mau lo?" ujar Detti menakuti Ocha yang tak merespon apa-apa.

"Diem. Mau belajar." Ocha segera membuka buku cetak ditangannya dan membukanya. Entah apa yang ia pelajari sekarang.

"Lo beneran gak bawa kartu ujian?" tanya gue.

Deti cuma nyengir. Kemudian gue liat dia ngeluarin sesuatu dari saku bajunya. "Nih,"

"Dasar tukang kibul." rutuk gue.

"Gue kan mau ngibulin si Ocha." ujar Detti terkekeh.

Ocha mendelik. Kemudian ia menepuk pundak Detti. "Kurma gak semanis karma. Inget."

"Kebalik, anjir!!" ujar Detti geram.

"Ooh. Kebalik." ucap Ocha datar. "Tinggal dibalik."

"Gue potong-potong dah lo."

"Uuuuu takut dede." ujar Ocha mendramatisir. Gue sama Deti cuma saling pandang bentar terus ninggalin Ocha. Males ah pagi-pagi harus liat Ocha yang ngeselin gitu. Bisa-bisa ngerusak mood.

Setelah memeriksa kartu ujian. Guru pengawas langsung memerintahkan kami buat masuk kelas. Lalu, Moka menyiapkan untuk berdoa bersama sebelum memulai ujian. Setelah itu guru oengawas pun membagikan kertas soal dimulai dari barisan Arga yang ada di pojok sana.

Gue duduk di pojok sini. Wkwk. Gue duduk di deket tembok paling ujung. Enak deh ada senderan kalo lelah bisa nyender.

"Ya allah, semoga gue jadi pinter dadakan." ujar Detti sambil terkekeh. Semua cuma natap Detti sambil mengulum senyum karena ingin tertawa.

"Nunggu dapet hidayah lo." ujar Mayza yang berada di samping Deti tempat duduknya.

"Iya nih."

Ocha menatap kertas soal yang ada ditangannya dengan drama. Kemudian, Ocha menatap Nola yang ada didepannya.

"Ayo, kalo udah gue perjuangin jangan ngecewain ya." ujar Ocha lalu menciumi kertas ujiannya.

Nola menoleh. "Is, lo mah. Kayak orang gila."

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang