16. TB

151 6 6
                                    

Hari ini adalah hari pembagian rapot siswa di SMK OCTOPUS. Hal ini memang sudah biasa dilakukan setiap tahun tapi masih saja membuat para siswa ketakutan. Takut menghadapi nilainya masing-masing.

Begitupun lah yang kini dirasakan oleh Milla dan teman-temannya. Apalagi saat momen pembagian ranking nanti. SMK OCTOPUS selalu membagi peringkat kelas dan juara umum di aula sehingga disaksikan oleh seluruh siswa.

"Gue mah udah pasrah." ucap Detti sambil memainkan ponsel ditangannya.

"Ah lo mah," balas Milla.

"Gue kok gak yakin ya." ucap Ocha.

"Ocha. Dari dulu emang lo pernah yakin?" tanya Maria sambil terkekeh.

"Diem ah, serius nih gue." balas Ocha.

"Pertanyaan gue lebih serius kalik ah." ucap Maria.

Milla Pov

Ini adalah pertama kali gue mendapatkan rapot di SMK ini. Pantas saja kalau gue merasa takut, ya dikarenakan orang-orang yang gue temui disini juga berbeda. Persaingan semakin banyak dan ya meskipun peringkat tidak menjamin namun gue selalu berharap mendapatkan itu.

"Duh, gue peringkat berapa ya?" tanya Agra.

"Gak tahu tanya aja sama jin tomang." celetuk Detti.

"Ye gue gibeng juga lo." balas Agra.

"Emang gue berani? Ya enggaklah." ucap Detti sambil menyengir.

"Ogeb bener."

"Dieeemmm!!" teriak Moka.

"Iya buk boss." ucap Detti.

"Kalian ini ngebacod terus." ucap Moka.

Ya kira-kira itulah yang gue denger dari temen-temen gue. Mereka semua memang gila, jadi disini cuma gue yang waras. Sampai, akhirnya nama kelas kami disebut. Ini adalah hal yang membuat jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Ea, menurut gue ya gitu, hehe.

"Untuk kelas X Akuntansi, peringkat 3 diraih oleh........."

**

Saat ini gue dan krucul-krucul, eh maksud gue temen-temen gue berada di sebuah kafe untuk merayakan kenaikan kelas kita dong, tentunya. Tidak ada traktir menraktir semua bayar pakai duit sendiri.

Gue melihat semua sudah menikmati makanannya masing-masing termasuk gue. Mengobrol dan berceloteh ria, gibahin orang, berisik ya itu lah kita. Seperti orang gila pun menjadi bagian dari kita. Tidak tau malu, semuanya. Namun, memang begitu asik hidup seperti itu. Awalnya kami yang hanya terobsesi dengan nilai, nilai dan nilai kali ini mulai merubah hidup kami masing-masing.

"Gue kira si jijik bingo tuh yang bakal dapet peringkat 1, ternyata enggak." ucap Moka.

"Iya ya, secara dia hebat bahasa inggris. Lah coba gue boro-boro bahasa inggris, bahasa semut aja gak bisa gue." ucap Agra sambil meminum jusnya.

"Gue juga gak bisa, ogeb!" ucap Moka.

"Emang bahasa semut kayak gimana?" tanya Ocha dengan polosnya.

Krik..krik..

Gue pikir ketidaknyambungan Ocha sudah berakhir ternyata gue salah. Ini mah tambah ancur. Memang Ocha bener-bener ajaib. Mungkin ini terjadi gara-gara dia liat nilainya di rapotnya. Mungkin,

"Lo cari semut terus ajak ngomong." ucap Mayza sambil memakan kentang goreng.

"Hah! Gila lo." balas Ocha.

"Lo iya, gue mah enggak." balas Mayza.

"Udah-udah." lerai Maria. "Eh, btw selamat ya Milla atas peringkatnya."

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang