17. TB

154 8 2
                                    

WELCOME TO TEMAN BERJUANG!!!!!

HAPPY READING:)

Gue berjalan santai menuju tepi jalan. Gue berniat untuk pulang. Hanan yang berada di samping gue sudah berulang kali mencoba memberhentikan taksi namun tidak ada satu pun yang berhenti. Gue cuma diam melihat aksi Hanan.

"Lama amat sih lo," kata gue karena lelah menunggu.

"Gak tau, jaman sekarang supir taksi pada sombong semua. Nolak rejeki." balas Hanan yang sudah berkeringat.

"Hadeh, lo gak jago banget sih,"

"Lo gak liat dari tadi gue udah manggil-manggil. Gue itung udah ada 5 taksi yang gue panggil. Tapi pada sombong semua."

"Yaudah lah ke tempat lain dulu, belum sore ini." ajak gue.

Hanan menatap gue dengan heran. Mungkin dia bertanya-tanya tumben sekali gue mau ngajak dia untuk pergi berdua. Gue hanya acuh saja tak peduli.

"Kemana ya?" tanya gue.

"Mmm, katanya di deket sini ada danau, mau kesana enggak?" ajak Hanan.

"Yuk,"

Gue berakhir di pinggir danau bersama Hanan si mahluk menyebalkan dari planet saturnus. Hanan tidak selalu menyebalkan sih namun tetap saja bagi gue dia adalah spesies langka yang kebetulan berada di bumi dan bertemu dengan gue. Sungguh malang nasib gue.

Hanan sekarang berada di samping gue. Kita duduk dipinggir danau sambil melihat orang-orang yang ada disana. Gue sesekali melihat Hanan. Jika seperti ini Hanan terlihat seperti mahluk normal. Yah, entahlah gue yang tidak pernah memandang Hanan dengan serius atau memang Hanan tidak normal.

"Udah lama ya kita gak berduaan gini." kata Hanan.

"Hah? Berduaan? Lo kira gue pacar lo." balas gue yang merasa aneh dengan kata-kata Hanan.

"Fulltime maksud gue."

"Ooh, gitu."

Gue melihat ke sekeliling danau dan berakhir dengan gue melihat bapak-bapak yang sedang memancing. Mereka terlihat asik padahal cuaca sedang mendung, mungkin beberapa menit lagi akan hujan.

"Hanan." panggil gue.

"Hmm."

"Kayaknya gue akhir-akhir ini merasa goblok ya."

"Lo tuh cuma gak sengaja pinter doang, aslinya mah goblok banget."

"Hah? Emang gue gitu?"

"Dari kecil juga gitu."

"Perasaan lo aja kalik."

"Gak boleh pake perasaan, nanti sakit hati." kata Hanan ngawur.

"Siang-siang udah ngebucin." respon gue.

"Bucin gak dosa."

Gue diam karena tidak ada lagi bahan obrolan yang kami bahas. Malas memang karena membosankan.

"Balik yuk, mendung nih." ajak gue.

"Mendung belum tentu hujan, pdkt belum tentu jadian."

"Kok lo ngawur sih, obat lo abis ya." ledek gue.

"Obat gue kan cuma lo."

"Apasih garing."

Gue berdiri dahulu namun Hanan masih tetap di posisinya. Gue menarik-narik kerah baju Hanan agar ia mau berdiri. Namun Hanan malah diam dan menepis tangan gue.

"Tuh udah gerimis ini." keluh gue karena memang air hujan mulai turun.

"Ayok, cepet deh. Gue tinggal nih."

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang